Nugu?

Sooyoung-aa?

Malam yang dingin saat angin mulai bertiup kencang. Salju mulai turun melebat dan suhu berlomba-lomba untuk turun hingga ke titik paling dingin.

Seorang pria terduduk di lantai tepat di samping tempat tidurnya sambil mendongakkan wajah.

“Soo Young,” Panggil pria itu tertahan. Tangannya mengepal dan jantungnya berdetak tak karuan setiap kali memori ingatannya berputar menyajikan sebuah cerita yang tak bisa di anggap cerita. Sungguh menyedihkan.

Tiba-tiba pintu terketuk dan hal itu membuat pria itu menoleh ke arah pintu.

“Kyung Soo, apa kau belum tidur?” Suara itu terdengar khawatir. Entah apa yang terjadi, namun pria bernama Kyung Soo itu mempunyai sisi yang rapuh.

Pintu itu terbuka. Terlihat seorang pria lain yang mematung melihat keadaan Kyung Soo.

“Jadi kau belum tidur ya?” Ucap pria itu sambil mengulum senyum. Terdengar bergetar dan Kyung Soo tahu itu. Tahu bahwa ia sedang di kasihani.

Kyung Soo menatap lekat pria itu seakan ingin tahu apa yang dilakukannya di sini. Seakan mengerti maksud Kyung Soo, pria itu mendekat dan membisikkan sesuatu padanya.

“Dia?” Tanya Kyung Soo tercekat, matanya menjadi sendu seketika.

“Kau tahu bukan kalau besok tanggal 30 Desember? Di saat itulah, tolong kembalikan hidupmu. Hidup harus berjalan sebagaimana mestinya. Walau Soo Young sudah tak ada. Kau mengerti?” Kyung Soo tak menjawab, ia diam.

“Kau tahu seberapa besar aku peduli padamu. Kembalilah menjadi Kyung Soo yang ku kenal.” Pinta pria itu sebelum pergi dan meninggalkan sebuah surat di atas tempat tidur.

“Bacalah dan kau akan hidup.” Dan akhirnya pria itu pergi.

*

FLASHBACK

Sebulan yang lalu, di awal musim dingin yang selalu menyajikan pemandangan indah saat-saat bunga salju pertama turun.

“Soo Young-aa, apakah kau masih bisa mengingatku?” Kyung Soo berbicara lirih di hadapan seorang gadis yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

“Nugu?” Gadis itu menoleh lemah, di tatapnya lekat wajah Kyung Soo yang mulai menyendu.

“Ah, ani.” Kyung Soo pun akhirnya pergi setelah ia yakin gadis itu sudah tak mengenalinya lagi. Hati Kyung Soo terasa remuk redam dan hal itu di sebabkan satu hal. Gadis yang ia cintai, kekasihnya Soo Young, mengalami amnesia.

“Oppa?” Kyung Soo yang sekarang sedang tertunduk di depan pintu pun menghentikan langkahnya. ‘Apa kau mulai mengingatku?’ Seketika rasa bahagia membuncah dari dalam diri Kyung Soo dan ia membalikkan badannya.

“Soo Young-aa?” Panggil Kyung Soo lirih dan gadis itu tersenyum mengembang ke arahnya.

“Luhan Oppa-ya.” Seketika Kyung Soo tercekat mendengar nama seorang namja yang tak di kenalnya di panggil Soo Young. ‘Apa kau lupa namaku? Atau memang kau tak dapat mengenaliku? Soo Young, ini aku Kyung Soo bukan Luhan.’

“Chagi-ya,” Seketika Kyung Soo tersentak saat tubuhnya di tabrak kasar dari belakang oleh seorang namja yang langsung memeluk Soo Young. Dan hal paling mengejutkan adalah saat Kyung Soo mendengar namja itu memanggil Soo Young, kekasihnya dengan sebutan ‘Chagi-ya.’

‘Chagi-ya? Namja itu memanggilmu dengan itu? Sungguh, permainan apa yang telah kau mainkan sebelum kecelakaan itu? Apakah selama ini kau berselingkuh di belakangku?’ Kyung Soo hanya bisa diam mematung melihat kekasihnya yang sedang bersama namja lain. Berbagai spekulasi secara spontan muncul begitu saja dan hal itu semakin menyesakkan dada Kyung Soo yang mulai kembang kempis menahan marah dan sedih yang datang bersamaan dan terasa berlebihan.

Kyung Soo pun langsung membalikkan badan dan melangkah  secepatnya keluar dari ruangan tempat Soo Young di rawat.

“Oppa, apa kau kenal namja itu?” Tanya Soo Young polos sambil menatap menyelidik pada namja bernama Luhan.

“Ani-ya. Mungkin dia salah kamar.” Namja itu mengelus pelan rambut Soo Young dan menyuruhnya untuk berbaring.

“Oppa, temani aku ya? Aku takut sendirian.” Rajuk Soo Young manja. Luhan menatap lembut gadis itu dan mengangguk.

“Ne.”

Tanpa Soo Young dan Luhan sadari, ada seorang namja yang menyaksikan sedikit drama itu. Namja itu menghela nafas pelan dan mulai menjauh dari ruangan tempat Soo Young dirawat. Sambil berjalan namja itu berkutat dengan pikirannya.

“Ku harap Kyung Soo tidak melihatnya. Yah, sebaiknya begitu. Dia akan tersakiti saat mengetahuinya.” Harap namja itu sambil terus berjalan keluar dari rumah sakit.

“Kyung Soo, ku harap kau memaafkannya.” Ucap namja itu sebelum ia masuk ke dalam sebuah taxi dan pergi dari rumah sakit itu.

*

Sementara itu, Kyung Soo sedang berada di sungai Han. Ia terduduk di salah satu bangku dan menatap indahnya sungai yang berkelap-kelip  karena cahaya lampu taman yang menyala saat malam datang.

Tiba-tiba saja Kyung Soo mendengar suara ban mobil berdecit di belakangnya. Kyung Soo menoleh dan mendapati sebuah mobil berwarna biru terparkir  apik di belakangnya. Sang pengemudi yang ternyata seorang yeoja menghampirinya.

“Kau sendirian?” Tanya yeoja itu ramah dan Kyung Soo menanggapinya dengan mengulum senyum.

“Nampaknya kau sedang dalam masalah. Terakhir kali aku melihatmu disini, ketika kau baru saja putus dengan murid Seung Ri School, 3 tahun lalu.” Yeoja itu memulai percakapan dengan membuka masa lalu Kyung Soo. Kyung Soo yang mendengar hal itu hanya bisa tersenyum kecil.

“Yah, tiga tahun yang lalu. Kau masih mengingatnya?” Yeoja itu mengangguk.

“Dan jangan bilang kau baru saja putus dengan Soo Young? Oh come on, D.O kalian sudah berpacaran selama dua tahun dan bulan depan kalian bertunangan, masa sekarang putus?” Kyung Soo yang mendengarnya hanya bisa tersenyum kecut.

“Tak ada yang putus, Hyo Yeon. Tak ada.” Yeoja itu terdiam dan memandang Kyung Soo menyelidik.

“Lalu ada apa? Ceritakan saja, bukankah aku ini sahabatmu?” Memandang Hyo Yeon, Kyung Soo hanya bisa sedikit tertunduk.

“Hai!” Hyo Yeon menepuk pundak Kyung Soo dan meyakinkannya bahwa Hyo Yeon-jika bisa- pasti akan membantu.

“Hyo Yeon-aa, aku sedang bingung dengan hubunganku dengan Soo Young.”

“Eh? Jadi masalahmu tak jauh-jauh darinya?” Cibir Hyo Yeon dan membuat Kyung Soo tersenyum menyindir dirinya sendiri.

“Ya, kau tahu bukan jika aku sangat menyukainya?” Hyo Yeon mengangguk.

“Tapi nampaknya itu tak berarti lagi bukan?” Hyo Yeon menyerngit. “Apa maksudmu? Bukankah kau mengatakan tidak putus?”

“Soo Young mengalami amnesia dan sekarang ia memiliki kekasih lain serta tak mengenaliku-lagi. Jadi aku bingung, apakah ini berarti hubunganku berakhir dengannya?” Hyo Yeon terdiam, raut mukanya menampakkan bahwa ia tidak tahu masalah itu.

“Aku tak tahu harus berkata apa.” Hyo Yeon tertunduk, “Tapi, apa kau sudah mencoba? Maksudku kau sudah..,”

“Iya, aku sudah mencobanya tapi NIHIL.” Kyung Soo mengalihkan pandangannya-kembali- kearah sungai Han. Hyo Yeon mendengar hal itu, ia hanya bisa memandang Kyung Soo dan menepuk pundaknya seakan hal itu dapat memberikannya semangat.

“Lalu sekarang apa yang akan kau lakukan? Menyerah?” Tanya Hyo Yeon kemudian dan hal itu membuat Kyung Soo tersenyum sinis.

Hyo Yeon masih memandangi Kyung Soo yang sedari tadi mengacuhkannya. Hyo Yeon hanya bisa berharap tidak akan ada hal konyol yang di lakukan Kyung Soo, mengingat mereka sedang ada di pinggir sungai.

“Jangan berpikiran hal konyol. Sungai bukan tempat pembungan ‘SAMPAH’!” Sindir Hyo Yeon saat melihat Kyung Soo bangkit dari duduknya dan berjalan menuju tepi sungai. Melihat Kyung Soo tak menanggapinya, Hyo Yeon pun bangkit berdiri dan segera menyusul Kyung Soo.

“Hai, sudah ku katakan bukan? Sungai Han itu tempat yang indah, jangan sampai terkotori ‘SAMPAH’.” Hyo Yeon pun menarik Kyung Soo yang terlihat terlalu dekat dengan tepi dan nampak menengokkan kepalanya ke arah sungai.

“Ya!” Teriak Kyung Soo, Hyo Yeon pun masih mencengkram tangan Kyung Soo.

“Lepaskan!”Bentak Kyung Soo dan Hyo Yeon menggeleng cepat.

“Aish, Hyo Yeon-aa sudah berapa lama kau mengenalku, hah? Tenang saja, aku tak akan menjadi ‘SAMPAH’. Aku tidak seburuk itu!” Kyung Soo pun menyentakkan tangannya sehingga cengkraman Hyo Yeon lepas.

“Apa kau pikir aku mau bunuh diri? Aish,” Cibir Kyung Soo sambil menjulurkan lidahnya dan mengejek Hyo Yeon.

“Ya! Kau mengerjaiku, hah?!” Hyo Yeon pun mencak-mencak melihat Kyung Soo yang segera menjauh dan melambaikan tangannya di udara.

“Bye-bye” Ucapnya sambil berjalan meninggalkan Hyo Yeon.

Melihat kepergian Kyung Soo membuat Hyo Yeon tersenyum, “Syukurlah  kau masih bisa bercanda. Aku ingat saat Suho berkata kau seperti mayat hidup. Tapi untungnya kau baik-baik saja.”

Hyo Yeon pun berjalan menuju mobilnya. Ada banyak hal yang berkutat di pikirannya dan wajahnya menampakkan wajah penyesalan ketika handphonenya berdering tepat setelah ia masuk ke dalam mobil dan hendak menginjak pedal gas.

“Yoboseyo..,” Ucap Hyo Yeon sedikit ragu. Ada sebuah rasa bersalah tersebesit di hatinya.

“Ne, dia baik-baik saja.” Jawab Hyo Yeon sambil tersenyum kecut.

“Apa kau harus melakukan ini? Kau pikir dia akan bertahan? Apa kau yakin?” Seburuntun pertanyaan Hyo Yeon lontarkan kepada penelepon yang mampu membuat dadanya menyesak menahan marah dan rasa penyesalan  yang teras berlebihan ketika mendengar jawabannya.

“Yang harus kau tahu, dia walau terlihat baik-baik saja. Tanpa kau sadari, dia akan menangis. Aku tahu betul sifatnya. Kami bersahabat sedari kecil dan kau baru mengenalnya beberapa tahun yang lalu. Dan ku berharap kau menyesalinya.” Bbip..., Sesudah mengucapkan itu Hyo Yeon pun menangis sejadi-jadinya. Ia sangat marah, Ia sangat menyesal, dan Ia begitu bingung harus berbuat apa.

“Kyung Soo, tolong maafkan aku. Tolong,” Gumam Hyo Yeon di tengah  tangisnya.

Hyo Yeon pun menghapus air matanya dan segera menginjak pedal gas dan pergi dari tempat itu.

*

‘Soo Young-aa, kenapa kau melakukan ini? Bukankah bulan depan kita bertunangan? Kenapa tak sedikitpun kau menyisakan  ingatanmu untukku?’

‘Apakah kau merasa aku terlalu pengecut? Ya, aku seorang pengecut!’

Di sisi lain sungai Han, Kyung Soo memilih duduk di tepi sungai sambil memandang pantulan dirinya di dalam air. Wajahnya menyendu dan benar saja Kyung Soo sedang menangis. Ia menangis karena merasa  dirinya terlalu pengecut untuk berjuang kembali mendapatkan Soo Young.

‘Hyo Yeon-aa, kau benar-benar mudah tertipu. Aku tak akan pernah baik, karena Soo Young tak ada di sisiku.’

Kyung Soo juga menangis karena telah berbohong kepada Hyo Yeon dengan berpura-pura baik-baik saja di hadapannya. Padahal di dadanya sungguh terasa perih dan Kyung Soo benar-benar ingin mendapatkan Soo Young kembali. Namun apa daya semua usahanya sia-sia.

‘Sekarang apa yang harus ku lakukan? Hanya dengan adanya dirimu, aku merasa bahagia. Tapi saat dirimu tak berada di sisiku, apakah aku bisa bahagia?’

Kyung Soo masih menangis. Dalam sendiri, ia merutuki dirinya karena tak bisa melindungi Soo Young.

                ‘Tolong maafkan aku, kecelakaan itu, harusnya aku yang tertabrak dan menanggung penderitaanmu. Aku benar-benar kekasih yang tak berguna.’

*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet