Hujan Ep. 1

Mimpi

Mei 2019, 06.30 pagi.

"Kumpulkan tim, kita akan rapat jam 9 pagi." whatsapp dari ketua divisiku pagi ini.

"Baik, Bu." Jawabku singkat.

Rasanya berat untuk pergi ke kantor hari ini. Pekerjaan begitu menumpuk dari biasanya. Namun kekompakkan tim-ku sangat diluar batas, seperti keluarga. Merekalah penyemangatku setiap hari.

Setelah berdebat lebih dari 3 bulan, akhirnya minggu lalu kami memutuskan memilih kemeja bewarna tosca untuk menjadi seragam tim. Hari ini adalah hari pertama kami memakai seragam tim. Kemeja tosca ini ku padupadankan dengan celana pensil kantoran bewarna hitam dan sneakers putih favoritku. Ku kuncir rambutku seperti buntut kuda, ciri khasku. Ku silangkan tas bewarna merahku ke depan pinggang dan siap berangkat ke kantor.

Kantorku hanya berjarak 5 km dari tempat tinggalku. Hanya perlu mengemudi santai sambil menikmati pemandangan gedung tinggi dan menghirup udara segar pagi hari. Mengemudi dengan membuka jendela samping adalah rutinitasku dipagi hari kecuali dikala hujan.

Setiap pagi pasti ada segelas kopi favoritku buatan barista kedai kopi di lantai 1. Segelas kopi demi fokus sebagai tanda loyalitas terhadap pekerjaanku.

"Vanilla cold brew one shot seperti biasa?" Kata barista langgananku.

"Tentu." Jawabku.

"Ini kopimu dan ini tambahan dariku untuk sarapan pagimu. Selamat ulang tahun Y/N." Barista itu memberiku vanila cold brew dan 1 kantong kertas berisi roti lapis dan roti croissant favoritku.

"Aku bahkan lupa ini hari ulang tahunku, terima kasih." Jawabku tersenyum.

Aku tidak begitu menganggap hari ulang tahun adalah hal yang penting, aku tidak pernah merayakan ulang tahunku sendiri sejak 5 tahun lalu.

"Pagi..." Sapaku saat memasuki ruangan kerjaku.

"Pagi Y/N! selamat ulang tahun! sudah ku taruh dark chocolate di mejamu" Jawab Kara.

"Terima kasih Kara, kau yang terbaik." Balasku.

"Aku juga sudah menaruh coklat untukmu." Teriak Sora dari mejanya sambil sibuk mengetik didepan laptopnya.

"Aku juga, aku juga." Tambah Dara dan Areum.

"Aku beli coklat khusus valentine. Ada 40 blok coklat didalamnya spesial untukmu Y/N. Dari divisi lain juga sudah menaruhkan coklat untukmu, selamat menikmati!" Tambah Yejin sambil tertawa.

"Aku benci coklat tapi harus memakannya, khusus Yeji aku tak akan berterima kasih, aku akan membunuhmu!" Jawabku sinis sambil melihat blok coklat besar dari Yeji.

Mejaku penuh dengan coklat. Sebagian dari divisiku, sebagian dari divisi lain. Hal ini adalah tradisi kantorku, dimana yang ulang tahun akan mendapatkan coklat dan harus dimakan sampai gigimu sakit.

Timku begitu sibuk hari ini karena pekerjaan yang menumpuk. Areum menyalakan lagu favoritnya BTS - Run tanpa headset, jadi kami semua bisa mendengar lagunya bahkan menyanyi bersama. Berkat Areum, kami semua jadi menghafal secara tidak sengaja lagu BTS.

"Tim sudah lengkap, ayo kita rapat sekarang saja." Kata kepala divisi, Ibu Dahyun.

"Baik Bu." Kami serentak ke ruang rapat.

Ruang rapat kantor kami begitu besar. Ada meja panjang yang dikelilingi kursi. Areum duduk disamping kananku dan ada Yeji disamping kiriku. Suasana menjadi tegang ketika Ibu Dahyun menunjukkan keseriusannya.

"Kita gagal dalam penilaian tahun ini. Saya sebagai kepala divisi meminta maaf karena tidak bisa mempertahankan Areum dalam tim ini." Kami semua membeku seketika ketika kalimat itu keluar dari mulut Ibu Dahyun yang menunduk dan tidak berani menatap kami. Tim yang begitu kokoh dalam 2 tahun terakhir roboh begitu saja.

Serangan panik menyerangku. Rasanya dada sesak hingga sulit bernafas. Sepertinya pondasi yang kubuat ini runtuh mencapai jurang kegagalan. Dalam beberapa bulan kedepan pameran yang akan kami bawakan akan pincang karena Areum adalah salah satu pondasi kekokohan tim kami.

Perpisahan dengan Areum begitu mengharukan. Segala argumenku terkalahkan begitu saja. Ini adalah kegagalan pertamaku sebagai atasan teman-temanku hingga aku memutuskan cuti 1 minggu untuk mencoba menjernihkan fikiranku.

Hari ini begitu panjang untuk sebuah drama perpisahan. Pekerjaanku begitu menumpuk hingga rasanya mata ini perih manatap layar. 

Jam ditanganku menunjukkan waktu 22.17. Aku bergegas membereskan barang-barangku lalu berjalan pelan dengan menundukkan kepalaku kemudian menghitung langkahku dari ruangan kerjaku hingga ke depan lift. Sungguh menghitung jumlah langkah kaki akan mengalihkanku dari permasalahan hari ini.

Ditengah perhitungan dan lamunanku, tiba-tiba ada seseorang menggenggam tangan kiriku. Spontanitasku membalas gerakan genggaman itu dengan memutar tangan orang tak dikenal itu namun orang itu begitu lihai. Dia membalas putaran tanganku dengan memutar badanku hingga dia ada dibelakangku lalu merangkul bahuku dengan tangan berototnya dan berkata;

"Kamu tidak berubah Y/N, ini aku. Berhentilah melarikan diri."

Tubuhku kaku mendengar suaranya. Suara familiar yang aku kenal ini sudah kuhindari selama 3 tahun. Suara ini begitu pasti pemiliknya. Pelukkannya begitu erat, sama seperti dulu. Wangi tubuhnya masih sama. Aroma parfum maskulin kesukaannku.

"J..J..Jeon..Jeon Jungkook." Menyebut namanya saja aku gugup.

Aku berusaha melepaskan rangkulannya tapi tubuhku terlalu kaku untuk bergerak. 

"Aku bahagia dengan kehidupanku sekarang, lepaskan aku Jungkook." Akhirnya aku berhasil mengeluarkan beberapa kata-kata setelah kepanikan menguasai tubuhku.

Jungkook memutar tubuhku dan membuatku berhadapan dengannya. 

"Tatap mataku dan katakan itu sekali lagi." 

"Jungkook, tolong...."

"Aku tau hari ini pasti melelahkan bagimu." 

Jungkook menggenggam tanganku dan menggiringku ke mobilnya.

"Ayo masuk kedalam mobil." Jungkook membukakkanku pintu mobil dan mengajakku dengan antusias.

"Jungkook, aku tidak bisa seperti ini. Aku sudah memiliki orang lain." Jawabku perlahan.

"Aku tahu kau bohong, ayo masuk." Jungkook memaksaku. 

Seketika aku sudah berada didalam mobil dan Jungkook duduk di kursi pengemudi. Jungkook memegang tangan kiriku dan memakaikanku cincin di jari manis. Jungkook tersenyum manis melihat cincinnya mengikat jari manisku. Kebingunganku membuat aku tidak bisa berkata apapun. 

"Selamat ulang tahun, Y/N."

 

To be continued....

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet