CHAPTER 1 - DALAM SATU MALAM

MEET ADDRIELLA

Aku selalu berandai-andai jika suatu saat nanti aku akan menghilang dengan tiba-tiba, ok anggap saja aku sedang bercanda. Cuaca di Port Angeles di akhir musim dingin sekarang cukup beku dan salah satu hal terberat didunia ini bagiku adalah bangkit dari kasur tercintaku, ok abaikan. Kini aku tengah menikmati sarapan manisku dengan Seth, ayahku. Sudah dua minggu lebih aku berada di Port Angeles, menghabiskan libur tahun baruku dengan Seth. Namaku Addriella Claudate, seorang gadis 18 tahun yang sering bermimpi. Kini aku menginjak disemester 2 sebagai mahasiswa di Oregon State University. Sebuah kampus di Corvallis yang letaknya masih didaerah Oregon, membutuhkan setidaknya 5 jam dari kota kelahiranku ini. hidup berdua dengan Seth sejak umurku 8 tahun membuatku menjadi gadis yang mandiri. Tentang ibuku ? Hm dia meninggal sejak 10 tahun yang lalu karena penyakit yang diderita-nya semenjak melahirkanku, tentu saja aku terpukul akan kehilangannya begitu juga dengan Seth, namun Seth menguatkan ku ketika aku berpikir penyebab ibu tiada adalah aku.

Rasanya sudah biasa hanya aku yang banyak bicara ketika sedang menikmati sarapan pagi ini, selain karena aku harus menceritakan kehidupanku sebagai mahasiswa disana, Seth sendiri memang tidak banyak berbicara semenjak ibu tiada. Tapi tetap saja sikap hangatnya padaku tidak pernah pudar, ia hanya tersenyum dan mengelus pelan rambutku, sesekali menanggapi secukupnya yaa seperti sekarang ini.

"aku akan mencucinya.." aku berdiri dan mengambil piring kotornya, sedangkan dia mengangguk

"apakah bibi Loraine akan datang hari ini ?" aku bertanya sambil menyelesaikan cucian piringku

Seth mengangguk "dia akan mengajakmu ke pertunjukan teater nanti malam"

"benarkah ?" tanyaku memastikan

Pria itu kembali mengangguk.

"ini adalah malam terakhirku sebelum aku kembali ke Ashland" dia tampak tersenyum sedih mendengarku "padahal besok aku ulang tahun"

Dewi batinku seketika sedih

"apakah Dad akan baik-baik saja ?" tanyaku lagi dengan raut sedih, oh aku hampir menangis rasanya

Kemudian aku mendekatinya, kembali duduk bersamanya lagi

"selagi kau baik-baik saja aku pasti baik-baik saja El" aku-pun tersenyum mendengar pernyataanya

Sedetik kemudian aku dan Seth menoleh kearah pintu belakang dan mendapati bibi Loraine dengan jacket cream tebalnya, ia sedikit bergumam lebih tepatnya mengumpat kala melepas jacketnya.

"hello dear, sudah sarapan ?" Tanyanya langsung

Ya, bibi Loraine memang seperti ini. selama aku meninggalkan Seth sendirian, bibi Loraine lah yang menjaganya mungkin lebih tepatnya menemani atau seperti menjaga rumahku karena juga Seth sangat sibuk dihari biasa, dia adalah seorang kepala polisi di kota dengan populasi tak sampai 20.000 ini.

"apa kau selalu menggunakan pintu belakang bibi ?" tanyaku

"kalau saja aku tidak mengetuk dan berteriak berkali-kali dihalaman depan tadi, tentu aku tidak akan kedinginan seperti ini" ujarnya panjang lebar membuatku terkekeh

"ok, aku akan kekantor sekarang"

Aku menoleh ke Seth dan tersenyum, bibi memberitahu kepada adiknya itu untuk menggunakan jacket yang tebal karena cuaca hari ini cukup dingin dan aku menyetujuinya. Sepeninggalan Seth bibi mengambil sarapannya terlebih dahulu sebelum akhirnya duduk bersamaku, ia bertanya setelah menyelesaikan suapan pertamanya. Hm rasanya ini memang kebiasaan seorang Loraine.

"kau besok berulang tahun" aku mengangguk

"kau ingin memberiku kado ?"

Ia mendengus membuatku sedikit terkekeh "kau sama percaya dirinya dengan ibumu"

"tapi aku sedikit khawatir" tawa kecilku terhenti

Tak ada yang mengeluarkan suara untuk beberapa detik kedepan, bibi seperti salah berbicara namun aku akan mengetahui apa maksud perkataannya.

"hm mengapa begitu ?" tanyaku akhrinya dengan nada sesantai mungkin

Dia menggeleng dan kembali menyuapkan pancake yang dibuat Seth tadi

"ayolah bibi kasih tahu aku....." pintaku sedikit manja "kau tahu aku sangat tidak suka dibuat penasaran"

"apa kau merasakan sesuatu yang aneh belakangan ini ?" aku terdiam sejenak lalu menggeleng pelan

"baguslah kalau begitu" dia tertawa

Aku mengerucut bibirku kesal, bibi selalu seperti itu sangat tidak jelas. Lebih baik mengabaikannya dan kembali menikmati susu putihku, oh tentu saja aku masih meminum susu putih yang katanya penuh kalsium ini.

.

Suhu dimalam hari ketika musim gugur di Port Angeles tidak sedigin kemarin malam dan aku sedikit bersyukur untuk itu. Kini aku dan bibi Loraine sedang menuju ke pertujukan teater yang berada tak jauh dari kantor polisi tempat Seth bekerja, sejujurnya aku sangat menyukai teater dan aku sangat bangga dulunya pernah menjadi bagian dari teater. Aku turun dari mobil Seth begitu juga dengan bibi Loraine namun tidak dengan Seth, tadinya ia memang ingin ikut bergabung namun ada kasus penculikan yang harus diselesaikannya bersama tim kepolisian kota lain. ok aku tidak mengerti tentang itu.

Aku dan bibi memasuki teater yang sudah setahun ini tidak pernah kukunjungi, tidak lupa kami membeli makanan ataupun minuman sebelum akhirnya menemukan kursi sesuai dengan tiket yang sudah kami beli. Oh aku sangat tidak sabar dengan pertujukan ini.

"penyihir terkuat"

Aku membaca judul drama yang akan dimainkan ini, sangat menarik. Tiba-tiba ponselku berbunyi menandakan pesan masuk, aku merogoh tasku dan segera menemukan ponselku. Oh pesan dari Diona ternyata.

Aku kembali seminggu lagi El, masih banyak yang harus kulakukan di Seattle

Sahabatku yang sangat manis, bahkan kami berencana untuk kembali bersama namun sepertinya urusannya di Seattle belum selesai. Aku sedikit kasihan kepada Diona, diusia-nya yang muda Diona suda mulai menekuni perusahaan ayahnya di Seattle, mungkin karena dia anak satu-satunya ya mau tidak mau ia harus siap untuk itu.

It's ok dear, bawakan aku sesuatu kalau begitu

Aku menjawab pesannya

Diona adalah sahabatku sejak mungkin dari lahir pasalnya sejak kecil aku selalu bersama dengannya, dulu Diona tinggal di Port Angeles juga sama denganku dan kami satu sekolah. Namun keluarganya pindah ke Seattle setahun sebelum kelulusan sekolah menengah atas, jadilah Diona tinggal bersamaku selama setahun setelahnya aku dan Diona berhasil masuk ke Oregon State University.

Ok, cukup bercerita tentang Diona. Aku mengunci ponselku dan kembali meletakkan-nya ke tas kecilku dan mulai fokus ke drama yang baru saja mulai ini.

Senyumku memudar ketika aku melihat sosok ibuku diatas panggung dengan kedua tangannya terikat keatas, aku terkejut dan sangat ingin berteriak namun entah mengapa semua itu tertahan. Pandanganku teralih ketika melihat seorang wanita lainnya berperawakan tua mendekati ibuku dengan pisau di tangannya. Aku berdiri, dan seketika aku tersadar semua orang didalam teater ini tewas mengenaskan. Aku menangis dan melihat kearah bibi.

Oh, tuhan! Ada apa ini ? mengapa leher bibi seperti tergores luka

"bibi.....hikss" aku mencoba membangunkannya namun tidak bisa

"E.L.L.A"

Deg!

Suara menyeramkan itu membuatku perlahan menoleh ke panggung teater dan aku mendapati ibuku sudah tak berdaya dengan dadanya yang terluka. Aku berteriak keras ketika melihat apa yang ada ditangan wanita tua itu,

Jantung ibuku ?

"Ella......Ella.........."

Airmata-ku terjatuh seketika, aku seolah tersadar. Oh tadi itu sangat nyata dan apa itu mimpi ? aku berpaling kearah panggung teater yang tampak kosong, kemudian aku menoleh kesembarang arah. Orang-orang sudah tampak meninggalkan tempat duduknya dan itu membuatku bingung, aku memegangi kepalaku yang sedikit sakit.

