First Snow

The Lucky One

DaeGu, Rumah Tante Bom Sil, 22.45 KST

“Aigo, kenapa kalian datang sangat larut sekali?” Tanya tante Bom Sil sambil mengantarkan Hee Gi dan Sehun ke dalam rumah. Semua orang kini berkumpul menyambut mereka.

Hee Gi tersenyum kaku, mulutnya yang bergerak untuk menjawab pertanyaannya kembali mengatup karena namja di sebelahnya mulai berbicara, “Ah ye, uri jeosseohamnida, tadi saya ada perform dulu,” jawabnya kemudian diberi anggukan oleh Hee Gi.

“Ah eomma!” Teriak Hee Gi kemudian memeluk eommanya dengan erat. Tidak lama kemudian, ia pun memeluk Appa nya melepas kagen setelah sekian lama tak bertemu.

-

Kedai Kopi, 23.10 KST

Jung Kook memetik gitarnya dengan lihai. Semua pelanggan di kedai kopi milik Jung Ahjussi sukses terbius dengan penampilan solonya. Hye Mi yang bertepuk tangan paling keras setelah Jung Kook selesai membawakan penampilan pertamanya.

“Ah ne gamsahamnida,” ucapnya pada semua pelanggan, “Ah geurigo, ada seseorang yang katanya ingin menyembahkan sebuah lagu untuk malam natal tahun ini,” wajah semua orang terlihat kaget menantikan siapa orang yang dimaksud termasuk Hye Mi. Ia celingak celinguk mancari seseorang yang kiranya akan menyanyi.

“Hye Mi-ya”

Hye Mi melontarkan pandangannya pada Jung Kook dengan polos. “Kau bilang kau akan bernyanyi.”

Barulah, setelah satu kalimat itu terlontar, Hye Mi mati beku, “Mwo?” ucapnya tanpa suara. Ia menggeleng enggan, namun sorak pelanggan di dalam kedai mendorongnya ke arah Jung Kook. Gadis itu kemudian duduk di sebelah Jung Kook untuk menyanyikan sebuah lagu yang sama sekali belum terfikirkan di kepalanya.

“Aku kan bilang hanya ingin belajar bermain gitar, aku tidak pernah bilang aku akan bernyanyi,” bisik Hye Mi setelah duduk di sebelah Jung Kook dengan canggung.

“Hee Gi bilang suaramu sangat bagus, jadi aku ingin mendengarnya,”

Hye Mi mengerutkan kening, kemudian berbisik lagi di telinga Jung Kook, “Aku tidak tahu akan bernyanyi apa. Aku tidak pernah bernyanyi di hadapan orang banyak sebelumnya. Aku suka demam panggung. Aku tidak bisa.”

“Gwaenchana, kau hanya harus bernyanyi dengan santai, tidak usah terburu-buru,” jedanya, “kau tahu lagunya Urban Zakapa yang berjudul My Love? Ku dengar kau menyukainya. Mari kita menyanyikan lagu itu.”

“Apakah akan baik-baik saja?” Hye Mi menggigit bibir bawahnya, khawatir.

Jung Kook tersenyum menanggapinya, “Gwaenchana,” tidak lama setelah itu, petikan gitarnya pun mulai terdengar.

*Please kindly play the song of Urban Zakapa – My Love to get the feeling wwkwkwk*

-

DaeGu, Rumah Tante Bom Sil 23.15 KST

“Sehun lagi-lagi tertawa mendengar ocehan suami tante Bom Sil yang memang gemar melawak. Hee Gi sesekali memegangi perutnya tak kuat menahan tawa.

“Sudahlah, ayo dinikmati dulu makanannya, ini akan menjadi natal terbaik.” Kata tante Bom Sil dari arah meja makan yang sudah tersedia outdoor.

Hee Gi berlari ke arah meja makanan dan ber-wah ria menyaksikan berbagai macam makanan sudah tersedia di atas meja makan, “Natal tahun lalu seingatku tidak semewah ini.” Ucapnya pada tante Bom Sil.

“Tentu saja kali ini special,” Jawab paman Yong Shin –suami tante Bom Sil- dari arah belakang Hee Gi. Tangannya kemudian menepuk pundak Sehun dan mengajaknya bergabung ke meja makan, “Karena ada pria ini di sini,” lanjut paman Yong Shin yang membuat tante Bom Sil tersenyum. AH, mata tante Bom Sil memang jelalatan. HEHE, mian tante.

Hee Gi tidak tahu harus menanggapinya bagaimana, pada akhirnya ia hanya melirik ke dalam rumah, “Eomma! Appa! Masakannya sudah matang.” Teriaknya kemudian.

Hee Gi cepat-cepat duduk di kursi panjang. Sehun mengikutinya di sebelahnya, “Maafkan keluargaku ya, jika membuatmu merasa bising.” Bisik Hee Gi pada Sehun.

“Gwaenchana,” jawabnya kemudian.

Hee Gi dan Sehun tersenyum menyambut eomma dan appa serta tante-paman, nenek, sepupu, dan keluarga lainnya yang mulai bergabung di meja makan. “Aigo Gyu Ri-ah!” Panggil Hee Gi pada si kecil Gyu Ri yang masih berumur 5 tahun. Gadis itu pun berlari menghampiri Hee Gi, dan duduk diantara keduanya.

“Omo kyopta,” ucap Sehun sambil mencubit pipi Gyu Ri gemas.

“Boleh diceritakan, bagaimana kalian bertemu? AH, Hee Gi tidak pernah cerita pada bibi soal hubungan kalian,” ungkap eomma Hee Gi pada Sehun. Yang ditanya malah ketawa-ketawa tidak jelas. Hee Gi pun begitu, ternyata tiba juga saat-saat seperti diadili begini.

“Aigo, pasangan muda sekarang, ditanya malah main lirik-lirikan begitu.” Goda bibi Bom Sil kemudian. Pipi Hee Gi merona.

Sehun menyunggingkan bibir tipisnya kemudian, “Ah kami bertemu di kedai kopi kesukaan kami bibi,”

“Ah ya itu benar,” tanggap Hee Gi cepat sambil mengangguk-angguk setuju dengan jawaban Sehun.

“Oh, bagaimana pekerjaanmu?” Kini giliran ayah Hee Gi yang bertanya, “Kau seorang penyanyi? Aktor? Komedian?”

Sehun tertawa mendengarnya, “Ah saya seorang penyanyi. Saya berada dibawah nama EXO,” jawabnya lagi.

“Ah, kau pasti sibuk sekali,” komentar tante Dang Sil.

“Ah tidak juga,” jawab Sehun merendah.

“AHHH Aku lapar sekali!!!” teriak Hee Gi secara tiba-tiba, matanya kemudian menelusuri rentetan makanan didepannya. Ia akhirnya mencomot daging babi dan melahapkannya pada mulut kecilnya. Tangannya bergerak menyumpit roll egg kemudian, “Nenek, ini kesukaanmu.” Katanya sambil meletakkan roll egg yang dibawanya diatas piring Nenek.

“Ahahah Hee Gi benar, ini sudah saatnya makan, mari bersulang. Terimakasih atas makanannya…” Semuanya bersorak ramai.

Hanya Sehun dan Hee Gi yang saat itu juga menghembuskan nafas lega.

-

EXO Dorm, 23.10 KST

“Yaa! Hyung! Tambahkan lagi dagingnya, aku masih lapar!” Pinta Baekhyun pada Lay yang kini tengah membawa daging babi yang sudah matang ke arah meja. Namja yang meminta lebih itu pun bersorak senang melihatnya.

“Jeng jenggg, mari kita merayakan malam natal ini dengan seheboh-hebohnya,” Kata Xiumin sambil membawa kardus soju yang disimpan di bawah meja.

“Aigo, kau memang yang terbaik hyung!” Chanyeol mengacungkan jempolnya ke arah tetuanya itu.

-

Kedai Kopi, 23.25 KST

“Ahjussi, 5 menit lagi kedainya akan ditutup kan?” Tanya Hye Mi sekali lagi. Ia terus-terusan melirik jam tangannya tidak sabar. Jam 23.30 nanti barulah, pesta natal sebenarnya akan dimulai. Ah, ia benar-benar menunggu hal itu.

Jung Kook meletakkan gitarnya kemudian berlari ke arah gudang untuk membantu mengeluarkan alat-alat pesta. Ha Neul langsung menyambutnya dengan senang. Jung Ahjussi sibuk melayani sepasang pelanggan yang sedang membayar uang makannya.

Hye Mi akhirnya membalikkan kata ‘open’ menjadi ‘close’ pada pintu kedai bersamaan dengan kedatangan Seul Gi dan Taehyung. Hye Mi membelalakkan matanya kaget, “Yaa! Kukira kalian tidak jadi datang ke sini?” Tanyanya sambil menepuk pundak Taehyung.

“Dia terus-terusan memaksaku pergi ke sini,” jawab Taehyung dengan raut kesalnya menunjuk pada Seul Gi.

“Aku tahu jelas mengapa Seul Gi ingin pergi ke sini. Kau pasti meminta yang aneh-aneh darinya kan?” Tanya Hye Mi mendecakkan lidah.

Seul Gi tertawa mendengarnya. Taehyung yang tidak terima membalas pertanyaan Hye Mi tadi, “Mwo? Meminta apa maksudmu, yaa!!” seru Taehyung di akhir kalimatnya karena Hye Mi pergi menghiraukan perkataannya.

-

DaeGu, Rumah Tante Bom Sil, 00.05 KST

Sehun dan Hee Gi menjauh dari keramaian. Para orangtua sedang dalam dunianya. Apalah jadinya jika mereka ikut masuk ke dalamnya? Hee Gi menghembuskan nafas lega. Begitu pun dengan Sehun. Ternyata untuk berakting saja butuh tenaga ekstra. Tenaga untuk memainkan mimik wajah, menutupi realita sebenarnya.

Sehun menatap sekeliling, mengamati bagaimana tawa para orangtua, lekuk bangunan rumah yang ia injak, mengangkat angannya yang mungkin kini sedikit tercapai. Ia rindu kebebasan. Ia rindu tidak mengkhawatirkan soal pekerjaan. Sehun bersyukur ada di tempat itu sekarang.

“Aigo, nenek kenapa belum tidur?” Hee Gi berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri nenek yang sedang berjalan ke arahnya. Sehun yang menyadari keberadaan nenek pun langsung ikut menuntunnya kemana wanita yang sudah berumur itu ingin pergi.

“Nenek belum ngantuk, sudah lama tidak berbincang denganmu,” jawab nenek dengan suara khasnya sambil tersenyum ke arah mereka berdua. Sehun hanya terdiam mengamati, berada di tengah-tengah keluarga orang lain membuatnya terasa canggung.

“Nenek pasti rindu padaku. Aku juga rindu pada nenek.” Jedanya sambil mengamati wajah nenek Shin yang semakin menua, “Aku akan sering mengunjungi nenek,” lanjutnya kemudian.

Nenek Shin tersenyum mendengarnya, kemudian melirik Sehun yang sedari tadi diam, “Ajak pacarmu juga kalau ke sini,” katanya membuat perubahan pada wajah Hee Gi. Ekspresinya datar. Gadis itu pun melirik Sehun dengan bingung.

“Ah ye,” jawab Sehun singkat sambil menyunggingkan bibir tipisnya.

“Kau boleh datang ke sini kapan pun jika kau mau. Anggaplah seperti rumah sendiri,” ucap nenek pada Sehun dengan tiba, “Kau laki-laki baik,” jedanya lagi, “Pergilah mencari angin keluar, kau pasti jarang sekali seperti ini,” ucap beliau lagi, “Hee Gi temanilah dia,” nenek Shin tersenyum menutup wejangannya malam hari itu.

-

EXO Dorm, 00.10 KST

“Suho hyung! Persediaan beras kita sudah habis. Bagaimana? Besok kita tidak bisa makan,” teriak Chen dari dalam dapur. Ah ya, Chen merupakan member yang selalu mengecek bahan-bahan makanan di dapur. Selain itu, ia juga sering memasakkan makanan untuk para member  setelah D.O, Chanyeol dan Lay.

“Besok kita pesan ayam saja,” jawab Suho dari arah ruang kumpul.

“Biar aku beli ke supermarket saja hyung,” kata Kai kemudian membuat semua member menoleh, “Aku sedang ingin mencari angin,” lanjutnya menjelaskan.

“Kau memang seperti Sehun, sering sekali keluar malam-malam begini tanpa takut ketahuan orang-orang diluar sana,”

“Gwaenchana Lay hyung, aku sudah terbiasa. Lagian, malam natal seperti ini orang-orang terlalu sibuk dengan dirinya sendiri untuk mengurusi orang lain.” Jawab Kai, yang tak lama setelah itu menerima list belanja dari Chen dan merima credit card dari leadernya.

“Kau mau aku temani?” Tanya Baekhyun kemudian.

“Anio hyung, nanti kau malah merepotkan,” jawab Kai santai sambil ngacir ke arah garasi.

“Yaa! Dasar Kamjjong!” Umpat Baekhyun yang mendapat gelak tawa dari member yang lain. Lay yang baru saja sampai di Korea karena baru menyelesaikan jadwalnya di China pun ikut tertawa melepas beban penat yang dibawanya dari China. Ia benar-benar lega bisa berkumpul bersama lagi dengan para membernya.

-

Daegu, 00.22 KST

Angin malam menemani kedua insan ciptaan Tuhan itu menginjak anak tangga yang terbilang cukup banyak, tanpa jeda. Tidak ada yang memulai percakapan malam itu. Hm, mungkin lebih tepatnya dini hari.

Hee Gi bingung akan memulai percakapan apa. Sehun hanya bergelut dengan pikirannya sendiri. Tempat ini sepi. Mungkin orang-orang di Daegu terlalu sibuk dengan malam natalnya hingga tak ada yang berlalu lalang di area tersebut. Padahal menurutnya sangat bagus.

“Kau pasti berpikir kenapa tempat ini sepi ya?” Tanya Hee Gi seperti membaca pikiran Sehun. Namja itu menoleh ke arahnya. Kacamatanya sengaja ia pakai. Maskernya ia simpan di saku coatnya, untuk berjaga-jaga.

Poni depan Hee Gi tertiup angin, namun tidak mengacak rambutnya yang tertutup dengan kupluk berbentuk kucing yang dipakainya. Ia memperhatikan namja yang baru ia sadari memiliki perawakan yang sangat tinggi. Wajahnya terlihat begitu dingin jika ia tidak berbicara. Oleh karena itu, Hee Gi memulai pembicaraan malam itu.

“Tempat ini memang tidak banyak yang tahu. Di kompleks ini mungkin hanya aku saja yang tahu tempat ini,” sambung Hee Gi, lagi-lagi menjawab pertanyaan Sehun. Namja itu masih saja enggan membuka mulutnya.

Kaki keduanya menginjak tangga terakhir, membawa keduanya melihat pemandangan kelap kelip lampu kota DaeGu dari kejauhan. Memang pas sekali malam-malam pergi ke tempat seperti ini.

“Merry christmast,”

Hee Gi menoleh ke arah suara. Tangannya seperti biasa berada dalam coatnya. Ia menatap namja yang kini mengeluarkan hpnya, “Merry chrismast,” jawab Hee Gi dengan seulas senyum.

Sehun mengulurkan hpnya ke arah Hee Gi, “Coba foto aku,”

Hee Gi tertawa sambil berdecak lidah, “Dasar narsis,” ucapnya sembari menerima hp Sehun untuk mengambil gambar foto namja di depannya.

Cekrek.

“Wah, kau photogenic sekali,” komentar Hee Gi setelah berhasil mengambil foto Sehun. Gadis itu berulang kali mengambil foto Sehun dari sudut yang berbeda. Persis, mirip photographer. Bedanya, ia menggunakan kamera hp.

Sehun merebut hpnya dari Hee Gi kemudian melihat-lihat hasil fotonya yang ternyata memang bagus. Namja itu kemudian mengacungkan hpnya ke arah Hee Gi yang tengah melihat pemandangan.

Cekrek.

Hee Gi menoleh ke arah suara hp yang kini masih menghadap ke arahnya, “Kau mengambil fotoku?”

Cekrek.

“Yaa!” Umpat Hee Gi.

Cekrek.

“Yaa! Oh Sehun!” Umpat Hee Gi lagi sambil melakukan gerakan tangan, ingin merebut hp namja didepannya.

Cekrek.

Sehun cengengesan membuat Hee Gi memasang wajah kesal. Nada suara foto itu terus-terusan terdengar. Berulang kali Hee Gi berusaha merebut hp milik Sehun tapi ia tetap gagal. Sehun kini masih mengarahkan hpnya ke arah gadis itu. Bibir tipisnya tersungging lebar. Matanya terlihat antusias.

“Yaa! Geumanhae Sehun-ah!” Pinta Hee Gi pada akhirnya.

Sehun menghentikan aktivitasnya, kepalanya terlihat manggut-manggut sambil mereview apa yang baru saja dilakukannya, “Arrasseo, mari kita foto bersama.” Ajaknya kemudian.

“Mwo? Shiro.”

Sehun mengangkat hpnya tinggi-tinggi, menampilkan refleksi dirinya dan Hee Gi yang tengah menutupi wajahnya sendiri. Sehun menekan tombol kameranya.

“Eoh, aku salah pencet,” kata Sehun membuat Hee Gi membuka jemari tangannya yang menutupi wajahnya.

“Kau mem-video ku?” Tanya Hee Gi sambil melihat wajah Sehun heran. Namja itu masih asik melihat ke arah layar handphonenya.

“Ani, aku salah menekan tombol,” jawabnya membuat Hee Gi menoleh ke arah kamera.

“Eoh!” ucap Hee Gi terkejut melihat layar Handphone Sehun. “Salju,” katanya kemudian sambil menolehkan kepalanya ke sekeliling. Sehun ikut-ikutan melirik langit yang memang menurunkan first snow nya tepat di hari natal.

“Ah, majjayo,” jawab Sehun kemudian memutarkan handphonenya untuk mengabadikan momen tersebut. Hee Gi kini ikut-ikutan loncat-loncat ke arah kamera, agar tubuhnya yang kecil dapat terekam.

“Woaaa! Boshtaaa!” Teriak Hee Gi. Gadis itu kemudian menatap Sehun disampingnya, “Inilah mengapa Daegu dijuluki sebagai City Of Hope. Tuhan kali ini pun menurunkan anugerahnya di hari natal,” ucapnya senang. Sehun hanya tersenyum kalem dengan wajah poker facenya, menikmati salju pertama bersama orang baru di kota baru pada hari natal baru.

“Ah gendae, keluargamu bisa menjaga rahasia kan?”

Hee Gi mencerna pertanyaan yang tiba-tiba dilontarkan Sehun, ia teringat pada keluarganya yang menyangka dirinya berpacaran dengan namja di depannya itu, “Gongjok hajimal, mereka tidak akan mengambil resiko,” jawab Hee Gi dengan mantap.

-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
galaxyours
Hi! This is my first story ^^
I've tried to wrote several chapters, and.. it kinda a lilbit bored at the beginning, I think. But the more you read, you'll love the story for sure.
Trust me :)

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
Seems good!
ssadssad #2
♥♥♥♥♥