LMlYD 01

Love Me Like You DO

LOVE ME LIKE YOU DO

 

Tempat yang gelap terdengar auman yang pasti akan memekan telinga manusia. Entah suara apa itu dari kejauhan, tapi yang pasti sesiapun tak ingin melihatnya.

Sigh

“Ini menyenangkan. Keh.”

Seseorang disebelahnya hanya menyeringai.

Didepan mereka berdua, seonggok binatang buas telah kaku tak berdaya.

“Aku menikmati dunia ini. Sungguh.” Lanjutnya. Dengan ujung ibu jarinya, ia mengusap pelan aliran yang agak gelap itu.

Masih tak ada jawaban. Ia menoleh. Ia sedikit mendongak demi untuk melihatnya. Melihat seseorang yang selalu ia kagumi itu terdiam dengan raut wajahnya yang tak terbaca.

“Ada apa unnie?”

“Tidak. Segeralah kembali. Ada hal yang harus ku urus.” Dengan sekejap seseorang itu menghilang dari hadapannya.

Sigh

Lalu, yang tertinggal entah dengan kecepatan apa juga telah menghilang.

...

“Kemana dia?” yang ditanya justru memajukan bibirnya. Lalu menggeleng. Terbaca raut kecewa diwajah ayunya yang tampak pucat itu.

“Aku tidak tahu. Unnie bilang ada urusan. Ughh, padahal aku ingin memiliki banyak waktu dengannya.”

“Tsk. Jangan berharap banyak Irene. Lebih baik kita kembali.” Dan lagi, dengan sekejap mereka berdua menghilang.

...

Matahari dari timur itu bersinar dengan terang. Cahayanya mampu memberi kehangatan bagi manusia. Kicauan burung juga membuat suasana pagi itu terlihat sempurna. Tetapi tidak untuk wanita yang kini menatap asistennya dengan tatapan garang.

“Sudah berapa kali kukatakan. Jangan melakukan kesalahan yang sama.” Ia membanting berkas-berkas itu.

“Tsk.” Umpatnya lagi.

Ini masih terlalu pagi untuknya. Harusnya ia menyimpan energinya baik-baik untuk agenda nya selama sebulan ini. Tapi begitulah, tak sesuai keinginan.

“Kim Yeri. Kembalilah ketempatmu!!” Ia membalikkan tubuhnya. Menatap hamparan kota Seoul. Berusaha meredam emosinya. Ia menyesap kopi yang telah tersedia disana.

Menghela nafas entah untuk keberapa kalinya. Hingga suara derit pintu terbuka membuat nya berpaling. Melihat siapa disana.

Seseorang masuk sembari menggelengkan kepala.

“Kau berlebihan Sica.” Tegurnya pelan.

Tak ada jawabannya. Ia melihat sahabatnya yang terlihat tertekan itu.

“Apa lagi?”

Sigh

“Entahlah. Dengan cara apa agar aku bisa membatalkan perjodohan itu Sunny-ah.” Wajahnya lebih murung dari sebelumnya.

Sigh

Ia mengangguk. Mengerti kondisi sahabatnya.

“Aku mengerti. Tapi tidak seharusnya kau melepas amarahmu pada yang lain.” Hanya mengangguk pelan. Ia berjalan duduk di tahtanya. Menyenderkan tubuh lelahnya disana.

“Aku tidak mencintainya. Sh*t.” Umpatnya.

 

Hening

Ia merasakan tangannya ditarik. Well, siapa lagi jika bukan...

“Ikut denganku. Aku pastikan kau melupakannya.” Ia menyeringai.

...

“kau baru kembali?” Merasa ada yang berbicara dengannya. Ia menghentikan langkahnya. Menatapnya dengan alis terangkat.

“Setidaknya beri tahu aku dimana dirimu. Kau masih lemah. Tidakkah kau mengerti aku mengkhawatirkan mu?” pandangannya melembut.

“Maafkan aku.” Jawabnya lirih.

Wanita yang lebih pendek itu menganggukkan pelan.

“Istirahatlah. Jangan khawatirkan dia. Dia akan aman.” Wanita itu menarik ujung bibirnya. Tersenyum. Ia berbalik dan dalam sekejap hilang.

Sigh

“Aku khawatir padanya.” Gumamnya.

“Ia akan baik-baik saja. Btw, ayo kita pergi. Tsk. Ini sudah pukul 10 pagi, anak-anak pasti kan menggerutu. C’mon Taeng.”

