Nerd or Slave?

Flower Boys and the nerd

Ponsel berwarna silver metalik yang terletak di atas meja kecil kembali berbunyi dengan keras. Ri-Young membuka matanya perlahan, kemudian meraih ponsel yang masih berbunyi itu. Ia memicingkan matanya, berusaha membaca kontak nama yang ada di ponselnya. Gadis itu segera melempar ponselnya ke sudut kasur, saat mengetahui orang yang berkali-kali menghubunginya adalah Huang Zi Tao. Anak berandalan yang suka mengganggunya saat SMP dulu. Sial, mengapa ia menghubungi Ri-young lagi? Apa belum cukup ia mengganggu kehidupannya saat SMP dulu?

Sebuah notif Mine (aplikasi berbasis chat) muncul dari ponselnya.

Huang Zi Tao

Apa kau benar-benar melupakanku, ugly duckling?

Riyoung memandangi ponselnya seraya berpikirs sejenak. Ia teringat dengan kata-kata sahabatnya, Minji. 'Kau harus berpura-pura mengaku sudah punya pacar padanya. Biasanya, orang akan berpikir dua kali untuk mengganggu kita jika mempunyai seorang kekasih.' Gadis bersurai coklat tua itu mengambil nafas sejenak, lalu tersenyum tipis. Benar kata Minji, ia harus berpura-pura memiliki seorang kekasih agar Zi Tao tidak lagi mengganggu hidupnya.

Gadis itu segera berseluncur di instajram, Ia memilih-milih foto lelaki tampan yang pas untuk menjadi 'kekasihnya' sementara. Ri-Young kembali mengukir senyumannya saat menemukan sosok lelaki yang menurutnya pas. Pemuda itu cukup tampan dengan atasan jaket denim dan celana hitam-abu. Gadis bermarga Shin ini mendownload foto tersebut, kemudian mengeditnya sebelum mengunggahnya sebagai foto profil. Ia menambah stiker hati di status terbarunya agar meyakinkan orang bahwa pemuda itu adalah kekasihnya.

Kemudian Ri-Young kembali membuka chat dari Zi Tao dan membalasnya.

Huang Zi Tao

Apa kau benar-benar melupakanku, ugly duckling?

                                                                     Maaf, jangan ganggu aku lagi. Sekarang aku sudah punya kekasih. 

Riyoung tersenyum puas. Gadis itu menelpon Minji agar sahabatnya mengetahui hal bagus yang ia lakukan malam ini.

"Yak! Kau gila, Ri-Young-ah?! kenapa ada foto Sehun sunbae di foto profilmu dan stiker hati?!" suara cempreng Minji tiba-tiba memekik di telinga Ri-Young. Bahkan gadis itu sampai menjauhkan ponselnya untuk menyelamatkan telinga dari ketulian mendadak.

"Aku hanya mengikuti saranmu. Kau bilang aku harus mengaku memiliki kekasih.."

"Iya, tapi jangan Sehun sunbae juga! Masa kamu ga' tahu dia? Dia itu penguasa sekolah, Shin Ri-Young. Ah sumpah aku bisa gila! Pokoknya kalau ada sesuatu yang terjadi padamu jangan mengeluh padaku! Sudah ya, bye!" Minji menutup saluran telponnya. Kini Ri-young yang terdiam mematung. Ia kembali memandangi foto profil di akun Mine-nya. Gadis itu meneguk salivanya. Perasaan takut mulai menggerayangi tubuh dan pikirannya. Ia membayangkan kehidupan di sekolah tidak akan lancar mulai dari sekarang.

***

Hari yang Ri-Young takutkan pun tiba. Semua orang di sekolahnya kini tengah membicarakan rumor tentangnya dan Sehun. Saat gadis itu memasuki gedung, semua mata tertuju padanya. Mereka semua berbisik dan menatapnya sinis. Sesampainya di kelas, semua teman-temannya kompak memberikan selamat, berbeda dengan orang-orang yang ia temui di koridor. Minji segera menghampiri Ri-Young dengan cemas. Gadis itu segera menarik sahabatnya.

"Minji-ya, aku takut," gumam Ri-Young sembari sesekali melirik ke arah pintu.

"Sudah tidak apa-apa. Doakan saja semoga Sehun sunbae tidak masuk--"

"Shin Ri Young!" tiba-tiba seisi kelas dikejutkan dengan segerombolan pemuda yang memakai dasi berwarna merah dan kuning yang bertanda kelas 11 dan 12. Salah satu dari mereka memasuki kelas seraya memandangi seisi kelas.

"Oh tidak. Matilah aku!" gumam Ri-Young sembari menyembunyikan wajahnya di meja dengan kedua tangannya.

"Aku sudah punya nomornya. Coba sebentar," pemuda jangkung bermata belo bernama Chanyeol membuka ponselnya lalu menghubungi nomor yang ia maksud.

PIIP...PIIP...PIIP. Sebuah suara tiba-tiba muncul dari ponsel Ri-Young. Wajah gadis itu berubah menjadi pucat. Ia mematung saat gerombolan senior itu menghampirinya. "A-ah, aku mau ke perpus sebentar--" Sehun yang dari tadi menatapnya tajam segera menarik tangannya dan mencengkramnya kuat sehingga Ri-Young merasa kesakitan. Lelaki itu mendekati wajah tampannya pada Ri-Young tanpa mengukir senyuman sedikitpun. Ia benar-benar menyeramkan.

"Apa maksudmu mengaku aku ini pacarmu, huh?" gertak Sehun. Wajahnya semakin mendekati Ri-Young sampai hembusan nafasnya mengenai wajah gadis itu.

"S-sunbae, aku bisa jelaskan," Minji berusaha menyelamatkan Ri-young dari terkaman senior menyeramkan itu. Sehun menjauhkan wajahnya dari Ri-Young kemudian menatap wajah Minji dengan datar.

"Tidak perlu. Aku butuh jawaban dari 'kekasih-ku' ini. Temui aku di atap sepulang sekolah." Sehun kembali menatap Ri-Young, kemudian ia berjalan meninggalkan kelas diikuti oleh keempat sahabatnya. Gadis itu merosot kebawah, ia menghela napas lega. Setidaknya wajah tampan namun menyeramkan itu tidak lagi mendekati wajahnya.

Setelah kepergian Sehun dan sahabat-sahabatnya, Minji segera memegang tangan Ri-Young yang dingin. Gadis bermarga Na itu menatap Ri-Young cemas. Ia takut sesuatu hal yang buruk akan menimpa sahabatnya seperti saat mereka SMP dulu. "Ri-Young-ah, kau yakin akan menemui mereka?" tanya Minji.

Ri-Young mengangguk pelan. "Aku harus bertanggung jawab dengan semua kekacauan ini. Tenang saja, jika ada sesuatu, aku akan menghubungimu dengan cepat," ujar gadis itu seraya tersenyum. Minji akhirnya mengukir senyuman setelah yakin bahwa sahabatnya bisa menghadapi masalah tanpa bantuannya.

"Ri-Young-ah, kau semakin dewasa ya,"

***

Waktu berlalu terlalu cepat hari itu. Padahal Ri-Young tidak ingin jam sekolah berakhir begitu saja. Bukan, ia hanya tidak ingin bertemu dengan Sehun dan teman-temannya lagi. Namun jika ia kabur begitu saja, itu berarti ia hanyalah seorang gadis pengecut. Setidaknya ia harus memberi tahu alasan mengapa ia mengakui senior bermarga Oh itu sebagai kekasihnya pada mereka. Siapa tau mereka (terutama Sehun) mengerti dan mengizinkan Ri-young berbuat semaunya. Yah, it's impossible tho.

"Kau yakin akan menemui mereka?" lagi-lagi Minji bertanya pada Ri-Young.

"Aku yakin. Aku juga akan meminta maaf pada Sehun sunbae karena sudah lancang menggunakan ponselnya." ujar Ri-Young.

"Baiklah, aku duluan ya." Minji berjalan keluar kelas meninggalkan Ri-Young yang masih bersiap-siap.

Setelah kelas kosong, gadis itu segera berjalan menuju atap dengan tergesa-gesa. Ia kembali membayangkan wajah menyeramkan Sehun yang marah karena menunggunya. Setelah beberapa saat, Ri-Young berada di balik pintu atap. Ia memegang knop pintu seraya mengatur napasnya yang tidak beraturan. Gadis itu berkali-kali menghembuskan nafasnya, menenangkan dirinya yang masih takut dengan senior-senior tampan itu. Setelah semua keberanian terkumpul kepadanya, Ri-young membuka pintu itu. Ia melihat empat orang pemuda tampan yang mengobrol satu-sama lain. Cahaya matahari yang menimpa mereka membuat paras tampan keempatnya terpancar. Ah, benar-benar seperti di surga, batin Ri-Young.

"Ekhem."

Suara pemuda berambut ikal warna hitam bermarga Oh itu membuyarkan lamunan Ri-Young. Gadis itu akhirnya berlari kecil menghampiri lima pria tampan itu.

"Jadi apa alasannya?" tanya Sehun tanpa basa-basi. Lelaki itu turun dari bangkunya kemudian berjalan menghampiri Ri-Young.

"A-anu.." Ri-Young kembali gelagapan karena tingkah Sehun. Pemuda yang lebih tua setahun darinya itu lagi-lagi mendekati wajah tampannya pada gadis itu. Kini jarak mereka hanya tinggal beberapa senti lagi. Jika salah satu teman Sehun iseng mendorong salah satu dari mereka, mungkin saja bibir mereka bisa bertemu satu sama lain.

"Jadi apa?"

"M-maaf. A-aku hanya ingin o-orang yang menggangguku lenyap dari hidupku. Kata Minji, aku harus berpura-pura mempunyai kekasih agar orang itu tidak menggangguku lagi. Makanya aku mencari foto orang dan mengakui kalau ia pacarku. Aku tidak tau kalau itu sunbae. Maafkan aku," tutur Ri-Young dengan nada gemetar.

Sehun memiringkan kepalanya, ia menatap mata adik kelasnya dengan senyuman sinis. Lelaki itu menjauhi Ri-Young dan kembali pada keempat teman-temannya. "Baiklah. Kau boleh menganggapku sebagai kekasihmu," ujar pemuda itu. Ri-Young dan empat sahabat Sehun menatap lelaki itu tidak percaya. "Kau gila?" bisik Junmyeon, sahabat Sehun yang paling tua, seorang ketua osis di sekolah. Sehun hanya tersenyum misterius menanggapi gumaman Junmyeon.

"Asalkan kau harus menjadi budakku selama 6 bulan. Kau harus mengurusi semua keperluanku di sekolah maupun di rumah. Mengerti?" lanjut Sehun kemudian mengacak-acak rambut Ri-Young. Setelah itu ia pergi meninggalkan atap sekolah.

Ri-Young meneguk salivanya. Mimpi buruk yang akan menghantuinya akan benar-benar terjadi dalam 6 bulan kedepan. Namun Ri-Young bertekad akan bertaruh melawan mimpi buruk dan ketakutannya. Ini semua adalah konsekuensi dari masalah besar melibatkan senior paling populer di sekolah yang ia buat.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet