Ep. Birthday Gift

The Bold Princess and The Heartless Captain

Pagi ini kerajaan terlihat penuh dengan tamu. Dari luar para penjaga memeriksa setiap tamu undangan yang akan masuk kedalam kerajaan, pengamananpun dilakukan di setiap titik untuk memastikan semua anggota kerajaan tetap aman di perayaan ulang tahun Putri Lee Jae Shin. Metal detector dipasang tepat di depan pintu masuk memastikan tak ada hal apapun yang membahayakan anggota kerajaan.

Tamu undangan sudah memenuhi kebun belakang yang di hiasi dengan bunga mawar putih. Meja-meja sudah di tata dengan nama tamu di atasnya. Perdana mentri sampai dengan artis papan ataspun datang dalam undangan ini. Terlihat beberapa tamu undangan yang saling mengenal berbincang satu sama lainnya sambil sesekali bercerita tentang masa lalu dan bagaimana mereka sangat merindukan Putri Lee Jae Shin.

Sang Raja, Lee Jae Kang dan adiknya yang ke dua, Pangeran Lee Jae Ha menyambut tamu undangan dan menemani mereka untuk berbincang. Namun tak lama terlihat Yeom Dong Ha, si pengawal tampan berlari ke arah sang raja dan pangeran. Wajahnya tampak khawatir dan gugup terlihat dari bulir-bulir keringat yang menempel di pelipisnya.

“Eh…permisi, Yang Mulia.” Bisiknya kepada sang raja.

“Ada apa?” Tanya raja sambil menunggu jawaban Dong Ha.

“Tuan Putri Lee Jae Shin…” dengan memberanikan diri, Dong Ha melanjutkan, “Ia…tidak ada di istana.”

“MWORAGO?!” adalah teriakan sang raja dan mengundang perhatian sebagian tamu undangan yang berada di dekatnya. Bahkan pangeran Jae Ha sampai menghampiri mereka berdua.

Hyung, waeyo?” tanyanya bingung. Raja Jae Kang memijat pelipisnya yang mulai terasa berdenyut dan tanpa menjawab adiknya itu ia langsung memerintahkan Dong Ha, “Cepat cari dia, lacak ponselnya, lacak plat nomornya dan apapun itu untuk menemukan Jae Shin!”

“Sebenarnya…Eun Shi Kyung sudah keluar dengan 3 pengawal lainnya mencari putri.”

 

***

 

Bukan kali pertama sang putri kabur dari istana, namun walaupun begitu tetap saja selalu menyusahkan. Ditambah ini merupakan hari ulang tahunnya yang ke 25 dan sang raja sudah mengundang tamu-tamu penting yang selalu ingin bertemu dengan putri. Pesta meriah sudah dipersiapkan dan setumpuk kado juga telah di berikan untuknya, tetapi tanpa pamit ia menghilang. Kebiasaan buruknya meninggalkan istana seperti ini tentu membawa kekhawatiran semua pihak, karena mereka takut putri Jae Shin menjadi target penculikan.

Kepala pengawal kerajaan, Eun Shi Kyung beserta pengawal lainnya berpencar untuk mencari sang putri secara berkelompok, namun untuk Shi Kyung ia memilih untuk mencari sendiri. Dua tim telah melaporkan mereka tidak menemukan putri Jae Shin di pantai maupun di toko music tempatnya biasa melarikan diri dan kini tersisa kedai tteokpokki yang biasa ia kunjungi.

Sesampainya di depan kedai, Shi Kyung langsung keluar dari mobil dan masuk kedalam untuk melihat apakah tebakannya benar sang putri ada disana. Namun sayangnya—bahkan setelah bertanya kepada pegawai toko, ia tak menemukan putri Jae Shin di dalam. Dalam hati Shi Kyung merasa geram karena menurutnya sifat kekanakan putri terkadang diluar kendali. Apalagi disaat sang raja dan pangeran Jae Kang yang menyempatkan waktu untuk hadir merayakan ulangtahunnya terasa sia-sia. Di tengah geram dirinya, ponselnya berbunyi dan menunjukkan nomor salah satu pengawal yang menelepon.

“Ya? Apa? Baik aku akan kesana.”

Tempat itu…apakah mungkin?

Entah seberapa kencang sirine yang ia bunyikan dan seberapa cepat ia kemudikan mobil hingga membawa dirinya berada disini sebelum anggotanya yang lain. Ia ingat betul tempat ini, tempat pertama kali ia menghabiskan waktu bersama sang putri di hari kedatangannya dari Amerika. Putri Jae Shin menyebutnya, bukit harapan. Oh betapa Shi Kyung ingat bagaimana ia terpesona dengan paras cantik sang putri hanya dengan berada di sampingnya.

Shi Kyung berlari mengikuti jalan setapak yang menanjak. Dinding beton berjajar tidak terlalu tinggi menjadi pembatas antara bukit ini dengan jalanan yang curam di bawah. Tak jauh berlari, iapun mendapati sang putri tengah asik duduk pada dinding pembatas. Bahkan dari jarak yang tak jauh, sayup-sayup Shi Kyung dapat mendengar Jae Shin bernyanyi. Suara merdunya sesaat membawanya kemalam mereka pertama kali bertemu di salah satu pub dimana ia melihat putri yang kala itu menyamar dan bernyanyi di panggung.

Shi Kyung harus membuang semua memori manisnya itu dan berjalan kearah sang putri berada. Tanpa menoleh dan melihat, Jae Shin tahu betul kalau si kepala pengawal kerajaan itu kini sudah berdiri di belakangnya. “Huaah, sungguh hari yang indah!” ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya.

Putri Jae Shin membalikkan badannya hingga ia bisa melihat punggung Eun Shi Kyung. “Annyeong, Eun Shi Kyung.” Sapa Jae Shin dan seketika Shi Kyung membalikkan badannya memberikan hormat kepada sang putri. “Kepala pengawal kerajaan, Eun Shi Kyung!” Jae Shin tersenyum melihat pengawalnya yang seketika kaku dan formal kepadanya. “Yang Mulia, izinkan saya untuk membawa anda pulang ke istana. Pesta ulang tahun anda akan segera dimulai.”

“Tidak mau! Aku ingin berada disini lebih lama sebelum besok aku harus melakukan kegiatan sosial lagi.” Rengeknya manja. “Eh, tidakkah kau ingat? Dulu aku pernah bernyanyi untukmu disini.”

Seketika itu degup jantung Shi Kyung menjadi tak menentu namun ia tetap mengedepankan prioritas yakni, membawa sang putri kembali ke istana dengan selamat. “Maafkan saya, tapi saya rasa kita harus kembali ke istana sekarang, putri.” Dengan cepat tangan Shi Kyung mengangkat tubuh kecil si putri dan membawanya turun dari dinding pembatas, membuat gadis itu terkejut.

“YA EUN SHI KYUNG!” teriaknya saat ia sudah di turunkan. “Aku tidak memberimu izin untuk menggendongku. Menyentuhkupun aku tak memberi izin. Kau tahu kan kalau kau bisa di pecat karena hal itu?”

“Saya memiliki hak khusus yang di berikan langsung oleh sang raja,” Shi Kyung menunjukkan kartu Royal Security Priviledge Card Republic of Korea berwarna hitam dengan namanya yang dicetak menggunakan warna emas. “jadi saya memiliki hak untuk membawa anda pulang dengan selamat.”

“Bagaimana kalau aku tidak mau?”

Kalimat itu seperti sihir. Kedua tim yang tadi pergi mencarinya kini sudah berada disekeliling mereka, memastikan sang putri tak lari lagi. Kesal? Tentu saja. Sang putri berharap bisa lenyap saja dari sini dan kembali ke kebiasaan lamannya yang bisa dibilang merakyat. Namun apalah dayanya? Eun Shi Kyung dan pengawal kerajaan pasti akan mencegahnya bila ia mengambil langkah gegabah.

“Kau…benar-benar tidak punya hati!” ucap sang putri kesal. Walaupun ada rasa teriris dalam hati Shi Kyung, namun laki-laki itu mencoba tenang dan menjalankan profesinya se professional mungkin. Tanpa melepaskan tatapannya dari Shi Kyung yang tengah tertunduk, putri memberikan perintah kepada pengawal yang lain, “Kalian semua balikkan badan!”

Tak satupun dari mereka yang bergerak. Mereka hanya melihat ke arah satu sama lain dengan takut. Bukan apanya, namun mereka berada di bawah perintah Eun Shi Kyung dan mereka hanya akan melakukan apapun yang di perintahkan laki-laki itu.

“Maafkan saya putri, tapi mereka hanya akan bergerak bila saya perintahkan untuk bergerak.”

Jae Shin semakin kesal dan tak bisa di pungkirinya, omelan keluar dari mulutnya itu, “Memangnya aku peduli? YA! Aku putri Lee Jae Shin dan aku perintahkan kalian untuk balik badan sekarang juga atau kucabut jabatan kalian dari jajaran staff pengawal! Aku tidak mau kalian menjadi saksi bagaimana aku memberikan pelajaran kepada kepala pengawal kerajaan yang sok tau ini.” Seketika itu juga, para pengawal langsung membalikkan badan mereka, takut bila ancaman lain keluar dari mulut si putri.

Jae Shin masih menatap Shi Kyung yang wajahnya menunjukkan ekspresi datar namun dalam hati ia gugup dengan apa yang akan dilakukan si putri kepadanya. “Terimalah pelajaranmu ini, Eun Shi Kyung.” Ucap putri sebelum menarik kerah jas Shi Kyung dan menciumnya.

Laki-laki itu sempat terkejut dan hampir mendorong sang putri, namun ia tahu dirinya tidak boleh memegang anggota kerajaan bila tidak diminta. Dan kini ia hanya bisa mematung membalas ciuman lembut dari Jae Shin.

Setelah beberapa saat putri Jae Shin melepaskan ciumannya dan genggamannya pada jas Shi Kyung. Ia kemudian melihat kearah laki-laki di hadapannya itu dengan senyum puas sebelum kemudian berjalan kearah mobil yang akan membawanya kembali ke istana.

Di lain pihak, untuk beberapa saat Shi Kyung masih mematung menatap punggung sang putri yang kini berjalan menjauh. Degup di hatinya semakin tak menentu, apalagi pipinya yang kini terasa terbakar. Ia pikir dirinya sudah cukup gila untuk menyukai sang putri sejak pertama mereka bertemu, namun tak jauh lebih gila saat ia memberikan ciuman balasan kepadanya. Setelah mengumpulkan akal sehatnya, ia segera berlari ke arah mobil kerajaan dan membawa putri Lee Jae Shin kembali ke kerajaan.

 

***

 

Pesta ulang tahun berjalan dengan lancar dan sampai akhir putri Jae Shin tidak berulah. Namun mata Jae Shin tak bisa lepas dari sosok Eun Shi Kyung yang berdiri tak jauh dari sang raja. Dan begitu pula sebaliknya, Shi Kyung akan mencuri-curi pandang ke arah sang putri untuk beberapa saat.

Setelah pesta ulang tahun selesai, Jae Shin merasa sungguh lelah dan dirinya ingin sekali baring di kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebalnya. Namun saat Jae Shin baru saja membuka selimutnya, ia mendengarkan ketukan di pintu. Sudah hampir pukul 11 malam dan siapapun tak mungkin mendatangi kamarnya selarut ini, kecuali oppa nya.

Oppa, ini sudah jam bera…” saat Jae Shin membuka pintu ia terkejut mendapati Shi Kyung berdiri disana. “Kau…sedang apa disini?” tanyanya mencoba menutupi jantungnya yang berdegup. Ia menamatkan dari atas kebawah apa yang laki-laki itu kenakan malam ini. Jaket jumper, celana training dan sepatu kets.

Shi Kyung harus berdeham dulu untuk menghilangkan gugupnya sebelum berbicara, “Saat anda merasa lelah, olahraga adalah kunci untuk menghilangkannya.”

Dan dengan begitu, Jae Shin langsung mengganti bajunya dengan setelan olahraga berwarna pinknya yang matching dengan sepatu lari berwarna pink pula. Shi Kyung membawa sang putri berlari mengelilingi taman kerajaan yang pagi tadi penuh akan tamu undangan. Kini taman seperti hanya milik mereka berdua. Laki-laki itu tahu betul lokasi mana yang sudah di lewati patrol dan mana yang belum. Dan tentu saja ia menggiring sang putri ke lokasi yang sudah di lewati tim patroli.

“Ya!” ucap sang putri dan ia berhenti di tengah jalan mencoba mengambil nafasnya. Menyamai kecepatan Shi Kyung memang bukan main rasanya. Laki-laki itu seperti kijang saja, begitu cepat! Walaupun Jae Shin sudah memintanya untuk memelankan lajunya. “Kalau begini caranya, yang ada kau malah membuatku sekarat!”

“Maafkan saya putri.” Adalah hal yang bisa di ucapkan Shi Kyung. Berlari sama sekali tidak bisa menghilangkan rasa gugupnya, apalagi saat berlari bersama sang putri seperti saat ini. Iapun menuntun putri ke salah satu lokasi yang ia sebut sebagai blind spot, karena di lokasi ini tidak ada satupun kamera pengawas.

“Kurasa…kau…sudah…terbiasa…berlari…” Jae Shin mulai berbicara melantur dan hal ini membuat Shi Kyung tersenyum.

Gongjunim…” panggil Shi Kyung dan si putripun menoleh kearahnya. “Raja, pangeran, dan seluruh tamu undangan sudah memberimu hadiah. Tak adil rasanya bila aku tidak memberikanmu hadiah ulang tahun, jadi…terimalah hadiah ulang tahun dariku ini.”

Saat itu juga sambil menggenggam tangan Jae Shin, Eun Shi Kyung si kepala pengawal kerajaan mencium bibir si putri. Awalnya sang putri terkejut, namun iapun membalas ciuman Shi Kyung dan memeluknya erat. Jae Shin tak ingin melepaskan ciumannya tapi ia merasa harus, “Tidakkah, disini ada kamera pengawas?” tanyanya.

“Satu-satunya kamera pengawas disini adalah aku.” Ucap Shi Kyung sebelum kembali mencium Jae Shin.

Ciuman yang terasa lama itu membuat seakan ada kupu-kupu yang terbang di dalam perut mereka. Hal ini membuat Jae Shin semakin jatuh hati kepada pengawalnya itu, yang tidak memiliki selera humor dan sangat kaku. Begitu pula dengan Shi Kyung, ia juga manusia yang memiliki perasaan dan hatinya sudah jatuh kepada si putri cantik yang kekanak-kanakan itu.

Saengil chukae…uri gongjunim.”

 

-The End-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet