SHS! Again : Chapter 1

SHS(SeniorHighSchool) Again

SHS AGAIN!! COME ON!

NOTE: SHS (SENIOR HIGH SCHOOL)

Aku sangat mencintai Cha Hana saat itu. Aku mencintainya melebihi hidupku, dan akhirnya aku tak pernah bersamanya. Kenapa aku melakukan hal itu dulu? Sekarang aku terlihat sangat bodoh. Aku tidak bisa bekerja di depan komputer dan aku menyesalinya. Kenapa aku tidak melepaskan kerah temanku sendiri hanya karna dia? Kenapa aku membuat temanku terluka parah hingga dia sekarat di rumah sakit? Bahkan setelah aku keluar dari sekolah dia tidak pernah menghubungiku dan bertemu walaupun tidak sengaja sekalipun.

4 tahun yang lalu . . . .

“Lee Jaejin!! Apa yang telah kau lakukan pada Hana?!!!” aku berteriak seperti orang gila lalu menarik kerah baju Jaejin sahabatku sendiri. Kami bertengkar hebat saat itu, Jaejin saat itu baru melewati satu langkah kedepan dari tangga itu. “Aku tak melakukan apapun Hongki-ya! Lepaskan?! Dia lah yang telah menghianatimu! Sadarlah Hongki-ya!! Dia bukanlah wanita yang baik untukmu!” Jaejin berusaha melepaskan dirinya dari cengkamanku. “Aku tak akan mempercayaimu lagi!! Kau penghianat Lee Jaejin!!” ucapku lalu menarik lebih keras kerah baju Jaejin. Dan saat dia berusaha melepaskan dirinya dari ku, dia tergelincir dan jatuh dari tangga itu.

“Jaejin-ah!!!” aku berteriak lalu menuruni tangga dengan cepat dan aku juga sempat tergelincir saat itu. “Jaejin-ah!! Tolong bangunlah!! Hey?! Apakah ada orang disana? tolong bantu aku!! Jaejin-ah! Bangunlah, aku minta maaf. Maafkan aku Jaejin-ah!! Sadarlah, kumohon!!” aku menangis dan berteriak saat itu, aku sangat menyesal telah memperlakukannya seperti itu. Tak lama ambulance datang dan membawa Jaejin secepat kilat menuju rumah sakit. Aku tak mampu menggerakkan tubuhku dari sana, lalu aku di bawa keruang kepala sekolah dan aku di introgasi.

“Apa yang telah terjadi?” tanya kepala sekolah. “Maafkan aku. Aku bersalah. Maafkan aku. Tolong maafkan aku. Jangan mati Jaejin-ah! Aku percaya padamu, maafkan aku Jaejin-ah” hanya kata kata itulah yang terucap olehku diruangan sunyi itu. Kepala sekolah itu hanya terdiam dan melihat aku yang ketakutan sambil menangis. Introgasi hari itupun diakhiri dan aku di pulangkan kerumahku. Keesokan harinya pun kami di kabarkan sebuah berita buruk tentang Jaejin. Dia mengalami patah tulang di tangan kanan dan kaki kanannya.

Mendengar itu, sekolah memutuskan untuk mengeluarkanku dari sekolah dengan alasan percobaan pembunuhan. Aku tak bisa bertemu Jaejin maupun Hana saat itu. Setelah keluar dari sekolah, ibu dan ayahku mengirimku ke Busan dan aku tinggal disana bersama nenekku. Karna ayah dan ibuku pergi keluar negri untuk urusan pekerjaan mereka. Namun mereka tak pernah kembali dan menjemputku.

Saat pertama aku bertemu nenek, dia tampak kotor dan lusuh. Suasana di Busan sangatlah asing untukku. Sebelum ayah dan ibuku mengirimku ke rumah nenek, mereka berkata “Hongki-ya, jangan membuat masalah lagi ya. Ibu dan ayah akan kembali secepat mungkin, kamu tunggu disana ya. Kami akan menjemputmu”. Aku menunggu mereka setiap hari, hingga aku menyadari mereka telah meninggalkanku. Aku pernah bertanya pada nenekku “Nek, kenapa mereka meninggalkanku nek? Kapan mereka akan menjemputku nek?”. “Mereka tidak meninggalkanmu nak. Mereka akan menjemputmu” itulah yang di ucapkan oleh nenekku.

