Chapter 6

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Tak ada hal lain yang mampu membuat Amber tersenyum selain melihat Irene tersenyum. Bodoh, itulah hal yang akan banyak orang simpulkan mengenai diri Amber yang terlalu menyukai sang mantan yang dengan tega menghianatinya. Setiap hari ada sedikit harapan di dalam hatinya agar wanita itu kembali, tapi harga dirinya menolak untuk mengemis dan menangis di hadapan wanita itu.

Hal tersebut juga berlaku pada hari ini, saat Amber menerima beberapa pesan dari Irene yang dengan sengaja tak ia balas karena otaknya tak mengijinkan untuk melakukan hal itu.

Amber kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku setelah selesai membaca pesan dari Irene yang bertanya tentang kabarnya. Pria itu menghela napas berat kemudian kembali mengedarkan pandangannya pada keadaan diluar jendela bus yang sedang ramai dengan manusia yang pergi menuju tujuan mereka masing-masing.

Sesampainya di halte sekolah Amber turun dengan hati gusarnya antara harus meladeni Irene atau tidak. Langkah Amber terhenti di lorong kelasnya saat ada seseorang yang berlari dari arah belakang dan dengan sengaja menghadang langkahnya. Irene yang berlari mengejar langkah kaki Amber itu nampak kesusahan saat bernapas. Amber mengangkat alisnya, bingung kenapa Irene bisa seperti orang yang baru saja berlari mengelilingi lapangan sepak bola.

"Kenapa kau?" tanya Amber melepas earphone sebelah kanannya.

"Aku memanggilmu dari tadi, kenapa kau terus saja jalan dan membuatku berlari huh?!" jawab Irene dengan bada kesalnya sambil terengah karena napasnya yang belum stabil.

"Aku tidak dengar."

"Ah, sudahlah. Itu tidak penting. Yang penting, kenapa kau tak membalas pesanku huh??!!"

Amber berdeham, kemudian memberikan sebuah kebohongan pada Irene.

"Kenapa bisa tidak tahu?! Aku tadi diganggu beberapa pria mabuk di gang samping sekolah. Aku mengirim pesan padamu, berharap agar kau datang dan berjalan denganku tapi kau malah mengacuhkanku."

Amber terkejut mendengar penjelasan Irene, ia seketika membuka pesan yang Irene kirim dan membacanya dengan seksama. Khawatir dengan keadaan Irene ia pun mulai mengamati setiap detil tubuh wanita itu mulai ujung kepala sampai kaki. Gang samping sekolah mereka yang sepi itu memang sering dibuat tempat nongkrong oleh orang-orang tak jelas dan mengganggu warga bahkan siswi sekolah itu.

"Kau tidak apa-apa??" Amber meraih kedua lengan Irene dan membolak balik tubuh wanita itu untuk memastikan keadaannya.

Irene tersenyum senang karena Amber masih perduli dan khawatir akan keadaannya. Amber seketika terkejut saat tiba-tiba Irene mencium pipinya sambil tersenyum.

Amber menghela napas dan menyuruh Irene untuk tidak melakukannya lagi. Namun wanita itu hanya tersenyum, seakan masa bodoh dengan permintaannya.

"Kembalilah ke kelasmu." Amber melangkahkan kakinya menuju kelas meninggalkan Irene yang masih saja tersenyum di tempatnya. Tak berselang lama ponselnya berdering karena mendapat panggilan dari Irene. Amber mengangkat telfon itu dan ia hanya diam saat Irene mengajaknya untuk pulang bersama saat kelas mereka sudah selesai. Irene segera melambaikan tangannya dan pergi meninggalkan Amber menuju kelas saat pemuda itu berbalik melihatnya.

Amber yang baru saja pulang dari kerjanya berjalan menuju rumah dengan kepala tertunduk dibawah sinar bulan yang kala itu bersinar cukup terang. Langkahnya terhenti, dan matanya hanya fokus melihat dua orang yang tengah bermesraan di depan rumah mereka. Melihat sang ibu hendak memasukkan pria lain ke dalam rumah Amber pun langsung menghampiri keduanya dan menyuruh pria itu untuk pergi.

"Dia anakmu? Kelas berapa?" tanya pria asing itu pada Victoria yang kesal karena mendapat gangguan dari Amber.

"Apa urusanmu? Ini sudah malam cepat pergi." timpal Amber dingin membuat pacar ibunya tang entah nomor ke berapa itu menyeringai.

"Ini sudah malam cepat masuk.!" perintah Victoria pada Amber.

"Ibu juga masuk, ini sudah malam dan dia harus pergi. Memangnya apa yang akan kalian lakukan di dalam?! Apa karena ayah sedang diluar kota maka ibu mau melakukannya disini?!"

Kesal dengan sikap sok dewasa dan tak sopan sang anak Victoria pun segera melempar tamparan kerasnya hingga membuat pipi Amber merah dan bibirnya sedikit robek.

"Aku pulang dulu, sampai ketemu besok." pamit sang pria dan tanpa rasa malunya mencium Victoria, wanita yang masih bersuami itu dihadapan sang anak.

Amber menyeringai dan mengatai pria itu sebagai seorang brengsek saat berlalu, masuk ke dalam rumah dan meninggalkan mereka.

Ditempat lain Jessica terlihat menari di sebuah lantai dansa di hari liburnya. Lelah menari seorang diri Jessica pun kembali duduk di meja tempat teman-temannya menikmati minuman keras mereka dengan kekasih masing-masing. Salah satu pria disana terus melemparkan pertanyaan kepada sang kekasih mengapa seorang wanita cantik seperti Jessica pergi ke pesta seorang diri sementara yang lain membawa pasangan mereka.

"Bagaimana bisa seorang jomblo membawa pasangan." jawab Sunny yang sibuk membuat dirinya nyaman dipelukan sang kekasih.

"Yah~ Kenapa tak membawa brondongmu itu?" timpal Yoona yang ingin ikut menggoda Jessica.

"Dia anak dibawah umur. Tidak boleh masuk ke tempat seperti ini." jawab Sica yang sudah mulai mabuk itu dengan asal.

Kedua teman Jessica dan kekasih mereka itu seketika tertawa dengan keras saat mendengar jika Jessica bermain-main dengan seorang bocah dibawah umur.

Pikiran Jessica seketika teringat pada Amber yang sudah seminggu ini tak ia lihat. Hari-harinya yang sebelumnya menyenangkan karena mendapat seseorang yang bisa diganggu dan buntuti seketika kembali sepi seperti sedia kala. Hingga tanpa ia sadari ia merindukan si bocah dingin yang sangat sulit untuk dibuat tersenyum itu.

"Oi Sica, apa kau mengenalnya karena dia bekerja di cafe dekat temlat kita kerja?" tanya Yoona memecah lamunan Sica.

"Apa maksudmu?"

"Kemarin malam aku melihatnya di salah satu cafe yang ada di dekat club kita, dan dia memakai seragam pegawai disana."

"Benarkah??" tanya Sica tak percaya membuat Yoona dan yang lain menggeleng heran.

Sica seketika menyeringai, akhirnya ia memiliki alasan lain hanya untuk sekedar melihat wajah dingin Amber yang selama ini ia pasang dan entah mengapa itu terlihat manis dan imut.

"Jadi itu alasan kenapa dia bisa melihatku didepan club dan menggeretku pergi." gumam Jessica geli mengingat kejadian yang sudah sebulan lebih berlalu itu.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE