The First Meeting

The Lucky One

Han Hee Gi lagi-lagi mengusapkan kedua tangannya yang sudah beku. Sudah berpuluh kali ia memberikan uap panas pada telapak tangannya, dan berkali-kali juga ia memasukkan tangan mungil itu ke dalam saku coat-nya.

“Ahh, ternyata begini rasanya musim dingin.” Ucapnya pada dirinya sendiri. Kepalanya celingak celinguk ke kanan dan kiri, menantikan seseorang.

Ya, ini adalah hari dimana ia genap empat bulan sebagai penghuni Korea Selatan. Dan perlu diketahui, musim dingin di korea ternyata sangat ektrim sampai-sampai ia harus merasakan mati beku setiap harinya.

“Yaa! Hye Mi-ya!” Teriaknya sambil melambaikan tangannya ke arah yeoja yang memakai kupluk di kepalanya. Yang dipanggil Hye Mi menyunggingkan bibirnya, memperlihatkan lesung pipi diantara butiran salju yang sedang turun.

“Aduh maaf ya, tadi dosennya agak telat.” Ucapnya menggunakan bahasa ibunya.

“Iya gak apa-apa kok, santai aja,” jawab Hee Gi dengan bibir bergetar kedinginan.

Hee Gi memang orang Korea asli. Tapi, karena ia sudah menetap di Indonesia sejak kecil, ia sendiri jadi sensitive dengan dingin. Berbanding terbalik dengan Hye Mi yang notabennya memiliki darah Indonesia-Korea. Hye Mi tidak se-menggigil seperti Hee Gi. Tidak mengerti kenapa bisa begitu.

Hye Mi melepaskan kedua sarung tangannya, kemudian memberikannya pada Hee Gi, “Pakailah. Kau lebih sensitive dingin.” Katanya. Hee Gi langsung menerimanya dengan senang. Sudah menjadi rutinitas bagi mereka berbagi sesuatu.

“Bagaimana kelasmu? Kau menyukainya? Bahasa koreamu semakin lancar saja,” Tanyanya memecah keheningan. Bibirnya sudah tidak bergetar lagi sekarang. Ia meniup poninya pelan.

 “Ah, itu jangan ditanya deh. Aku suka banget,” jawab gadis itu antusias, masih dengan bahasa ibunya. “Untung saja aku satu universitas denganmu. Ya..walaupun beda fakultas. Tapi mendapat beasiswa memang menyenangkan.” Katanya lagi, kali ini dengan bahasa koreanya yang fasih. “Kau lah guru pengajar bahasa koreaku. Gamsahamnida sajang-nim.” Lanjutnya yang membuat kedua gadis itu tertawa.

Baik Hye Mi maupun Hee Gi, mereka sama-sama mahasiswa penerima beasiswa di Cung Ah university yang notabennya terkenal dengan banyaknya artis korea yang menimba ilmu di sana. Namun, fakta besar itu menjadi fakta tak kasat mata bagi  mereka berdua.

Bagaimana pun terkenalnya, mereka akan lebih fokus pada kesibukan mereka dalam studinya. Bagi mereka, beasiswa adalah segalanya. Mereka lebih bangga bisa melanjutkan pendidikan dengan jerih payah mereka sendiri.

Hee Gi lolos beasiswa pemerintah korea dengan mengambil jurusan Desain Interior. Ia lebih betah duduk berjam-jam membaca majalah interior dari arsitek favoritnya ketimbang dengan nonton drama korea yang membuatnya gampang bosan.

Berbanding terbalik dengan Hye Mi yang sangat menyukai drama korea hingga ia jatuh cinta pada jurusan cinematography yang sekarang diambilnya. Selain karena betah memandangi aktornya yang menawan, ia juga sangat betah memandangi editing film yang menurutnya nyaris sempurna.

Kini, mereka mulai berjalan ke arah kompleks gang. Apartemen kecil milik mereka sudah terlihat. Ya, mereka tidak tinggal di asrama kampus. Tapi lebih memilih apartemen kecil 2 tingkat, yang penghuninya sudah mereka anggap seperti keluarga.

“Kau mau coffe?” Tanya Hee Gi pada Hye Mi yang kini terlihat menggigil.

Tak jauh dari apartemen yang mereka tempati, ada sebuah kedai kopi yang memang rasanya tidak diragukan lagi. Namun memang hanya segelintir orang saja yang mengetahui keberadaan kedai tersebut.

“Kau yang traktir?” Tanya Hye Mi dengan puppy eyesnya, membuat Hee Gi tidak tahan untuk menolak. Lesung pipi itu lagi-lagi nampak diantara pipinya yang chubby. “Aigo- kau memang si tukang traktir,” Katanya kemudian berlari ke arah kedai setelah mengacungkan jempolnya pada Hee Gi.

Hee Gi hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan sahabatnya yang sekarang sudah berhasil masuk ke dalam kedai. Untungnya, kedai ini buka 24 jam dan Jung ahjussi sang pemilik kedai memang sudah tak asing pada keduanya.

Jam menunjukkan pukul 23.05, Hee Gi kembali mengeratkan coatnya yang terasa sangat tipis baginya. Ia kemudian berlari ke arah kedai. Namun langkahnya tersandung sesuatu. Dalam sekejap ia sudah seperti melayang di udara. Cuaca yang dingin membuat mulutnya beku sampai-sampai ia tak sempat untuk berteriak.

“Oppa!” Teriak dua orang yeoja dari arah belakang namja yang kini menopang tubuhnya agar tidak terjatuh. Hee Gi buru-buru berdiri seperti biasa setelah sadar bahwa ia ada dipangkuan seorang namja.

Baru saja ia ingin mengucapkan terimakasih, tapi tangan namja itu menarik tubuhnya hingga tak berjarak. Tangan kirinya berada pada pundak Hee Gi, menariknya lebih dekat sampai ujung hidung mereka beradu.

Hee Gi menahan nafas. Jantungnya berpacu dengan cepat. Ia tidak pernah sedekat ini dengan seorang pria. Ingin rasanya berteriak, namun tatapan namja di depannya seperti berkata jangan. Tubuhnya sangat tinggi. Warna kuliatnya sangat putih seperti vampire. Matanya lebar dengan alis tebalnya yang tergurat jelas di wajahnya. Kedua bola matanya berwarna kecoklatan. Bibirnya terlihat begitu kecil dan berwarna pink.

Tiba-tiba Hee Gi tersadar. Ia langsung mendorong namja itu menjauh. Kaget dengan apa yang barusan dialaminya. Ia memperhatikan namja didepannya dengan seksama. Topi hitam, jaket hitam, celana jeans hitam, sepatu hitam. Kenapa semuanya serba hitam?

“Yaa!” Namja itu menoleh pada seseorang yang berpakaian persis sama dengannya. Bedanya, ia memakai masker yang warnanya juga hitam. Raut wajah Hee Gi berubah cemas. Pikirannya sudah mulai kacau. “Ini. Pakai.” Katanya pada namja yang tak memakai masker.

Pria yang tadi memeluk Hee Gi mengambil sebuah masker dan memakainya dengan cepat. Matanya melirik Hee Gi yang masih tak bergeming. “Mian. Gomapta.” Ucapnya sebelum meninggalkan gadis yang kini masih terpaku karena nya. Hee Gi tidak mengerti maksudnya.

“Yaa! Kau sedang apa Hee Gi-ya? Kau tidak membeku di luar sana?” Suara Hye Mi membangunkannya.

Gadis itu menoleh, memberikan senyuman tipis pada Hye Mi. “Kau sudah memesan coffenya?” Tanyanya kemudian ikut masuk ke dalam kedai.

-

Semburat mentari pagi menghantarkan hangat pada area jendela besar di kamar Hee Gi maupun Hye Mi. Keduanya keluar dari kamar secara bersamaan. Memeluk sweater mereka sendiri setelah menyadari bahwa pagi itu masih musim dingin. Hye Mi menyalakan tv dan menyetel volumenya agak keras. Kakinya kemudian bergerak ke arah Hee Gi untuk membantunya menyiapkan sarapan.

“Kita bikin soup saja ya. Di kulkas sepertinya masih ada daging ayam,” Hye Mi hanya mengiyakan perkataan Hee Gi. Ia berjalan ke arah dispenser dan menuangkan air putih ke dalam gelas, lalu meminumnya. Diliriknya Hee Gi yang kini tengah sibuk memotong bawang.

Hye Mi berjalan ke arah pintu apartemen. Rutinitas yang selalu dilakukan secara bergantian, yaitu mengambil Koran pagi di lantai bawah.

Hee Gi sudah memasukkan semua bahan-bahan untuk memasak soup ayam. 5 menit kemudian, ia telah memindahkannya pada meja makan. Begitu pun dengan nasi, sumpit dan sendok yang dengan cepat ia tata di atasnya.

Hye Mi belum juga kembali. Ia memutuskan untuk menonton tv sambil menunggu sahabatnya itu datang. Kakinya ia angkat ke atas sofa. Hee Gi menguap. Gadis itu sangat bosan dengan gambar yang ada di depannya. Pada akhirnya ia memilih untuk melihat majalah interior yang berada di lemari.

“YAA! HAN HEE GI!”

Teriakan Hye Mi benar-benar membuat Hee Gi kaget. Ia yang sedang berdiri untuk mengambil majalah, sontak menoleh ke arah pintu apartemen. Melihat Hye Mi yang sama-sama memasang wajah kaget, “Wae yo?” Tanyanya.

“Yaa! Yaa!” Hye Mi berteriak lagi, kali ini dengan menyuruhnya duduk di atas kursi. Ia memperlihatkan Koran yang baru dibawanya. “Neo!” Tangannya dengan tajam mengarah pada mata Hee Gi. Yang ditunjuk hanya melotot tidak mengerti.

“Apa yang sedang kau lakukan di sini Hee Gi-ya?” Tanya Hye Mi sembari menunjuk gambar pada headline Koran. “Bukankah ini kau?” Hee Gi mengucek-ngucek matanya dengan cepat. Tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kedai coffe jung ahjussi, dan di depannya terdapat seorang pasangan yang sedang berciuman.

Ia membelalakkan matanya. Hee Gi baru mengingat semuanya. Gadis itu langsung merebut Koran dengan paksa. Ingin mengamati gambar itu dari dekat. Walaupun wajahnya tak terlihat, ia yakin bahwa itu coat, boot dan celana jeans yang dipakainya semalam.

Astaga. Hee Gi membeku. Dilihat dari sudut mana pun, pasangan pada gambar itu jelas-jelas terlihat sedang berciuman. Dan gambar di sebelahnya terlihat jelas wajah seorang namja yang memang kemarin dilihatnya. Kenapa..kenapa kejadian itu bisa masuk Koran?

“Kau pacaran dengan seorang artis?”

Hee Gi menoleh. “Artis?”

Hye Mi mengangguk mantap, jari telunjuknya mengarah pada rentetan kata di sebelah gambar tersebut.

Oh Sehun, salah satu member group EXO yang sedang naik daun dikabarkan tengah menjalin sebuah hubungan dengan seorang gadis. Seorang wartawan secara tidak sengaja memergokinya yang tengah bermesraan di salah satu kawasan di Seoul. Identitas sang pacar belum diketahui dengan pasti. Namun, beberapa netizen yang sudah melihat foto tersebut mempercayai bahwa Sehun memang sedang menjalin hubungan yang serius dengan gadis di foto itu.

IGE MWOYA?

“Yaa! Ige mwoya?” Tanya Hee Gi tak percaya pada Hye Mi. Yang ditanya hanya mengerutkan alis lebih tak mengerti.

“Yaa! Harusnya aku yang bertanya. Kau benar-benar sedang kencan dengannya?” Tanya Hye Mi sekali lagi.

Hee Gi terlihat cemas. Ia buru-buru menggelengkan kepalanya, “ANIO! Aku tidak sedang berkencan dengannya.”

“Lalu, di foto itu? Bukankah itu memang kau?” Hye Mi memasang tatapan menyelidik pada Hee Gi. Gadis itu hanya mengeluh memasang wajah cemas. Namun kini, wajahnya mengangguk membenarkan pertanyaan Hye Mi.

Hye Mi memijit dahinya yang terasa berkunang-kunang. “Yaa! Lantas kenapa kau ada di foto ini? Dan berciuman dengannya? Kau terlibat hubungan cinta satu malam dengannya ya?”

Hee Gi sontak melotot pada gadis didepannya. Walau bagaimana pun ia masih waras sebagai seorang wanita. Hidup pas-pasan saja ia sudah rela daripada harus mencoba hubungan satu malam itu. “ANIO!” jawabnya lantang.

Hye Mi menghembuskan nafas berat. Tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada sahabatnya kali ini. Ia sungguh benar-benar tidak bisa mencerna penjelasan dari Hee Gi yang setengah-setengah. “Lantas maukah kau menceritakan kejadian sebenarnya padaku Hee Gi-ya?” Gadis itu hanya mengangguk.

-

Hee Gi keluar dari kelasnya dengan tatapan kosong. Kakinya terasa lemas sekali, sampai-sampai ia terasa akan jatuh pingsan. Ia benar-benar baru sadar betapa gentingnya situasi saat ini. Ia juga bahkan baru menyadari bahwa pria bernama Oh Sehun itu sangat terkenal, khususnya di kalangan pelajar.

Bagaimana nasibnya jika seluruh dunia tahu bahwa dirinyalah yang berada di foto itu?

Hee Gi bersender pada tembok dekat tangga. Ia mencoba menelepon Hye Mi dan berharap bahwa gadis itu juga sudah keluar kelas.

“Eoh. Hee Gi-ya, neo eodisseo?” Tanya suara dari seberang.

Ada setitik kelegaan yang tercermin dari gadis itu, “Eoh Hye Mi-ya, aku di gedung A jurusanku. Sepertinya aku tidak kuat pulang sendirian,” Katanya.

“Eoh? Yaa! Wae geurae?” Gurat nada khawatir bisa terdengar dari sana.

“Ah, kau harus segera ke sini sekarang.” Katanya tak bisa menjelaskan.

“Ah, Hm, Arraseo. Gidarilkhae..” Lalu sambungan telfon terputus.

Untuk saat ini, Hee Gi merasa sangat lega bahwa tidak ada orang yang berlalu lalang didepannya. Apalagi sambil membicarakan berita di Koran tersebut. Aneh. Padahal dirinya tidak berciuman dengan pria bernama Oh Sehun itu. Apa yang sedang dipikirkan wartawan?

Apa seharusnya aku membela diri saja? Apa aku komen saja kalau mereka tidak sedang berciuman ya?

Pikirannya menerawang hal-hal yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Kepalanya menggeleng kemudian.

Aku tidak boleh gegabah. Aku harus menunggu Hye Mi untuk berkonsultasi dulu. Lagian, kok bisa-bisanya pria itu memelukku seperti semalam? Pikirnya dengan intens di dalam hati.

Mata Hee Gi membulat.

“Astaga! Apa dia sengaja melakukannya?” Ucapnya tak sadar. Tangannya memegang mulutnya. Pikirannya kembali menerawang pada kejadian semalam.

“Sengaja melakukan apa?”

Hee Gi menoleh ke arah suara. Matanya kini membulat sempurna. Dia..pria yang ditemuinya semalam. “NEO?” Tanyanya kaget.

-

Hye Mi berjalan cepat ke arah fakultas desain. Setelah menerima telfon dari Hee Gi, ia tahu bahwa gadis itu pasti syok gara-gara berita di Koran. Bahkan di jurusannya pun, berita itu sedang menjadi hot news. Ia sendiri tak habis pikir seberapa terkenalnya pria bernama Oh Sehun sampai-sampai seluruh mahasiswa membicarakannya.

Kini kakinya setengah berlari ke arah gedung A jurusan desain interior. Kepalanya celingak-celinguk mencari Hee Gi. Namun ia tak menemukannya dengan cepat. Kakinya menaiki tangga untuk melihat apakah Hee Gi menunggu di dalam kelasnya atau tidak. Hye Mi menoleh ke arah tangga, spot yang menjadi kesukaan Hee Gi saat ia menunggu dirinya. Namun tetap saja, tidak ada.

Hye Mi berlari ke arah timur dan mendapati seorang pria sedang merangkul seorang wanita yang sangat dikenalnya. Mata gadis itu terbelalak. “Yaa!” Teriaknya sekeras mungkin.

Hee Gi menoleh ke arah suara. Namun tangan namja di sebelahnya dengan cepat menariknya lagi untuk menunduk. Di seberangnya bahkan sudah ada mobil. Hye Mi panic. Apa sahabatnya itu akan diculik?

Ia melepaskan sepatu ketsnya yang berhak lumayan tinggi dengan cepat. Kemudian bersiap untuk melemparkannya pada namja yag memakai topi hitam itu, “YAA!” teriaknya lagi, “KALAU TIDAK BERHENTI AKKKKK….” Mulutnya ditutupi seseorang.

Hye Mi berusaha untuk berontak, namun tenaga orang yang sekarang membekapnya lebih kuat. Ia bahkan tak bisa melihat siapa wajah yang membekap mulutnya. Ditariknya tubuh kecilnya ke dalam pelukan yang sudah bisa dipastikan seorang namja.

Bau semerbak parfum yang melekat pada jaket namja itu membuatnya pusing. Hye Mi bahkan berjalan mundur mengikuti kemana namja itu membawanya pergi. Dekapan namja itu membuatnya terasa sesak nafas.

Sebentar lagi aku pasti akan pingsan. Pikirnya.

-

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
galaxyours
Hi! This is my first story ^^
I've tried to wrote several chapters, and.. it kinda a lilbit bored at the beginning, I think. But the more you read, you'll love the story for sure.
Trust me :)

Comments

You must be logged in to comment
Sky_Wings
#1
Seems good!
ssadssad #2
♥♥♥♥♥