Aku mulai mengenal Busan dan sekarang Busan adalah kota terhangat bagiku. Aku sangat menyayangi nenekku dan aku setiap hari membantunya tanpa keluhan, aku sangat bersemangat dan senang bisa berada di dekat nenekku. Tanpa aku sadari, empat tahun telah berlalu. Aku tidak melajutkan sekolahku yang terputus dan hanya membantu nenek. Tapi aku tak pernah menyesali itu. Aku membantu nenekku bertani di kebun stroberinya dan memanen semua stroberi segar.

“Nek, apakah nenek masih disana? hari ini aku memetik banyak stroberi nek. Apakah kita harus membuat jus stroberi sebagai cemilan kita untuk nanti sore nek?” tanya ku dengan suara ceria yang biasa aku gunakan. Namun nenek tidak menjawab pertanyaanku. Apakah nenek sudah pulang kerumah? Tanyaku di dalam hati. Lalu aku berjalan lurus dan menemukan nenekku tergeletak ditanah. Ia terbaring lemah sambil memegang sebuah stroberi di tangannya. Lalu aku berteriak dan menangis memanggil nenekku. Kupeluk ia, tubuhnya mendingin saat itu.

“Turut berduka cita atas meninggalnya nyonya Baek Yi Seon lahir: 29 Agustus 1930. Wafat: 29 November 2014” kalimat itu tertulis di papan bunga itu tersebut. Air mata pedihku karna kehilangan orang yang paling aku sayangi tak lagi tertahankan. Ayah dan ibuku juga tidak menghadiri acara pemakaman nenek. Teman teman nenek serta keluarga besar nenek menghadiri pemakaman itu. Setelah nenek dimakamkan, aku pulang kerumah dan membereskan kamarku serta kamar nenek ku. Disana aku menjumpai uang nenek, setelah aku hitung uang itu cukup untuk aku kembali ke Seoul. Aku bertanya pada diriku sendiri saat itu. Apakah aku harus menggunakan uang nenek? Atau aku harus menyimpan uang nenek. Karna hari sudah larut malam, aku pun tertidur di samping dompet uang nenek.

Keesokan paginya, aku bangun pukul 5 pagi dan aku berpikir sekali lagi tentang uang nenek. “Nenek, maafkan aku. Aku harus kembali ke Seoul, aku harus menggunakan uang yang nenek kumpulkan selama ini. Aku sangat minta maaf nek” ucapku lalu masuk ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, aku lalu mengemasi semua barang barangku lalu pergi ke terminal setelah mengunci pintu rumah nenek. Sebelum pergi, aku menitipkan kebun stroberi nenekku kepada tetanggaku. Dia masih sekolah dan kami juga sering bermain bersama, memanen stroberi bersama. Aku percayakan kebun nenekku kepadanya karna aku tau dia sangat menyukai menanam tanaman. “Hyeong? Benarkah kau akan meminjamkan kebun nenek padaku? Terima kasih banyak hyeong. Hati hati di jalan dan jangan lupa berkunjung kesini ya hyeong!” ucap Ji Woo. “Baiklah, kau juga harus rajin rajin belajar dan jangan nakal. Arasseo?” jawabku lalu pergi ke terminal.

Aku naik ke bus yang menuju ke Seoul. Perjalanan panjang telah aku lalui, membuatku merasa sangat lelah dan akhirnya aku tertidur dalam bus itu. Setelah aku sampai ke Seoul aku berniat mencari apartement murah dan bekerja dua atau tiga pekerjaan part-time untuk mencukupi kehidupanku beberapa bulan kedepan. Aku mencari kesana dan kemari, tapi aku juga belum menemukan apartement yang murah. Karna bawaanku lebih sedikit, aku lalu memutuskan untuk mencari pekerjaan part-time lalu mencari kembali tempat tinggal yang akan aku tempati.

“Nona, apakah aku bisa bekerja disini?”

BERSAMBUNG....

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
xiuhanisreall #1
cannot wait for the first chapter^^
sugalovere #2
cant wait for the update author-nim^-^
ericnamelove #3
hope this goes well<3
kaisooshipper12 #4
update soon author-nim<3
kpoplover38 #5
update soon chingu~~
joowonlov #6
keke cant wait
hoseokislove #7
update soon please XD