...

“Yah! Kalian baru datang.” Gadis itu mencak-mencak. Menghentakkan kaki karna sebal.

“Hey, tenanglah. Masih punya banyak waktu. Lebih baik sekarang kita lakukan rutinitas kit... Awwww.” Mengusap kepala.

“Tsk. Kau ini. ajari mereka dengan benar-bukan mencari kesempatan. Idiot.”

“Yah! Midget..... Yaish.” Ia memalingkan muka ketika sikecil memberinya death-glare-padanya.

“Unnie. Dia tak kemari?”

“Biarkan dia istirahat. Untuk sementara bergabunglah dengan Hyo unnie dan Soo. Ok?” Dengan lesu gadis itu mengangguk.

...

What? Dimana ini Sunny-ah.”

“Sudahlah. Jangan banyak bertanya.” Wanita bernama Sunny itu berlari dengan riang memasuki gedung itu.

Sedangkan wanita blonde itu mendengus dengan sifat kekanakan dari sahabatnya. Melangkah perlahan sembari mengedarkan pandangan pada gedung yang terlihat agak tua itu.

“Taenggo.” Suara itu menggema. Beberapa dari mereka yang disana mengalihkan fokus mereka. Suara melengking itu membuatnya tersenyum kecil

Ahh, betapa dia rindu.

“Huh?” Jessica yang sejak tadi mengikuti arah sang sahabat hanya melongo.

“Ap… Apa.apa.an ini???” Wajah melongo Jessica terlihat sangat lucu.

Beberapa dari mereka cekikian melihat.

“Hey bertemu lagi?”

Jessica mengerjapkan mata.

“Sepertinya dia masih bingung.” Celetuk salah satu dari mereka dibelakang.

Wanita bertubuh tinggi itu menunduk. Untuk melihat wajah dari wanita bernama Jessica itu. Lalu entah apa, ia menyeringai.

“Tidak salah---- Awww, yah!” ia menjerat merasakan rambutnya ditarik paksa kebelakang.

“Yaish kau ini.” Sunny memberikan tatapan sinisnya pada wanita bertubuh tinggi itu. Tidak suka dengan apa yang ia lakukan.

“Hey, aku hanya mengamatinya sebentar, tidak untuk meng—“

“Choi Sooyoung!!” teriakan itu menggema. Wanita yang sering di sebut Midget  itu entah sejak kapan sudah berdiri di depan Jessica.

Wanita itu masih mengerjap mata. Bingung. Otaknya berputar berusaha mencerna kejadian yang ada didepan matanya.

“Ahh, baiklah. Baiklah. Aku pergi. Hufft!”

“Ap-Apa itu tadi? Sunny ah?”

“Huh? Bukan apa-apa Jessi. Aigo, seharusnya aku tidak mengajakmu kemari. Pilihan yang salah.”

It’s okay Sunny.” Sahut Taeyeon si Midget  dengan tersenyum lembut.

“Hey, Beauty. Apa kau masih mengingat ku?”

Jessica menggeleng untuk mengembalikan dirinya dari kebengongan-nya.

“Uh, kau? Uhmm,,”

“Ya. Aku bersama kawanku yang malam itu menyelamatkanmu dari para hidung belang.” ia menjawab dengan riang. Sekilas tampak seperti bocah mulai dari wajah dan tingkah. Ia bersikap seolah mereka kawan karib.

“Oh, ya. Aku mengingatnya.” Reflek ia mengulurkan tangan untuk berjabat tangan.

“Terima kasih.”

“Bukan masalah. Baiknya, lain kali jangan pergi sendiri di Club malam itu. Terlalu berbahaya untukmu.”

“Iya. Aku saat itu hanya terlalu frustasi. Oh, dimana temanmu?”

“Ah, dia sedang tidak enak badan. Sedang beristirahat.” Taeyeon menoleh pada Sunny yang memberikan tatapan bertanya.

‘Dia baik-baik saja.’ Sunny hanya mengangguk. Seolah mengerti arti tatapan dari Kim Taeyeon.

“Aku tidak tahu jika kalian begitu dekat Sunny-ah?”

Well,  itulah kenapa aku kemari. Aku ingin mempertemukan kalian. Aku sudah dapat menebak dari ceritamu Jessi, bahwa yang kau maksud Taeyeon. Dia itu kekasihku.” Sunny menunjukkan deretan gigi putihnya.

What? Maksudmu, kalian?”

“Ya. Seperti itulah. Dan maaf kita bertemu lagi ditempat yang tidak nyaman sama sekali.”

“Nah, aku ingin bertanya tentang hal itu. Kenapa dirimu ada disini?”

“Aku dan beberapa temanku baru membeli tempat ini dan kami datang kemari untuk melihat kondisi gedung ini. Berencana untuk  melakukan renovasi atau membangun ulang.”

“Tap.. Tapi gedung ini sangat jauh dari kota bahkan aku tidak yakin orang-orang akan tahu jika disini akan dibuat sebuah rumah atau apapun itu?”

“Itulah tujuan kami. Memiliki tempat yang tenang dan teduh. Jauh dari manu… uhmm, maksudku jauh dari aktivits manusia yang berisik. Iya. Begitu. Hehe.” Taeyeon mengusap lehernya sambil tertawa canggung.

“Hampir saja.” Gumamnya

“Oh.” Jessica hanya mengangguk. Mengerti maksunya. Ia berjalan. Melihat sekeliling gedung itu.

“Tempat ini sangat cocok untuk menyendiri.” Katanya.

“Well… Akkh!” saat akan menyahut ucapan dari tamu tak diundang itu, ia merasa kepalanya berdenyut. Ia menoleh, mendapati Sunny mendelik padanya.

“Dirimu dan si tiang itu sama saja.” Dumel Sunny dan berlalu pergi menghampiri Jessi. Sahabatnya.

“Aishhh, dasar galak.” Gerutunya. Merasakan kepalanyha berdenyut.

‘pukulannya bukan maen.’ Sebalnya.

 

 

“Aku mencium bau darah yang kental.” Pria tinggi dengan tubuh kekarnya terlihat mengendus-endus.

Sedangkan lawan bicaranya hanya diam. Pandangannya yang tajam membuat pria kekar itu mengernyit.

“Apa kau merasakan sesuatu?”

“Diamlah!” suara berat pria itu membuat si pria kekar berdecak kesal.

“Tsk.”

Hening

“Kau pergilah. Aku harus memastikan sesuatu.”

“Apa itu?”

“Cukup aku yang tahu.” Dalam satu detik, pria itu lenyap dari pandangan si pria kekar.

“Huh, sialan.” Umpatnya.

 

 

“Siapa wanita itu?” perempuan bertubuh ramping yang bibirnya dipoles lipstick berwarna merah cerah itu menatap heran pada tamu tak diundang. Sangat asing baginya.

“Aku tidak pernah melihatnya. Tapi sepertinya Tae Unnie mengenalnya.” Celotehnya.

Sedangkan wanita yang ia ajak bicara hanya diam. Memandang dengan intens wanita yang kini berjalan mendekat kearahnya bersama Sunny.

Jessica melempar senyum dan menyapanya.

“Uhm, Hi. Aku Jessica?” Ia dengan ramah menyodorkan tangannya.

Irene masih terpaku disana. Dari menatap intens wajah Jesica kini berganti melihat tangan wanita itu yang mengajaknya berkenalan.

Dengan wajah khasnya, Irene membalas jabat tangan tersebut.

“Aku Irene dan perempuan genit disebelahku bernama Joy.” Mendengar namanya disebut dengan sebutan tak enak, Joy mendelik.

“Yah! Apa kau bilang? Genit? Yang genit itu dirimu jika sudah dekat dengan Yoona Unnie.” Semprotnya.

Irene menatap tak suka dengan ucapannya dari sahabatnya.

“Kau bilang apa? Katakana sekali lagi?” tantangnya dengan tatapan super menakutkan itu.

“Aaa, yah! Aish…” ia berjalan pergi meninggalkan Irene yang secara tiba-tiba auranya gelap.

Jessica pun merinding menatap mata tajam itu.

‘Wanita ini lebih mengerikan dari pada diriku.’

“Bae Johyun!” Suara itu menggema.

Irene terkejut mendengar suara itu. Suara yang terkesan marah padanya. Ia menoleh kebelakang.

Tepat. Ia mendapatinya menatap tajam kearahnya.

Hening

“Maaf.” Ucapan lirih itu dapat didengar dengan baik oleh wanita disudut ruangan itu.

Ia menghela nafas. Terkadang menyesali sikap kerasnya terhadap ‘anak-anak’.

Ia berjalan mendekat. Mengusap kepalanya sayang.

“Maaf.” Balasnya sambil tersenyum. Irene mendongak. Mendapati Yoona Unnie, wanita favoritenya itu tersenyum Irene memeluknya.

“Ah, jangan terlalu kencang menabrak tubuhku Irene-ah. Badan ku masih terasa lemas, hmm.”

Irene cemberut. “Lalu, kenapa Unnie kemari?”

“Tidak. Tidak ada apa-apa. Hanya ada hal yang harus ku bicarakan dengan Sunny Unnie. Jja, susul Joy dan minta maaf padanya.” Ia mengusap kepala itu lagi dengan lembut. Irene mengangguk dan meninggalkan mereka.

“Senang bertemu kembali Jessica-Ssi.” Ia menatap wanita bermarga Jung itu.

“Eh, ah. Ya. Uhm…”

“Yoona, kau bisa memanggilku Yoona.”

“Ah, ya.” Dengan tanpa alasan, detak jantungnya tak biasa. Jessica menggigit bibir mungilnya. Merasa aneh.

“Tak perlu merasa canggung. Bagaimana kabar mu, Jessica-ssi?”

“Oh, uhmm, aku.. Aku baik-baik saja Yoona-ssi. Terima kasih telah bertanya.”

Yoona tersenyum kecil melihat gelagat lucu dari wanita didepannya ini.

“Senang mendengarnya. Maaf, aku ingin meminjam sahabatmu Sunny. Ada yang harus aku bicarkan padanya.”

“Uhm, ya.” Jessica menatap ragu pada mata indah dari wanita bernama Yoona itu.

‘Bukankah itu mata yang sangat cantik?’

‘Ahh, kenapa aku nerveous begini.’ Batinnya berkicau.

“Kau ingin kutemani melihat sekeliling? Dilantai atas, kau bisa melihat pemandangan yang menakjubkan.”

“Oh benarkah, Taeyeon-Ssi. Terdengar menarik.”

Mereka berdua meninggalkan dua pasang wanita yang tampak serius. Yoona menatap hamparan pohon itu. Semilir angin menghempaskan rambutnya. Mereka berdua kini sudah berada di balkon gedung itu. Tepatnya di lantai 2.

“Kenapa kau membawanya kemari?” Nada bicaranya itu terdengar dingin dan menakutkan. Tapi tidak untuk Sunny. Seperti terbiasa, ia hanya mengangguk mendengar ucapan dari wanita yang lebih tinggi darinya.

Sigh.

“Aku hanya ingin membuat pikirannya lebih tenang. Itu saja. Karena ku pikir dia butuh tempat yang sepi dari hiruk-pikuk manusia dan kota.” Ia menyesap minuman yang entah sejak kapan ia memilikinya.

Wanita bernama Yoona itu hanya mengangkat alisnya. Mencoba menelaah apa yang dikatakan wanita yang lebih pendek darinya.

“Tempat ini terlalu berbahaya untuknya Sunny-ah.” Kini suaranya melembut. Ia menghela nafas lelah. Tubuhnya masih terasa sakit.

“Ini wilayah kita Yoona. Mereka tidak akan berani melakukannya. Lagi pula, aku ingin mengenalkannya pada anak-anak.” Jawabnya enteng.

Yoona kini menghadapnya. Melihatnya dengan intens.

“Sudahlah. Semuanya akan baik-baik saja. Percayakan padaku.” Ia mengibaskan tangannya melihat tatapan khawatir dari Im Yoona.

Sigh.

“Baiklah. Aku akan kembali. Pastikan dia aman. Aku meminta pada pasukan Stonx untuk mengawal tempat ini. Berhati-hatilah saat keluar nanti.”

“Tck. Kenapa buru-buru pergi, tidak kah kau ingin berbincang dengannya?” suara meledek dari wanita pendek bernama Sunny itu membuat Yoona mendelik.

“Berhenti dengan omong kosongmu. Aku butuh istirahat.” Saat ia akan melangkah dengan super kilatnya, lagi-lagi wanita pendek itu membuatnya kesal.

“Sudahlah. Jangan malu-malu. Bertemu dengannya dan berbicara sedikit tidak menggunakan tenaga, kau tahu?” ia tertaw terbahak dan melenggang pergi.

Yoona menggerutu.

“Dasar cebol!!!”

 

   

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
kaitoyoong
#1
Bagus tapi kada agak bingung untuk p.o.v milik siapa
oungie87 #2
Chapter 1: widih, stori baru nih. keknya bagus. menarik juga plotnya. jangan lama-lama ya updatenya :*