"apa kau baik-baik saja ?" aku tidak menanggapi pertanyaan bibi

"pertunjukannya sudah selesai, sebaiknya kita pulang karena Seth sudah menunggu didepan"

Apa dia bercanda ? Selesai ? Bahkan aku tidak tahu jalan ceritanya, yaampun apa yang terjadi denganku ?
 

.
 

"kau baik-baik saja El ?" itu adalah pertanyaan yang ketiga dari bibi

Aku melepas jacketku dan menggeleng pelan

"apa yang terjadi ?"

Oh, great! Kini Seth bertanya

Aku menghelakan nafas dan menjawab kalau semuanya baik-baik saja, tentu saja aku tidak akan mengatakan apa yang aku mimpikan tadi. Aku menuju dapur dan mengambil air, ya setidaknya biarkan aku minum untuk meredakan kegelisahanku. Aku sedikit memijit keningku, rasanya sangat pusing ketika mengingat tentang mimpi tadi. Apa artinya tadi ? mengapa ibu ? dan siapa wanita sialan itu ? Oh denyutan kepala kepalaku kembali terasa, aku pun meminum air yang tersisa dengan sekali tuguk dan duduk sebentar.

"Aaaaaaaaa..........."

Seketika aku berdiri dan langsung saja aku keruang utama kala mendengar jeritan bibiku, dan tunggu! What the Hell ? siapa mereka bertiga ?

Aku menatap tiga perempuan asing yang mungkin ini yang membuat bibi berteriak, apa mereka teman bibi ? dan mengapa pakaian mereka sangat norak dimusim dingin ini?

Seth dan bibi Loraine masih terdiam, mencoba mencerna apa yang mereka lihat begitu juga denganku. Ketiga perempuan dihadapan kami masih setia dengan senyum lebar mereka. Perempuan yang ditengah berambut merah dengan ikalan yang mengembang sedangkan disebelah kirinya berambut kuning dan bergelombang, warnanya sangat sama denganku dan juga ibuku ? dan yang terakhir berwarna hitam pendek. Ok, apa mereka sejenis girlband ?

"kami bukan girlband"

Apa dia membaca pikiranku ?

Perempuan berambut hitam itu mengangguk

Oh itu sangat tidak sopan, batinku berteriak

"lama tak jumpa Seth" perempuan dengan rambut sama sepertiku maju beberapa langkah, ok apa dia kekasih Seth ?

"aku berharap tidak berjumpa denganmu maupun kalian" jawab Seth terdengar kasar memang, sampai rasanya aku tak sangka dia bisa seperti itu

"takdir Seth"

Perempuan berbambut merah mendekatiku dan tentu saja aku mundur seketika, bagaimana jika perempuan ini mencoba untuk membunuhku ?

"berhenti..."

Seketika langkah mundurku terhenti dan tubuhku seolah tidak dapat digerakkan

"She's really beautiful Amber" ujarnya kemudian

"siapa kalian ?" Tanyaku kemudian

"El sebaiknya kau kembali kekamar" pinta Seth membuatku bingung, aku sangat penasaran namun apa aku harus menuruti Seth ?

Perempuan yang berbicara kepadaku kembali ke posisi semulanya kemudian si rambut hitam tampak mengeluarkan surat.

"I'm really sorry Seth, tapi dia harus tahu"

Aku menoleh kearah Seth yang tampak putus asa, ada apa ini sebenarnya ? apa yang harus kuketahui yang tidak kuketahui ?

Aku menghelakan nafas kemudian mencoba mulai berbicara

"ok, adakah yang bisa menjelaskan situasi seperti apa ini ?"

Perempuan berambut yang sama denganku tampak menghelakan nafas

Apa aku akan dinikahkan dengan seseorang diumurku yang hampir 19 tahun ini ? oh, astaga bahkan aku tidak bisa membayangkan diriku yang akan menikah. Ok, dengan seperti apa sosok yang akan menikah denganku jika itu memang benar terjadi? Apakah tua ? mengapa raut wajah Seth sangat tidak mengenakkan, apa ia mempunyai banyak hutang maka dari itu dia mendapatkan sebuah perjanjian gila dengan menikahkanku dengan seseorang ?

Oh mengapa kilasan sebuah novel ada dipikiran ku sekarang ?

"kami adalah penyihir"

What ?!!

"apa ?"

Sementara Seth memijit keningnya.

 

.To Be Continue.

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet