1. Love Hurts

Love Hurts

Hari baru. Sudah lama Karin tidak menjumpai warna pink cherry blossom favoritnya. Setelah lima tahun, akhirnya Karin kembali menginjakkan kakinya ke Korea Selatan. Dan siapa sangka, Karin justru kembali ke negara asalnya karena pertukaran pelajar dari universitas asalnya di Amerika.

“Halo, dimanakah saya harus menyerahkan formulir pertukaran pelajar saya?”

Sang petugas yang nampaknya sudah berumur itu kemudian secara baik hati menawarkan diri untuk mengantarkan Karin ke staff akademik.

“Kamu bukan orang Korea?”

“Ah, saya orang Korea bu, hanya saja saya menempuh pendidikan saya di Amerika selama lima tahun”

“Benarkah? Ibu kira kamu bukan orang korea karena logatmu sedikit berbeda. Tapi kamu mempunyai kecantikan khas perempuan korea. Oh! Ini tempatnya, selamat datang kembali ke rumah”

“Terimakasih banyak bu”

Karin membungkukkan badannya sembilan puluh derajat. Meski sudah lama tidak berada di Korea, Karin masih ingat betul ciri khas Korea. Salam dan kehangatan seperti yang diberikan sang petugas.

Karin menyerahkan dokumen – dokumen yang diperlukan untuk kelengkapan administrasinya pada staff akademik. Sambil menunggu Karin memadang ke sekelilingnya. Karin mengakui bahwa ia sangat merindukan suasana di Korea. Mulai dari tradisinya yang hangat, hiruk pikuknya, suasana ketika musim berganti dan semua hal lainya yang sama sekali tidak dapat ia temukan di Amerika.

 “Setelah ini kamu masuk ke ruang kelas 2.5 di lantai 2 ya. Kamu akan memulai kelas perkenalanmu hari ini. Kemudian ini jadwal kegiatan yang harus kamu ikuti sepanjang 3 bulan ini. Ini map yang berisi segala surat yang kamu perlukan untuk masa pertukaran pelajarmu disini. Adakah yang perlu kamu tanyakan?”

“Tidak, terimakasih banyak bu. Selamat siang”

Dalam waktu lima tahun ini banyak sekali yang berubah dari Korea dalam ingatan Karin. Karin ingat betul, dulu ia sering sekali berangan – angan masuk ke universitas N setelah besar nanti. Universitas N dalam ingatan Karin adalah sebuah bangunan sederhana yang memiliki banyak taman disekitarnya sekarang sudah disulap menjadi gedung megah, taman – taman yang dulu sering Karin lihat sudah hilang digantikan bangunan-bangunan baru yang lebih modern. Tapi semua perubahan ini terlihat sangat menyenangkan di mata Karin. Membuatnya semakin bersemangat untuk menjalani masa pertukaran pelajarnya.

2.5, Okay here we go

Karing mengetuk pintu sebelum membuka pintu perlahan.

“Permisi”

Dosen  yang sedang berdiri di depan kelas menoleh kearah Karin, kemudian tersenyum.

“Ah, silahkan masuk. Anak – anak, ini adalah peserta pertukaran pelajar yang baru saja bapak katakanya. Silahkan perkenalkan dirimu”

“Hai, perkenalkan namaku Park Karin, aku peserta pertukaran pelajar dari universitas M di Amerika. Senang bertemu dengan kalian, mohon bantuannya.

Setelah selesai menyampaikan salamnya Karin menyapukan pandangannya keseluruh kelas, sebelum berhenti pada seorang yang sangat ia kenali. Seorang laki – laki yang figurnya amat ia kenali. Seorang laki – laki yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya.

HyunSung

*6 tahun lalu*

“Yah, HyunSung! Weekend nanti pergi nonton yuk! Ada film baru yang pingin banget aku tonton nih”

Karin masih berusia 15 tahun, dan baru saja memasuki SMA. Rasa ingin tahu Karin yang tinggi mempertemukannya dengan salah seorang senior disekolahnya, HyunSung. Karin yang masih kekanak – kanakan, amat ceria, dan positif langsung cocok dengan HyunSung yang lebih dewasa namun kekanak – kanakan dan dapat diandalkan. Begitu pula HyunSung yang langsung merasa nyaman dengan segala rengekan Karin yang bagi orang lain menyebalkan.

“Nonton lagi?”

“Ayolah HyunSung, kamu pasti suka film ini, kamu tega melihatku jalan sendirian?”

HyunSung tertawa ringan sambil menepuk ringan kepala Karin dan menjawab

“Oke, oke, kita nonton lagi weeken ini”

“Yes!”

Hampir setiap jam istirahat Karin mengganggu HyunSung dengan rengekannya untuk makan bersama, hampir setiap hari HyunSung selalu mengantar Karin pulang, hampir setiap malam Karin mengganggu HyunSung untuk membantunya mengerjakan PR nya, hampir setiap weekend mereka bertemu untuk menikati waktu berdua. Hingga tanpa mereka sadari, mereka semakin membutuhkan satu sama lain.

“HyunSung, aku sedih karena aku tidak bisa mengikuti kontes kesenian yang sudah kuincar sejak awal tahun ini”

“Hmm? Kenapa bisa begitu?”

“Papa tidak mengijinkanku, karena lokasi kompetisinya terlalu jauh”

“Papamu hanya mengkhawatirkanmu. Percayalah akan ada kesempatan lain yang lebih baik untukmu”

Sedikit kata – kata bagi satu sama lain yang saling menenangkan dan mendukung semakin mengikat mereka lebih erat.

“Karin, lihat rambutmu berantakan”

HyunSung merapikan rambut Karin kemudian mengikatnya perlahan

“Hmm, terimakasih HyunSung”

Hubungan Karin dan HyunSung didukung oleh banyak pihak. Namun sepertinya, HyunSung mempunyai pemikirannya sendiri.

*

“Karin, silahkan duduk di bangku yang kosong”

Setelah membungkuk sekali lagi, Karin melangkah kesalah satu bangku yang masih kosong, ketempat terjauh dari HyunSung.

Kenapa dia disini? Kebetulan macam apa ini?

Karin memberanikan diri untuk melirik kearah HyunSung, namun langsung memalingkan kepala ketika matanya bertemu dengan HyunSung.

Dia melihat kearahku? Kenapa?

“Umm, namamu Karin?”

“Oh! Halo”

“Halo, namaku HanNa, senang berkenalan denganmu. Apakah kamu half-korean?”

“Ah, bukan, aku memang keturunan Korea, hanya saja aku tinggal di Amerika”

“Benarkan! Aih, pantas saja bahasa  koreamu bagus, aku kira kamu blasteran. Kamu mau ambil minor apa? Sudah tahukan kita harus mengambil satu mata kuliah minor sebagai nilai tambahan?”

“Ya aku sudah diberi tahu. Sepertinya aku akan ambil kelas Musikal”

“Serius? Aku bergabung dikelas musikal juga! Anak – anak di kelas musikal amat popular, salah satunya HyunSung”

“HyunSung?”

“Dia cowo yang duduk di sudut ruangan itu”

Perlahan Karin menolehkan kepalanya kearah HyunSung. Sungguh hari yang mengejutkan baginya. Karin sama sekali tidak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan HyunSung, terlebih menjadi teman sekelas. Sebelum berangkat ke Korea, sempat terbesit dalam pikirannya ingatan akan HyunSung, namun Karin hanya mengabaikanya. Dan ternyata, takdir tidak berpihak padanya, Karin justru dipertemukan dengan apa yang amat ia hindari selama ini.

Tanpa disadari kelas perkenalan sudah selesai, para peserta kuliah mulai meninggalkan tempat duduknya dan berbincang satu sama lain. Karin sedang membereskan barang – barangnya ketika bayangan seseorang menutupi pandangannya. Karin mendongakkan kepalanya sambil berdoa dalam hatinya, namun sayangnya doanya tidak dikabulkan.

“Hei, lama tidak bertemu”

HanNa yang masih terduduk disebelah Karin menampakkan ekspresi muka terkejut kemudian menyenggol tangan Karin.

“Karin, sepertinya aku harus duluan, sampai ketemu di kelas musikal”

“Oh, okey”

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada HanNa, Karin mengembalikan perhatiannya pada orang disebelahnya.

“HyunSung”

_____________________________________________________________________________________________________________________________

Hai! Akhirnya aku berhasil menyelesaikan chapter 1. Semoga kalian menyukainya. Please, berikan komentar kalian untukku dan untuk ceritaku ini :) Sampai jumpa di chapter selanjutnya :)

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Nevertary #1
Lanjutkan..! :)