Chapter 2

With You
Please Subscribe to read the full chapter

Selamat malam minggu all, nih aku kasih fast update buat nemenin malam minggu kalian. Jangan lupa komennya ya. Upvote juga kalau mau. Kkk~ ♡♡

Cuuzzz langsung aja nih~ Selamat membaca ♡

 

 

 

Sebuah mobil BMW hitam terlihat sedang mencoba parkir di depan salah satu rumah pada pagi buta. Setelah selesai memakirkan mobilnya perhatian Jessica beralih pada sebuah jas sekolah yang ada di kursi penumpang. Ia mengambil jas itu dan membaca name tag yang terpasang di sana.

"Amber Lee." gumam Jessica.

Memori Jessica tiba-tiba berputar pada kejadian beberapa jam yang lalu. Rasa kesalnya kembali muncul saat ingat jika ada seorang bocah SMA asing yang dengan lantangnya mengatai dia sebagai orang gila.

Jessica melempar jas itu ke kursi belakang. Seakan tak perduli jika jas itu akan rusak atau tidak. Ia pun bergegas turun dari mobilnya, masuk rumah untuk mengistirahatkan mata dan tubuhnya yang sudah semalaman suntuk bekerja di club malam.

Ditempat lain seorang pemuda tengah sibuk memakai baju seragamnya di pagi buta. Ia sangat bersemangat untuk berangkat ke sekolah. Tidak, sebenarnya ia lebih bersemangat karena ia akan pergi, keluar dari rumah yang sangat ia benci.

Seperti itulah hidup Amber, pulang tengah malam dan pergi di pagi buta. Ia akan berusaha sedikit mungkin menghabiskan waktunya di rumah meski hal itu dapat mempengaruhi waktu tidurnya yang bisa ia dapatkan selama beberapa jam saja.

Kantung mata besar dengan lingkaran hitam disekelilingnya merupakan penampakan biasa yang Amber punya. Namun hal tersebut tak mampu melunturkan ketampanan pria SMA itu.

Amber menuruni anak tangga di rumahnya satu persatu untuk sampai di pintu rumahnya. Langkah Amber terhenti kala sang Ayah tiba-tiba mengumpatnya dari dalam dapur.

"Anak tak berguna. Pulang malam pergi pagi." ucap Nickhun, ayah Amber yang hanya seorang pekerja jasa pindahan dengan gajinya yang pas-pasan.

Tak berselang lama seorang wanita dengan baju yang sangat rapi dan elegan keluar dari salah satu kamar di rumah itu. Ia berjalan menuju dapur untuk mengambil botol air minumnya sebelum berangkat kerja.

"Lihatlah, Ibu dan anak sama saja. Bisanya hanya mengurus diri mereka sendiri tanpa menaruh hormat pada kepala rumah tangga di rumah ini." pekik Nickhun kasar.

"Kembalilah tidur jika kau masih mabuk." sahut Victoria dengan santai saat beranjak dari dapur menuju pintu depan.

"Kau cepatlah berangkat ke sekolah dan jangan urusi Ayahmu." ucap Victoria dingin, ibu Amber yang bekerja sebagai salah satu pegawai di departemen store terbesar di Korea itu pun segera beranjak pergi meninggalkan rumah dengan sikap dinginnya.

Amber yang berdiam diri sejak tadi itu kembali melangkahkan kakinya keluar rumah, bersikap seakan tak perduli pada ayahnya yang terus-terusan memekikkan sumpah serapah padanya juga pada sang ibu.

Amber berjalan dengan lambat dibelakang Victoria yang sedang berjalan cepat menuju halte bus. Tujuannya adalah satu, yaitu ia tak ingin satu tempat, bahkan berada di bus yang sama dengan sang ibu.

Keadaan rumah Amber dulunya baik-baik saja sebelum usaha properti sang ayah bangkrut dan membuatnya menjadi seseorang yang kasar saat Amber baru berusia delapan tahun. Sejak saat itulah sang ayah menjadi seorang pemabuk yang sering melakukan kekerasan terhadap anggota keluarganya, dan sang ibu yang mulai berselingkuh dengan sembarang pria diluar sana tanpa sepengetahuan suaminya.

Sesampainya di sekolah Amber langsung mengistirahatkan kepalanya diatas meja. Tidur selama beberapa menit sebelum kelas dimulai sudah cukup bagi pemuda itu untuk mengisi tenaganya lagi. Dan seperti biasa hanya dia yang ada di ruang kelas karena dialah siswa pertama yang selalu hadir.

Amber segera membuka matanya saat mendengar seseorang memanggil namanya dengan lembut. Suara yang sangat ia rindukan juga ia benci. Amber kembali memejamkan matanya dengan mengarahkan kepalanya ke arah yang berlawanan dari orang itu.

"Amber," panggil orang itu lagi masih dengan nada yang sangat lembut dan khawatir.

"Mau apa kau?"

"Biarkan aku membersihkan lukamu. Jika kau biarkan terus bisa infeksi."

"Pergilah, aku tak butuh bantuanmu." balas Amber sambil menahan sakit dalam hatinya.

Orang itu menghela nafas kecewa. Ia berdiri dari duduknya menuju kursi lain untuk melihat wajah pria yang dulu sempat menjadi kekasihnya itu.

Gadis itu menatap wajah babak belur Amber dengan hati yang tak tega dan sakit. Ia memang sudah berpaling dari Amber untuk memenuhi ambisinya sendiri agar tak dipandang sebelah mata oleh orang lain. Namun hal itu malah membuatnya merasakan sakit hati setiap hari karena telah melepas pria sehangat dan sebaik Amber.

Amber yang awalnya setia memejamkan kedua matanya kini menatap khawatir pada gadis yang sedang menangis tepat didepannya.

Gadis itu terus menggumamkan kata maaf ditengah isakan tangisnya.

"Berhenti menangis."

"Maaf, aku minta maaf."

Amber menghela nafas kemudian mengangkat tangan kanannya untuk menghapus air mata gadis itu. Amber merasa sangat bodoh saat ini karena tak tega pada orang yang sudah menyakitinya itu.

"Apa kau akan mengobati lukaku sambil menangis?" suara halus dari Amber membuat gadis itu mulai menghentikan air matanya, dan ia pun mengambil perlengkapan p3k yang sengaja ia beli di apotik untuk mengobati luka Amber.

Gadis itu diam selama mengoleskan salep pada luka di wajah Amber. Keduanya tak bicara, mereka hanya ingin melewati moment itu dengan tenang. Terlebih Amber yang sedari tadi tak mampu mengalihkan pandangannya dari mata indah gadis itu.

Setelah menempelkan plaster pada luka di pelipis Amber gadis itu balik menatap mata pria didepannya saat ini.

"Amber, tidak bisakah kita kembali seperti dulu?" ucap gadis itu mencoba mengutarakan perasaannya dengan hati-hati.

"Kau yang meminta lepas dariku, dan aku hanya menurutimu. Apa itu salahku?"

Gadis itu menunduk dengan alis yang menyatu. Ingin rasanya ia menangis saat ini juga.

"Kita bisa bersama lagi, hanya jika kau sudah lepas darinya."

"Kau masih menyukaiku kan? Kita bisa menyembunyikan hubungan kita dari Sehun." jawab gadis itu penuh harap.

"Aku tidak bisa. Bagaimanapun juga dia temanku, meskipun dia pernah menusukku dari belakang aku tetap tidak bisa membalasnya. Karena aku sangat tahu bagaimana rasa sakit yang timbul dari hal itu."

Air mata yang sedari tadi gadis itu tahan kini mulai meluncur dengan perlahan hingga membasahi pipi putih nan mulusnya.

"Aku menyukaimu Amber."

"Aku juga menyukaimu Irene, tapi kau sudah membuat semuanya jadi rumit. Berhenti bersikap seperti itu. Atau aku benar-benar akan membencimu."

Hati gadis bernama Irene itu semakin teriris sakit mendengar pengakuan Amber.

"Pergilah, aku mau tidur.

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
llamaber18 #1
Chapter 3: mntepp thorr
khezzia09 #2
Chapter 1: english version of this please
Ayanmorelos123 #3
Chapter 34: English ver. Please ?
Ayanmorelos123 #4
English version pleaseeee author?
myhh92
#5
Chapter 34: Great ending!very good job authorr~!
Aapark #6
Amazing
myhh92
#7
Chapter 27: awwww
myhh92
#8
Chapter 23: Wait wtf what?
myhh92
#9
Chapter 20: AAAAAAAAAAAAAAAAA SO CUTEEEE