one

The story only you and i know

The story only you and I know

Gwangju, 7 tahun yang lalu

Suzy membuka pintu kelasnya perlahan-lahan setelah mendapat ijin dari guru kelas untuk pergi ke toilet. Semula dia berjalan seperti biasa, tetapi ketika dia merasa keadaan sudah aman, dia mulai berjalan cepat ke arah yang berlawanan dari toilet. Dia tidak tahu kalau ada seseorang yang megawasi dan mengikutinya dari belakang.

Suzy mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Dia menyandarkan satu tangannya ke sebuah pohon besar dan menepuk dadanya pelan. Saat itu dia dikejutkan oleh sebuah suara laki-laki.

“apa yang kamu lakukan disini?”

Suzy terlonjak kaget dan menoleh ke belakang.

“Guru Lee…!!”, dia membelalakkan matanya yang bulat, “ah…kukira siapa…aku kaget sekali!”

Melihat ekspresi Suzy yang semula ketakutan berubah menjadi lega, guru Lee berusaha keras untuk menahan senyuman di wajahnya. Dia berdehem untuk mengatur ekspresi wajahnya.

“kamu belum menjawab pertanyaanku…Suzy, apa yang kamu lakukan di sini?”

Mata suzy berputar berusaha menghindari tatapan Guru Lee. Tanpa disadari dia melangkah mundur

“a..anu….”

Melihat suzy terdesak seperti seekor kelinci di hadapan rubah, guru Lee tidak bisa tidak untuk berbuat iseng. Guru muda itu melangkah mendekati suzy, semakin mendesaknya ke pohon besar tempat ia menyandarkan tangannya tadi. Guru Lee menyorongkan wajahnya yang tampan lebih dekat.

“kenapa?jangan bilang kamu mau merokok ya?tadi kudengar kamu minta ijin ke toilet, kenapa malah kemari?ke halaman belakang?”

Mata suzy membulat ketika wajah guru Lee semakin mendekatinya, pipinya mulai bersemu merah. Segera dia memalingkan wajahnya dan berteriak…

“Ramen!!!!”

Guru Lee tertegun dan mengernyitkan alisnya, bingung.

“Ramen?”

Melihat kesempatan untuk lolos dari intimidasi guru Lee, suzy langsung menyelinap ke belakang pohon dan mengambil sesuatu yang disembunyikannya di bawah pohon itu. Rupanya ada ramen cup disitu. Dia menyodorkan ramen cup yang masih mengepul itu ke hadapan Guru Lee.

“Ini….ramen…Tadi sewaktu jam istirahat akan berakhir tiba-tiba saya ingin makan ramen. Jadi saya terburu-buru membelinya dan menaruh air panas di cup nya. Saya sudah memperhitungkan waktu supaya saya bisa menyelinap dan memakannya. Tapi Guru Lee memergoki saya…”

Dengan cepat suzy menjelaskan alasan kenapa ia bukannya pergi ke toilet tetapi malah pergi ke halaman belakang.

Guru Lee tertawa terbahak-bahak, dia merasa tingkah laku Suzy ini ajaib sekali. Dengan detil bersusah payah memperkirakan waktu untuk keluar kelas hanya untuk makan ramen, padahal selama satu bulan dia mengajar disana dia mendengar bahwa Suzy bukan termasuk murid yang menyukai matematika, dan dia malah menuduh Suzy merokok. Suzy menjadi panic ketika mendengar tawa guru Lee. Dia berusaha member isyarat Guru Lee agar memelankan suaranya tapi kedua tangannya sedang memegang ramen cup yang masih panas itu.

“SSStttttt….aduh Guru Lee…jangan keras-keras tertawanya”

Guru Lee berhenti tertawa dan tersenyum kepadanya

“kamu benar-benar murid yang aneh Suzy”

Lesung pipinya yang muncul ketika dia tersenyum membuat jantung Suzy berdebar. Dengan malu-malu Suzy menatap wajah Guru Lee

“Mmmm…Guru Lee, bisakah saya makan ramennya sekarang? Tidak enak rasanya kalau dibiarkan terlalu lama..”

Guru Lee mengangguk

“Makanlah”, melihat Suzy langsung mengambil satu suapan besar setelah mendapat ijin darinya, Guru Lee terburu-buru berkata supaya Suzy pelan-pelan makannya

Karena terburu-buru mengunyah, suzy tersedak. Dia terbatuk dan memukul dadanya pelan untuk mendorong makanan masuk. Guru Lee menepuk pundak Suzy pelan. Suzy menelan ramennya dengan susah payah. Dia meneguk kuah ramen cup nya dalam satu tarikan nafas dan tersenyum kepada guru muda itu.

“Aaahhh…kenyang sekali”

Dia mengatupkan sumpit yang dipakainya tadi di depannya dan memejamkan kedua matanya

“Terimakasih atas makanan yang nikmat ini”

Dia membuka matanya dan tersenyum lebar kepada guru muda itu tanpa menyadari ada sepotong ramen yang tertinggal di ujung bibirnya. Guru Lee tersenyum dan tanpa disadari, tangannya bergerak refleks menyeka ramen itu dari bibir Suzy. Sentuhan yang terjadi selama satu detik itu ternyata menimbulkan perasaan lain pada keduanya. Mereka berdua terlonjak kaget karena kontak fisik yang sederhana itu. Dengan gugup Guru Lee mengatakan bahwa tindakannya itu karena dia hendak menyingkirkan ramen yang menempel di wajah anak muridnya. Suzy menutupi rasa deg-degannya dengan terburu-buru mengusap bibirnya. Memastikan tidak ada lagi ramen yang menempel di wajahnya.

“Se…sebaiknya saya masuk kelas sekarang…” ucap Suzy terbata-bata

Guru lee mengangguk

Mereka berjalan beriringan menuju gedung sekolah. Ketika sampai di koridor kelas, suy berhenti dan membungkuk hormat ke Guru Lee, yang dibalas dengan anggukan kecil. Lalu dia berlari masuk ke dalam kelas. Guru Lee masih berdiri di sana memandang sosok Suzy dari belakang ketika dia mendengar Suzy ditegur oleh Guru kelasnya

“Bae Suzy! Lama sekali kamu ke toilet…”

“Maaf pak…..saya sakit perut….susah keluarnya…”

Memerah wajah suzy ketika dia menjawab pertanyaan itu, tujuannya Cuma satu, supaya guru kelas tidak bertanya lebih jauh lagi. Sontak terdengar tawa dari teman-teman sekelasnya ketika mendengar jawaban yang ceplas-ceplos itu, termasuk Guru Lee.

Di ruang guru, guru Lee tersenyum simpul ketika teringat akan Suzy. Guru Kim yang duduk di sebelahnya pun menegurnya.

“ada hal yang lucu Guru Lee?”

Guru Lee menoleh sambil menyeringai lebar

“ah tidak Guru Kim....ohya...Bae Suzy itu murid wali anda kan?”

Guru Kim tersenyum lembut

“Ya...kenapa Guru Lee?”

Guru Lee bersandar di kursi putarnya dan mendorong kursi itu kebelakang

“Dia itu..murid yang unik ya?”

Belum sempat guru Kim menjawab kata-kata guru Lee, tiba-tiba mereka dikejutkan oleh kedatangan dua siswa kelas 3. Mereka menaruh setumpuk kertas di meja guru Kwang yang terletak 3 meja dari meja mereka berdua. Ketika menyadari ada guru Lee disana, mereka terpekik senang.

“Kyaaa---aa, Oppaa....nanti sepulang sekolah kita karaoke yuk?” ujar salah seorang dari mereka

Guru Lee menatap guru Kim dengan tak enak hati. Guru kim hanya bisa tersenyum melihat kepopuleran guru muda itu

“hei..hei..hei...panggil aku guru...”

“Tidak mauu....anda kan pelatihan menjadi guru disini...” balas salah satu murid sambil meleletkan lidahnya

Melihat ekspresi guru Lee yang rikuh, guru Kim berusaha mengakhiri situasi yang tidak enak itu.

“sudah...cepat kalian kembali, sekarang mata peajaran guru shi kan?ingat...dia tidak suka kalau kalian keluar kelas terlalu lama”

Kedua murid itu berpandang-pandangan dan mengangguk pelan. Mereka menunduk memberi hormat pada kedua guru tersebut dan keluar dari ruang guru.

Sepeninggal kedua murid tersebut, guru Lee menghela nafas panjang. Dia menatap kosong layar komputer di depannya.

“sepertinya saya tidak cocok menjadi guru ya?”

Guru Kim tersenyum dan menepuk pundak guru Lee

“Mungkin mereka merasa akrab dengan guru Lee...tapi sepertinya semua murid perempuan disini tidak ada yang memanggil guru Lee dengan sebutan guru ya?”

Guru Kim tersenyum lebar kepadda pria yang seumuran dengan keponakannya tersebut. Guru lee menggeleng pelan

“tidak guru Lee, ada satu murid perempuan yang memanggil saya guru di sekolah ini...”

“Ohya? Siapa?”

Guru lee tersenyum lagi

“Bae Suzy...hanya dia murid perempuan yang memanggil saya guru di sekolah ini”

Tersirat perasaan bangga di wajah guru Kim ketika mendengar hal itu. Suzy memang salah satu murid favoritnya, apalagi dia anak walinya. Sifatnya yang jujur dan sopan santun walau sedikit keras kepala, telah memikat hatinya. Baginya, Suzy seperti anak kandungnya sendiri. Pandagan guru Kim jatuh pada kalender yang tergantung di suddut ruangan.

“Ngomong-ngomong....sebentar lagi masa pelatihan guru lee berakhir kan?”

Guru lee mengikuti arah pandang guru Kim dan mengangguk kecil. Waktu memang cepat berlalu. Guru Lee adalah mahasiswa jurusan pendidikan Olahraga yang sedang melaksanakan tugas akhir kuliahnya sebagai pengajar di SMP negeri ini. sudah satu bulan dia jalani tugas ini, tinggal 1 bulan lagi. Entah kenapa, dia merasa berat meninggalkan sekolah ini.

Dua hari kemudian adalah jadwal olahraga kelas dimana Suzy berada. Guru Lee menggantikan guru Cha yang berhalangan hadir. Jadwal pelajaran olahraga kali ini adalah lari estafet. Kelas 2D dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari putra dan putri. Suzy mendapat urutan terakhir kelompok 3. Ketika sampai gilirannya untuk berlari, entah kenapa guru Lee merasa ada yang aneh dengan gaya larinya. Benar dugaannya, di tengah jalan suzy kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Diantara hiruk pikuk teman-teman sekelassnya, guru Lee segera berlari menghampirinya. Suzy tidak merespon ketika mereka memanggil-manggil namanya. Guru muda itu langsung bertindak, dia membopong Suzy yang terkulai lemas ke ruang kesehatan. Di tengah kekhawatiran teman-temannya, ternyata ada juga yang tidak bisa menahan rasa irinya ketika Suzy dibopong oleh guru Lee.

Ketika masuk ke dalam ruang kesehatan, ternyata tidak ada petugas disana. Guru Lee meletakkan suzy dengan hati-hati di salah satu tempat tidur yang ada. Dia mencari luka di tubuh Suzy dan menemukannya di lututnya. Salah satu lututnya terluka hingga terlihat dagingnya terkoyak dan darah membasahi kaos kakinya. Dengan telaten guru lee membersihkan lukanya, memberi antiseptik dan membalut lukanya. Dia hendak mengoleskan alkohol untuk menyadarkan Suzy ketika tiba-tiba dia terbangun.

Kedua mata mereka bertemu dengan jarak yang cukup dekat. Suzy bisa melihat dengan jelas warna mata guru Lee yang kecoklatan berbinar dengan indahnya. Rasanya seperti beberapa saat waktu berhenti ketika Suzy mengamati paras tampan guru Lee, kemudian dia sadar dan mengutuk dalam hati kelakuannya yang dianggapnya keterlaluan itu. Dia baru menyadari dirinya tidak sedang di luar kelas ketika dia merasakan kasur empuk dibawahnya.

“di..dimana saya guru Lee?, Suzy mengamati keadaan ruangan tersebut lalu mennyadari dimana sekarang ia berada, aaah...saya di ruang kesehatan ya?”

Entah kenapa guru Lee merasa kecewa ketika Suzy memutuskan kontak mata dan menarik dirinya menjauh. Dia menikmati kedekatan sesaat mereka tadi. Dia berdehem untuk menutupi rasa kecewanya.

“iya...tadi kamu pingsan. Ada apa?apa kamu kurang enak badan?”

Suzy nyengir lebar

“hehehehe...”

Guru Lee menatapnya heran.

“kemarin saya dan grup tari kami latihan sampai malam guru Lee. Sebentar lagi ada kompetisi tari daerah, jadi kami berusaha berlatih lebih keras. Mungkin saya kecapekan”

Guru Lee ber-ooh pelan. Dia sudah mendengar tentang hobi Suzy ini dari guru Kim. Dia juga tahu bahwa Suzy berusaha keras meneruskan hobinya walaupun orangtuanya terutama ayahnya menentang.

“kamu tidak capek bertengkar terus dengan ayahmu?”

Suzy menatap lantai ruang kesehatan sejenak, kemudian tersenyum kepada guru Lee

“tidak...entah kenapa, saya tahu bahwa ini adalah jalan hidup saya”

Suzy tersenyum malu

“memang aneh bagi anak kecil seperti saya untuk mengatakan hal seperti ini...tapi entah kenapa dorongan untuk menjadi artis sangat besar. Seakan saya memang dilahirkan untuk itu”

Suzy tersenyum lebar hingga mata indahnya menyipit seperti bulan sabit. Tiba-tiba angin kencang bertiup dari jendela di belakangnya dan mengacaukan rambutnya yang panjang. Suzy terpekik kecil dan tertawa lagi. Di depannya, guru Lee terpaku. Dia teringat ketika impiannya menjadi artis ditentang habis-habisan oleh ayahnya dan dia tak kuasa melawan. Sampai saat ini impian itu belum padam, tapi dia menyerah untuk menggapainya. Melihat gadis 14 tahun di depannya sudah mengetahui dengan pasti apa yang dia inginkan, di dalam hati guru Lee merasa malu. Inilah salah satu alasannya kenapa dia selalu memperhatikan Suzy. Dia baru menyedarinya.

Seutas rambut Suzy terselip dimulutnya. Guru lee secara refleks mengambil rambut itu dan menyelipkannya ke belakang telinga Suzy. Lagi-lagi sentuhan itu terjadi. Suzy hanya bisa terpana ketika tangan sang guru muda menyentuh pipinya. Tanpa disadari rona merah mulai menjalar. Guru Lee menyadari kesalahannnya, tapi sudah terlambat. Dia menggigit bibirnya dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Dia berpura-pura menutup jendela di belakang Suzy untuk menutupi kekacauan hatinya. Dan berusaha mencari topik pembicaraan lain.

“Tak terasa 1 bulan lagi tugas saya sebagai guru magang disini selesai. Apa kalian akan merindukanku?”

Dia menoleh ke arah Suzy

“apa kamu akan merindukanku?”

Suzy hanya terdiam. Selama beberapa saat guru Lee menunggu jawabannya tapi tidak ada jawaban. Suasana di antara mereka menjadi canggung. Guru Lee melihat ke arah luar, murid-muridnya mulai bertingkah karena tidak ada guru yang mengawasi.

“sebaiknya saya keluar...kamu istirahat saja disini”

Belum satu langkah dia beranjak, tiba-tiba dia merasakan Suzy memegang ujung bajunya

“suka...”, katanya lirih

Walaupun lirih, guru Lee bisa mendengar dengan jelas apa kata Suzy. Ia berpaling menatap anak didiknya dengan kaget

“Apa katamu?”

Suzy mengangkat kepalanya dan menatap guru Lee tepat di matanya. Suaranya bergetar namun terdengar lebih lantang

“Saya suka guru Lee...!”

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 
 

 

 
 
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
sharfawoo #1
Chapter 1: Pls continue TT
Its getting soooo good
amandaf #2
I wanna read too, but isn't in english so I can't
eunsihaelover #3
why don't you try writing in englisch.
it looks interesting but I can't read it.