Dear reveluv,

My Dear, My Love, My Best

Aku sudah banyak menonton film dan drama. Juga mendengarkan berbagai lagu cinta. Terutama karena menurut ku, sebagai penyanyi kita harus memiliki banyak pengalaman agar dapat menyampaikan isi lagu yang kita bawakan dengan baik.  

Aku adalah seorang idol, seorang penyanyi, dan aku bangga akan kenyataan itu. Hampir 7 tahun lebih aku menunggu waktu debut dan sekarang sudah 3 tahun berlalu sejak aku menjadi Kang Seulgi dari red velvet. Waktu sungguh berlalu dengan sangat cepat.

Namun kali ini aku bukan ingin berbagi mengenai perjuanganku untuk debut dan membawa kesuksesan pada nama red velvet. Bukan. Kali ini aku akan bercerita mengenai sekilas kehidupan pribadiku sebagai idol. Ya aku akan membaginya padamu, pada orang yang sedang membaca tulisan ini. Pada reveluv, kesayanganku, dan salah satu alasan aku bisa berdiri dengan penuh kebanggan sekarang. Karena reveluv begitu berarti, dan aku yakin kalian akan selalu mendukungku dalam segala hal, maka aku bagikan cerita ini. 

Cerita ini dimulai ketika aku mulai belajar artinya patah hati dalam hidup. Oke, mungkin satu dua kali aku pernah merasakan "rasa suka" sebelumnya. Atau bahkan patah hati. Namun untuk yang berefek cukup besar setelah aku menjadi idol, ini adalah kali pertama. Mungkin kalian bingung menebak-nebak atau mungkin bahkan ada yang sudah tahu siapa orang nya dengan mata jeli kalian. Ah, aku rasa sudah banyak yang tahu mengenai hal ini. 

Ya, saat kabar mengenai dua sejoli dari perusahaanku itu merebak, sesungguhnya aku sangat kaget. Seungwan bilang aku terlalu lugu. Dia bilang aku kurang peka dan kurang mengikuti gosip yang beredar di perusahaan. Aku menertawainya saat itu, karena setahuku ia sama kurang tahunya denganku masalah gosip di perusahaan. Tapi sesungguhnya bila dipikir-pikir, aku seharunya sudah bisa meramalkan. Bukan mengenai mereka berdua, tapi mengenai perasaannya padaku. Sikapnya berubah hampir 180 derajat dari dulu. Keramahanya padaku semakin bertambah, seolah aku orang asing yang baru saja ditemuinya dijalan, bukan teman masa kecil yang kadang menjadi tempat saling mengeluhkan gelisah. Dia menjadi terlalu sopan. Awalnya kukira karena fans, atau karena dia debut lebih dahulu, karena hubungan senior-junior, namun sepertinya tidak seperti itu. Ia memberikan batasan yang jelas. Bahwa mereka tak lebih dari teman. Bahwa mereka bukan lagi "teman dekat yang dulu berjuang bersama". Itu semua masa lalu, dan dia sudah maju ke depan, mungkin bersama orang baru disisinya--yang mungkin disaat keresahannya saat awal debut dulu, berada disisinya dan membuat semuanya menjadi lebih indah. 

Aku belajar dari pengalaman itu. Aku sempat menyesal, namun sekarang aku berani berkata aku justru berterima kasih. Karena dengan kejadian itu, aku belajar untuk lebih membuka hati dan mencoba untuk membuka diri pada kemungkinan sebuah hubungan. Tidak lagi terlalu fokus pada karier. Namun berusaha sedikit mencari kenyamanan dalam sebuah hubungan. 

Aku tidak menyesal mengenai Jongin. 

Namun aku menyesal pada dia. Aku bersedih karena dia. Aku lelah karena dia. Aku merasakan perasaan "menunggu" lagi karena dia. 

Siapakah dia

Reveluv ku yang manis, mungkin ini akan sedikit mengagetkan. Tapi sungguh, aku yakin reveluv kesayanganku akan berusaha mengerti. 

Dia adalah seorang teman. Seorang sunbaenim yang debut satu tahun diatasku. Nama grupnya selalu menjadi bahan pembicaraan sekarang. Baik di dalam korea maupun di luar korea. Bahkan uri reveluv pasti mengenalnya atau bahkan ada yang menjadi fansnya juga. 

Dia adalah teman yang baik. Dia berumur lebih muda dariku tapi itu tak membuatku lebih dewasa darinya. Kepribadiannya sungguh ekstrim terkadang, sering membuatku bertanya-tanya. Dia berbeda denganku dalam hal itu, namun aku bahagai disisinya. Aku tertawa, kagum akan sifatnya yang kadang diluar dugaan. Namun terkadang tersentuh dengan sisi dirinya yang lain--yang dewasa dan sentimen. Yang membuatku betah bersamanya adalah komunikasi diantara kami. Seperti yang aku bilang di interview sebelumnya, aku ingin memiliki seseorang yang bisa diajak tumbuh bersama--saling belajar dari satu sama lain. Aku ingin memiliki hubungan yang seperti itu. Dan bagiku, dia adalah orangnya. 

Awalnya aku hanya menganggapnya sunbaenim--senior yang patut dikagumi. Lalu dia menjadi teman, saat kami bisa lebih dekat karena berbagai kesempatan. Dan entah sejak kapan, dia menjadi "dia". Orang yang aku tunggu kabarnya. Aku nanti suaranya dan pesan-pesan kakaotalk darinya. Mungkin itu adalah efek dari rasa ingin memiliki seseorang. Atau efek dari nasehat senior dan teman-temanku untuk lebih rileks, terbuka, dan berbahagia. Atau mungkin, karena aku bertemu dengannya, karena dia. Entahlah yang jelas, ada rasa yang tak terkatakan. 

Aku juga tak ingin salah langkah. Seungwan memperingatkanku. Karena seungwan juga mengenalnya, ia selalu mewanti-wantiku untuk tidak jatuh terlalu dalam bila aku belum yakin bagaimana perasaannya padaku. Aku bersyukur memiliki Seungwan. Terkadang kita butuh teman yang bisa mengembalikan kita ke dunia nyata saat kita tenggelam dalam lautan perasaan. Jadi aku mulai bermain bijak dan hati-hati, walau itu susah, karena berdasarkan pada kepribadianku, ini sangat bertolak belakang. Aku mengawasinya dan semakin dibingungkan dengan perlakuannya padaku. Terkadang ia memberikan sinyal-sinyal itu, namun terkadang aku berpikir perlakuannya sama dengan semua teman wanitanya yang lain. Ah, sungguh, aku menjadi lelah. 

Aku menyukai obrolan kami. Obrolan tentang musik, film, dan drama. 

Aku selalu teringat akan candaan kami, saat-saat kami bermain bowling bersama atau sekadar makan disuatu tempat sambil mengobrol riang. Kami membicarakan lukisan, pameran lukisan yang ingin ataupun telah kami datangi, atau berbicara tentang kehidupan sehari-hari. Walaupun lebih banyak bersama orang lain, namun tak jarang kami memiliki saat-saat berdua. 

Seorang senior pernah berkata bahwa salah satu hal terberat dalam memulai hubungan dengan sesama artis adalah jarak dan kesibukan. Dan aku mulai mengerti akan hal itu. Aku sibuk dengan jadwalku dan dia sibuk dengan konser serta segudang acara yang perlu ia datangi. Maka komunikasi menggunakan hp adalah satu-satunya. Terkadang sosial media sangat membantu. Tentu saja, kami memakai akun pribadi kami. Walau terkadang gatal rasanya ingin membagi dengan reveluv. Jadi aku hanya bisa membagi sedikit bocoran perasaanku menggunakan lagu-lagu rekomendasi yang aku posting di instagram. Apakah kalian menerima sinyal dariku, reveluv ku yang manis? 

Akhir-akhir ini perasaanku yang sepihak semakin membuatku merana. Akhirnya aku memutuskan untuk sedikit rileks, sedikit mulai melepaskan, dan kembali fokus pada pekerjaanku. Pekerjaan adalah nomor satu dan akan selalu menjadi nomor satu bagiku. Dan aku tahu, mungkin baginya pun begitu. Waktu berlalu. Satu-dua pesan sehari, cukup untuk saling memberi kabar. Tapi fokus ku adalah pada konser pertama red velvet dan rasa merana ku pada dirinya tenggelam. 

Ah, tapi sungguh, perasaan memang tak semudah itu untuk ditekan dan ditenggelamkan. Sewaktu-waktu ia dapat muncul ke permukaan dan itu terjadi padaku. Aku berusaha lupa bahwa dia akan hadir juga di Music Bank Singapura. Aku berusaha melupakan hal itu agar pikiranku tak jatuh padanya. Agar jantungku tak berdetak dengan cepat, agar wajahku tak menunjukan kegugupan. Tapi itu semua sia-sia. Aku gugup, jantung ku berdetak dengan kencang, dan hatiku penuh dengan pengharapan. Namun, sekali lagi dia menghancurkan segala angan ku semudah ia membalikan telapak tangan. Beberapa pesan singkat dan selesai. Tak ada janji bertemu atau hal lain. Padahal kami berada pada satu hotel. Sebal karenanya, aku memutuskan untuk tidur cepat malam itu. Dia tak berhak merusak tidur nyamanku. Aku akan bertemu reveluv dengan bahagia karena cukup tidur semalam, bukan dengan mood jelek karena menanti undangan darimu. 

Esoknya sungguh lucu. Kita bertemu dalam reherseal. Saling tatap muka namun hati-hati karena berada dalam jarak pandang orang lain. Kami sangat hati-hati. Aku berhati-hati, berusaha tidak menjadi open book saat berada disekitar nya. Dan dia bisa sangat menjadi dingin padaku di hadapan orang lain. Benar-benar sangat hati-hati. Sungguh, tak akan ada fans yang dapat menduga bahwa kami berteman. Terkadang aku maklum akan sikapnya, karena aku sudah biasa mendapat perlakuan seperti ini dari Jongin, tapi rasa kesal dan sakit hati sering muncul juga. Terutama hari ini, setelah lama kami tak berjumpa dan dia masih dengan sikap acuh tak acuh nya padaku. Emosiku seperti akan meledak, moodku menjadi jelek seketika. Bahkan setelah dengan segenap keberanianku, dan usahaku menekan rasa malu karena memakai pakaian minim seperti itu, dimana aku berusaha mendekatinya saat encore, dia malah menjauh. Sungguh, betapa frustasinya. 

Sesungguhnya aku heran. Apakah dia benar-benar tak bisa membaca perasaan ku sedikitpun? Ataukah dia tahu dan berusaha mengacuhkannya? Sungguh, harapan terakhirku untuk mengetesnya ada pada konser red velvet. Konser kesayangan, penuh penantian. Walaupun aku tak butuh keberadaannya untuk membuat konser itu menjadi pengalaman yang tak dapat dilupakan, tapi aku menantinya untuk menentukan sikapku padanya kemudian. Harus kah aku berhenti dan berbalik arah? 

Hari konser datang. Konser hari pertama, kedua, dan ketiga. Grupnya harus terbang ke Jepang di hari pertama konser dan mereka baru kembali pada hari ketiga konser. 

Pada hari terakhir konser, saat lagu terakhir selesai dimainkan, dan konser berakhir, Aku keluar dari gedung konser sambil tersenyum lebar pada kamera fans diluar. Di tanganku ada sebuah buket bunga kecil yang aku bawa dengan senang. Buket bunga khusus untukku. 

Sayangnya itu bukan dari dia. Dia tidak datang dan hanya mengirimkan sebuah pesan via kakaotalk. Buket bunga itu dari orang lain. Seorang sunbae yang seperti kakak. Kakak yang menyempatkan waktunya untuk datang dan menonton konser di hari terakhir. Seorang kakak yang tadi dengan lembut menepuk pundakku dan mengacak sekilas puncak kepala ku sambil berkata, "Chukae, you're amazing up there, "

****

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet