Chapter 24

With You
Please Subscribe to read the full chapter

 

 

Empat orang pria berbeda usia dengan tampang tak bersahabat nampak duduk di sebuah ruangan dengan jeruji yang menjadi pembatasnyanya. Amber terus mengepal tinjunya mendengar gumaman tiga pria yang duduk tak jauh dari tempatnya sekarang. Seandainya mereka tidak sedang di kantor polisi, maka sudah dipastikan Amber akan melanjutkan aksinya tadi, yaitu meninju mereka semua tanpa ampun.

Seorang wanita yang baru saja sampai di parkiran kantor polisi itu langsung berlari masuk ke dalam gedung. Mencari sosok yang sebelumnya tak pernah ia pikir akan berurusan dengan yang namanya kantor polisi atau hal semacamnya.

Amber yang sebelumnya dikuasai emosi itu terkejut melihat Jessica berlari menuju salah satu meja petugas yang ada disana. Dia bingung bagaimana bisa Jessica datang ke tempat itu.

Setelah mendapat informasi dari petugas yang ia datangi Jessica seketikan menoleh ke kanan. Rasa khawatirnya semakin menjadi ketika matanya bertemu dengan mata Amber yang nampak kelelahan. Jessica semakin terkejut mendengar penjelasan polisi yang tadi sempat berbicara dengannya tentang keadaan Amber. Orang yang tak pernah berkelahi dan pendiam itu ternyata berani adu jotos dengan tiga pria paruh baya yang tak ia kenal.

"Amber Lee, keluarlah." perintah seorang petugas ketika membuka pintu sel.

Melihat pemuda yang menjotos mereka bisa pulang ketiga pria yang sedang duduk itu seketika berdiri dan protes kepada petugas. Sementara Amber hanya berlalu dengan kepala yang setia menunduk. Dia malu untuk mengangkat kepalanya dan melihat Jessica yang berdiri tak jauh darinya itu. Jessica hanya menghela nafas melihat Amber berlalu tanpa menyapanya. Ada banyak pertanyaan di otaknya, tapi sepertinya diam adalah pilihan terbaik untuk saat ini.

Setelah memberikan salam kepada petugas tadi Jessica pun berjalan, mengejar Amber yang sudah keluar terlebih dahulu. Pria itu masih saja menunduk saat berjalan menuju gerbang utama kantor polisi. Jessica berlari, dan meraih lengan Amber agar ia berhenti karena teriakkannya sama sekali tak digubris.

"Masuklah akan kuantar kau pulang." bujuk Jessica halus.

Amber hanya diam dan menurut, rasa lelahnya karena semalaman tak tidur itu membuatnya enggan untuk menolak, melemparkan pertanyaan atau apapun itu kepada Jessica. Dia pun sedikit bersyukur karena Jessica tak langsung menghujaninya dengan berbagai macam pertanyaan tentang alasannya bisa berada disana.

Jam tangan Jessica menunjukkan pukul delapan pagi, sama halnya dengan Amber yang tidak tidur semalaman Jessica pun sebenarnya juga merasa lelah. Namun, mendengar Amber berada di kantor polisi membuatnya segera turun dari tempat tidur dan pergi untuk menjemputnya pulang. Jessica tak tahu harus melajukan mobilnya kemana karena ia tak tega membangunkan Amber yang tengah tertidur pulas meskipun dia sudah sampai di rumah pria itu. Melihat wajah Amber yang kotor, babak belur, dan bahkan berdarah itu membuat Jessica tahu kemana dia harus melajukan mobilnya.

Rasa pegal dan sakit baru dapat Amber rasakan saat membuka kedua matanya saat itu. Dia bingung melihat kursi disampingnya kosong dan ia hanya sendirian di dalam mobil. Tak berelang lama dari kejauhan dia melihat Jessica tengah berjalan dengan kantung plastik ditangannya. Berkali-kali dia bergelut dengan hati dan pikirannya sendiri.

"Dia bukan orang seperti itu. Kau harus percaya padanya." gumam Amber meyakinkan dirinya sendiri.

"Oh, kau sudah bangun?" tanya Jessica sesaat setelah ia membuka pintu mobil.

Amber hanya mengangguk dengan senyum tipisnya.

"Lihatlah, kau masih berani tertawa meskipun sudah membuatku khawatir setengah mati."

"Maaf."

"Obati lukamu dulu baru minta maaf."

Jessica membuka bungkusan obat yang baru saja ia beli dari apotik itu untuk Amber. Rasa lelah dan kantuk yang sangat berat membuat Jessica beberapa kali menahan diri agar tidak menguap dihadapan Amber. Namun, melihat mata Jessica yang merah dan mulai berair itu membuat Amber sadar jika dia sudah menyusahkan kekasihnya.

"Sakit?" tanya Jessica saat mengoleskan alkohol pada luka di bibir Amber agar tidak infeksi.

"Tidak."

"Aigoo, bagaimana ini. Tampang tampanmu berubah menjadi amburadul." goda Jessica mencoba membuat Amber yang murung itu tersenyum.

"Bagaimana Noona bisa tahu aku  disana?"

Jessica menatap Amber dengan tajam, akhirnya  pria itu membuka topik pembicaraan yang dia tunggu sedari tadi. Jessica mulai bercerita panjang lebar kalau dia mencari Amber setelah membaca pesan yang ia kirim. Namun, saat dia keluar Amber tidak ada ditempatnya bahkan tidak bisa dihubungi sampai akhirnya ada seorang polisi yang mengangkat telfonnya di pagi hari dan menyuruh datang sebagai wali agar Amber bisa keluar dari tahanan.

"Kau membuatku khawatir disaat aku sudah lelah semalaman bekerja."

"Noona lelah bekerja?"

"Semua pekerjaan di dunia juga melelahkan Amber."

"Kalau begitu keluar saja."

Mata Jessica terbuka, sesaat kemudian dia tersenyum dan mengatakan jika lelucon Amber itu tidak masuk akal karena dia tidak bisa melakukannya.

"Carilah pekerjaan lain, atau Noona bisa mengelola kafe ku kalau mau. Aku tidak masalah, hasilnya bisa kita bagi dua."

Jessica diam, dia melihat sorot kerisauan dalam mata Amber.

"Kenapa aku harus mengambil hasil kerja kerasmu. Tidak mau, ini duniaku dan hanya ini yang bisa kulakukan."

Amber membuang muka. Ingin rasanya dia mengumpat dengan sekeras mungkin.

"Kalau begitu ayo kita menikah saja."

"Ada apa denganmu?! Kenapa kau bicara ngawur sedari tadi?"

"Aku tidak ingin melihat Noona bekerja di sana. Aku tidak ingin Noona melayani para pria brengsek itu. Aku lelah mendengar omongan orang di luar sana!"

Jessica membisu melihat Amber berteriak dengan frutasi seperti tadi. Dia mencoba paham dengan perasaan Amber. Namun, tetap saja. Dia tidak bisa meninggalkan pekerjaan itu.

"Kau malu denganku?"

"Keluarlah dari pekerjaan itu."

Jessica memalingkan wajahnya, melihat jalan didepannya dengan tatapan dingin nan tajam.

"Kau tidak berhak mengaturku. Turunlah, aku mau pulang."

Selepas Jessica pergi meninggalkannya di depan sebuah apotik yang ada didekat lingkungan rumahnya Amber hanya bisa menunduk lesu, mencoba menahan emosinya  agar tidak meledak karena Jessica tak ingin menuruti keinginannya.

~

Jessica menatap kosong pada kaca di meja riasnya. Sebenarnya dia juga ingin pergi, meninggalkan dunia itu sejauh mungkin. Namun ia tak yakin dirinya sendiri mampu melakukan hal itu. Selain itu dia juga tidak bisa melakukan hal lain selain menuangkan alkohol untuk para pelanggannya.

Lelah dengan pikirannya Jessica pun beranjak dari tempatnya, berjalan keluar menuju salah satu ruangan di gedung itu untuk melakukan hal yang selama ini ia lakukan setiap malam.

Amber melihat layar ponselnya dengan perasaan fustasi. Seminggu sudah dia dan Jessi

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE