Chapter 1

How You See Me ?

Jongin selalu berangkat pukul 7 kurang 15 menit, tiga menit untuk berjalan dari rumah menuju halte dan sepuluh menit untuk bis melaju menuju Universitas Broferno yang terletak di dekat kaki bukit. Bangunannya tidak megah tapi cukup luas, satu-satunya yang ia suka dari kampusnya adalah aulanya. Aula dengan kesan klasik, terdapat ukiran-ukiran di sepanjang langit-langit dengan tiang-tiang raksasa, dindingnya dihiasi lukisan, berbeda dengan ruang-ruang kelas yang didesain minimalis.

Jongin selalu berangkat pukul 7 kurang 15 menit, namun tidak untuk pagi ini. Tiba-tiba saja temannya, Chanyeol, menelponnya pukul  5 pagi, berteriak heboh kalau mereka melupakan tugas kelompok yang harus dipresentasikan pagi ini demi kesibukan berlatih karate. Jongin yang awalnya masih enggan bangun tiba-tiba sadar sepenuhnya begitu mengingat Mr. Jinki sang pemberi tugas minggu lalu, dan  Si Mr. Pemberi hukumuan, tidak akan segan-segan memberi mereka-yang terlambat mengumpulkan tugas- nilai D bahkan E. Jadi Jongin dan Chanyeol memutuskan untuk mengerjakan tugas mereka pukul 6 pagi.

Jongin selalu berangkat pukul 7 kurang 15 menit, tiga menit untuk berjalan dari rumah menuju halte dan sepuluh menit untuk bis melaju menuju universitasnya, namun karena tugas tersebut ia harus mengatur ulang jadwalnya. Ia tidak tahu harus berangkat pada jam berapa kurang berapa menit, jadi ia memutuskan memikirkannya selagi bersiap.

Jam sudah menunjukkan pukul setengah enam ketika Jongin menutup pintu rumahnya. ia berjalan di jalan yang sama setiap akan berangkat, pagi ini jalannya tidak terlihat seramai seperti biasa. Pria itu mendegus mengingat ini masih terlalu pagi untuk bangun dari gulungan selimut yang hangat. Hanya kurang 1 belokan lagi untuk sampai di halte, jalan-jalan di kota mereka tertata apik, pohon-pohon ditanam di samping jalan besar untuk menaungi pejalan kaki.  Di sisi trotoar berjejer toko dengan design unik menarik pembeli. Harum roti manis dan kopi samar-samar tercium. Jongin mempercepat langkah tidak ingin tergoda lebih lama.

Halte yang dituju terletak disebelah  rumah dua lantai dengan balkon yang menghadap ke jalan, dilengkapi pintu kayu lebar dan pagar tinggi yang membuat orang tidak dapat mengintip kedalam. Seingatnya rumah ini selalu sepi, tetapi samar ia mendengar suara seorang pemuda yang ketika kau mendengarnya seolah berada di gumpalan awan selembut kapas, melayang ringan melompati awan-awan tadi.

Ketika terdengar seseorang di atas sana berpidato, Jongin mendongak ke arah balkon. Seorang  pria dengan rambut sewarna karamel menggerak-gerakkan tangannya seolah sedang berpidato di depan semua orang.

“Disini saya akan menayangkan tahapan-tahapan yang terjadi ketika bagian tubuh kita teramputasi, pada layar LCD di depan anda adalah tahap yang pertama.”

Pemuda itu menggumamkan sesuatu yang Jongin tak mengerti. Sebenarnya Jongin tidak begitu tertarik dengan penjelasannya namun ia tetap mendongak dan mendengar, ada yang menarik dari pemuda di atas.

“Nah tahap selanjutnya yaitu rediferensiasi dimana sel mesenkim yang tadi engg... akan menjadi engg....”

Jongin mendongak, sepertinya pria karamel itu melupakan bagian redisensi ? resonansi atau apalah itu namanya . Ya sebut saja begitu sebab Jongin tak tahu namanya. Ia menaikkan satu aslinya, menunggu pria tersebut melanjutkan penjelasannya tetapi hening yang cukup lama, Si karamel hanya terdiam dan menunduk menghadap Jongin.

“Huuf aku melupakan bagian itu lagi. Luhan kau menjengkelkan!” Teriaknya, yang ternyata bernama Luhan. Catat itu Jongin-ah.

“Luhanie... sudah jam 6 dan kau melupakan sarapanmu!” Teriakan seorang wanita dalam rumah tersebut.

Sepertinya itu ibunya, pikir Jongin. Tiba-tiba matanya melebar, wanita tadi mengatakan sesuatu seperti ini sudah pukul 6, berarti ia terlambat dan Chanyeol kemungkinan sedang menggerutu menggumamkan makian untuknya atau bahkan berniat membunuhnya.

Jongin mendongak sekali lagi melihat Luhan.

“Sebentar bu, 5 menit lagi aku turun.” Teriaknya, ia membuka sebuah buku.

Jongin memutuskan untuk segera pergi, ia merasa aneh mengapa pria tadi tidak menegurnya bukankah ia menunduk ke arahnya. Mungkin dia terlalu serius sehingga tidak menyadari keberadaannya. Atau justru Si Luhan tadi tidak memusingkan seorang lelaki asing yang menguping di bawah rumahnya.

Jongin memutuskan untuk mulai berlari menuju halte bus, sebelum ia lebih terlambat lagi. Wajahnya lumayan manis, pipinya halus kemerahaan dan sedikit chubby, yang paling Jongin suka adalah matanya. Matanya sungguh cantik dan terlihat berbinar-binar. Ia akan kembali esok hari untuk melihatnya lagi, dan memutuskan untuk membuat pria tadi melihatnya atau mengajaknya berbicara, karena ia mulai terbius oleh suara yang merdu itu.

Sayangnya Jongin melewatkan bagian dimana Luhan membuka sebuah buku dan menggerakkan tangannya diatas deretan huruf timbul dalam buku tersebut.        

.

.

.

Tbc


Sebelumnya saya minta maaf karena melupakan cerita ini, rasanya real life akhir-akhir ini sungguh hectic

Fanfic ini dikhususkan bagi yang kangen momen kai dengan luhan, walau saya sudah lama tidak nengokin mereka. semoga kalian selalu bahagia dengan jalan kalian ya :"

XOXO

rentjana

 

P.S : will update soon, karena chapter dua sudah saya tulis *wink*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
clairenoona_887 #1
Please dilanjuut :'(