Evanesce

A SONG FOR YOU

"Setelah pertemuan dengan tuan Han anda ada rapat dengan pemegang saham sajangnim."

 

Siwon hanya berguman pelan membalas ucapan asisstentnya saat mereka keluar dari lift sambil memijat kepalanya yang tiba-tiba pusing. Sudah beberapa minggu ini ia sering mengalami sakit kepala mendadak dan juga sesak di dadanya.

 

"Anda baik-baik saja sajangnim?" Tanya sang asissten yang sejak awal sudah melihat wajah atasannya yang pucat.

 

Siwon menggeleng sebagai tanda bahwa ia baik-baik saja dan tetap melanjutkan langkahnya hingga tiba-tiba rasa sakit yang sangat itu menusuk kepalanya. Membuat pandangan Siwon mengabur dan sekelebat bayangan tentang seseorang kembali muncul. Seorang pemuda yang wajahnya tidak Siwon kenali.

 

Pemuda itu berdiri di tengah padang ilalang dengan wajah sendu. Bibirnya yang pucat terkunci rapat, tidak mengeluarkan kata-kata apapun saat Siwon menatapnya. Mata bulatnya memancarkan berjuta rasa yang tidak terucap.

 

Dalam bayangannya saat Siwon mencoba mendekat, melihat jelas siapa pemuda tersebut, jarak di antara keduanya semakin jauh. Siwon berlari kencang mencoba menggapai tangan kanan pemuda itu yang terulur padanya. Namun saat refleksi tubuh pemuda itu semakin memudar, jantung dan hati Siwon didera sakit yang luar biasa, membuatnya jatuh terjungkal dengan tangan kanan mencengkram dada kirinya.

 

"Siapa kau sebenarnya?"

 

-WonKyu-

 

Siwon mengerjapkan matanya perlahan dan menyadari saat ini ia berada di sebuah kamar rumah sakit. Ia memijat kepalanya pelan, pusing itu masih terasa namun tidak terlalu sakit seperti sebelumnya. Saat kesadarannya kembali seutuhnya, ia menyadari bahwa ada orang lain di ruangan tersebut yang sedang duduk di sofa depan ranjangnya. Memperhatikannya dengan mata penuh selidik.

 

"Sudah berapa lama seperti ini?"

 

Suara tegas dari seorang gadis dengan jas putih panjangnya membuat Siwon tertawa pelan. Ia sudah menyiapkan diri jika gadis dengan rambut hitam panjang yang terikat rapih itu menceramahi dirinya panjang lebar.

 

"Aku baik-baik saja dokter Ahn."

"Kalau kau baik-baik saja kau tidak akan ada di sini Siwon-ssi." Gadis itu berdiri dan duduk di pinggir ranjang Siwon. "Katakan sejujurnya kepadaku."

"Aku hanya merasa pusing Nara-ah. Itu bukan sesuatu yang penting."

 

Siwon mendudukan dirinya dan menatap gadis di depannya dengan tatapan jika ia benar-benar baik saja. Nara menghela nafas lalu meraih pergelangan tangan kiri Siwon.

 

"Denyut nadimu sudah kembali normal." Ucapnya.

"Sudah ku bilang aku baik-baik saja."

"Kau mimpi buruk."

"Ne?"

 

Nara kembali menghela nafas saat teringat Siwon tertidur dengan keringat dan wajah cemas. Saat itu ia ingin melihat keadaan Siwon dan ia mendapati pria tersebut seperti ingin menggapai sesuatu. Gurat sedih terlihat di wajahnya.

 

"Kau berulang kali berucap jangan pergi. Dengan tangan ingin menggapai sesuatu." Ucap Nara. Ia melihat Siwon tertunduk dan mengusap wajahnya pelan. "Siwon-ah."

 

Siwon mengangkat kepala dan menatap Nara namun ia tidak mengatakan apapun.

 

"Apa kau.... apa kau mengingat sesuatu?"

"Apa aku melupakan sesuatu?" Bukan menjawab Siwon justru melemparkan pertanyaan lain yang membuat wajah Nara kaku seketika. "Bukankah jika aku mengatakanya kau tetap tidak akan menjawab apapun yang akan ku tanyakan padamu.?"

 

Siwon menatap Nara dengan pandangan menghakimi. Ia sebenarnya tidak suka bersikap seperti ini dengan sahabatnya sendiri namun mengingat bahwa Nara sama sekali tidak mengatakan apapun saat empat tahun lalu ia tersadar dengan sebagian memorinya yang hilang dan gadis itu mengatakan tidak ada hal penting yang harus Siwon ingat kembali membuatnya sedikit keras dengan gadis itu.

 

Saat itu Siwon sangat kecewa karena ia hanya bisa mengandalkan Nara sebagai sahabatnya. Orang tuanya tidak mungkin akan menjawab setiap pertanyaannya dan Siwon bukan orang bodoh. Ia tidak mungkin kehilangan sebagian memorinya jika itu bukan sesuatu yang penting. Pasti ada sesuatu yang membuatnya sangat shock sampai ia melupakannya. Ia bahkan tidak ingat bagaimana ia bisa kecelakaan. Orang tuanya mengatakan itu hanya kecelakaan biasa dan Siwon tidak perlu memikirkannya.

 

Walau begitu ia tidak berdiam diri saja. Siwon berusaha mencari sebagian ingatannya yang hilang namun semuanya seolah sudah teratur karena apa yang ia cari hanya berujung pada fakta bahwa ia kecelakaan saat pulang kerja pada malam hari. Mereka tidak tahu bahwa Siwon mengingat sedikit bahwa kecelakaan itu terjadi siang hari. Tidak seperti apa yang orang-orang katakan.

 

Siwon baru berhenti mencari saat satu setengah tahun kemudian ayahnya meninggal membuatnya harus mengambil alih Hyundai Group sepenuhnya. Merger perusahaan, meeting dengan klien dan berusaha mempertahankan Hyundai Group membuat Siwon sibuk dan melupakan hal tersebut. Hingga beberapa minggu lalu sesuatu muncul dan membuatnya teringat bahwa ia hidup dengan melupakan sesuatu. Awalnya Siwon mencoba mengabaikannya, namun semakin ia mencoba menghindar bayangan itu semakin sering muncul memenuhi pikirannya. Seolah meminta untuk ditemukan olehnya.

 

"Sudalah jika dilanjutkan maka kita akan bertengkar."

"Kau yang membuatnya seperti itu Nara-ah." Nara sama sekali tidak mengambil hati ucapan ketus Siwon.

 

"Aku sudah meresepkan obat, kali ini tolong menurut pada temanmu ini untuk meminumnya. Hargai aku sebagai seorang dokter." Nara tersenyum dan membantu Siwon berkemas.

 

"Arasso dokter Ahn."

 

-WonKyu-

 

"Siwonnie."

 

Kaki panjang Siwon berhenti melangkah saat ibunya menghampirinya saat ia akan menaiki tangga menuju kamarnya. Ia tersenyum dan memeluk wanita yang masih terlihat cantik diusianya, meski gurat lelah terlihat di wajahnya. Siwon memeluk ibunya mencari ketenangan dalam dekapan hangat wanita tersebut.

 

"Kau baik-baik saja?"

"Mengapa Nara sangat besar mulut." Ucap Siwon manja membuat ibunya tertawa dan menepuk punggungnya pelan.

"Kau ini. Sudah makan?" Siwon mengangguk. "Ada yang kau inginkan?"

"Annie. Aku hanya ingin tidur umma."

"Istirahatlah. Umma akan bangunkan saat makan malam."

 

Siwon tersenyum dan mengecup dahi ibunya perlahan. Ia bisa saja menanyakan hal yang terjadi padanya empat tahun lalu. Namun Siwon tidak ingin membuat ibunya sedih dan banyak pikiran oleh karena itu ia tetap diam.

.

.

.

"Hyung, cepat kejar aku! Kau lama sekali!"

 

Siwon tertawa dan mencoba mempercepat langkahnya menyusuri pasir pantai yang berwarna putih bersih itu. Ia sebenarnya hanya ingin menggoda pemuda di depannya dengan berpura-pura tidak sanggup mengejar dirinya. Hanya saja melihat pemuda itu mempoutkan bibirnya kesal dan mata bulatnya yang melebar lucu karena Siwon tidak juga berhasil menangkap dirinya membuat Siwon gemas dan segera berlari untuk menangkap pemuda yang terlihat sangat cantik itu ke dalam pelukannya.

 

"Kena kau."

 

Siwon berhasil menangkap pemuda itu dan mengangkat tubuhnya lalu memutar-mutarnya. Membuat sang pemuda menjerit dan tertawa senang. Setelah itu Siwon memutar pemuda itu menghadapnya. Dengan lembut menyingkirkan rambut yang menutupi matanya karena angin pantai yang kencang.

 

"Kau bahagia?" Tanya Siwon yang dibalas anggukan kepala oleh pemuda dalam rangkulannya.

"Hyung?"

"Kebahagianmu adalah kebahagianku."

"Cheesy!"

"As always." Ucap mereka bersamaan.

 

Setelah itu keduanya berpelukan di temani angin pantai dan ombak kecil yang menyentuh kaki mereka seolah mengajak bermain. Pemuda manis itu menyadarkan kepalanya pada bahu Siwon, sementara Siwon tersenyum kecil sambil menciumi helai rambut pemuda tersebut.

 

"Aku ingin berenang."

 

Siwon melepaskan pelukannya dan pemuda itu segera berlari menuju pantai. Sesekali ia berlari kembali kearah Siwon saat ombak besar mengejarnya. Siwon hanya dapat tertawa melihat tingkah pola pemuda tersebut yang bagaikan anak kecil. Bibir merahnya tidak berhenti melebarkan senyuman manis yang selalu Siwon sukai.

 

Perlahan Siwon mendudukan dirinya di pantai mengamati pemuda yang berulang kali terjungkal karena tubuhnya di hempas ombak. Dan Siwon hanya mampu tersenyum melihatnya. Hingga tiba-tiba saja alis Siwon berkerut bingung melihat pemuda itu tidak terlihat lagi di pantai, membuatnya berdiri seketika.

 

Siwon berlari menuju pantai dan mencoba meneriakan nama pemuda tersebut. Namun sesuatu seperti menahannya, membuat tenggorokannya kelu. Dan ia baru menyadari bahwa Siwon tidak tahu nama pemuda tersebut. Ia berteriak kesal melihat ke sekeliling pantai yang sepi. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menenggelamkan dirinya menerjang air laut berusaha mencari pemuda tersebut. Namun semua seolah tidak berpihak kepada Siwon karena pusing dan sesak itu kembali datang disaat yang tidak tepat. Memaksanya menelan air laut yang asin dengan pandangan yang mulai kabur hingga kegelapan berhasil merenggut kesadarannya.

 

Siwon membuka matanya cepat dan menatap sekelilinya dengan mata mencari. Nafasnya terputus-putus dan keringat membasahi tubuhnya. Setelah memahami dimana ia berada Siwon mengusap wajahnya dan memijat kepalanya yang berdenyut. Ia menarik nafas  dan menghembuskannya pelan untuk menormalkan pasokan udara ke paru-parunya.

 

Setelah berhasil menenangkan dirinya Siwon beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia membasuh wajahnya di westafel dan menatap dalam refleksi dirinya yang terlihat kacau di cermin.

 

Pemuda itu kembali memasuki pikirannya. Siwon mencoba mengingat wajahnya yang ia yakin sangat jelas di dalam mimpinya itu. Namun tidak berhasil. Siwon hanya mampu mengingat senyuman manisnya. Dan Siwon menyadari sesuatu bahwa hubungannya dengan pemuda tersebut lebih dalam dari yang ia kira selama ini. Terlihat intim bagai sepasang kekasih. Mungkinkah dirinya gay dan pemuda itu kekasihnya. Karena seperti yang Siwon katakan bahwa kehidupan dirinya sebelumnya hilang tanpa bekas. Tidak ada jejak sedikitpun mengenai dirinya yang terlupakan itu.

 

Jantung Siwon berdetak kencang saat pikirannya kembali mengatakan bahwa mungkin saja pemuda itu adalah kekasihnya. Jika benar maka di mana dia saat ini. Mengapa Siwon bisa melupakannya. Jika pemuda itu kekasihnya bukankah seharusnya dia berada di sisi Siwon saat ini. Apakah Siwon telah menyakiti perasaan pemuda itu karena melupakannya hingga dia meninggalkannya dan kini selalu muncul dalam pikirannya. Entahlah. Siwon merasa ada sesuatu yang membuat pemuda itu kini tidak berada disisinya.

 

Siwon menundukan wajahnya merasa semakin pusing dengan berbagai pertanyaan yang kini memenuhi pikirannya. Hingga membuatnya lepas kendali dan melayangkan tinju kanannya pada bayangan wajahnya sendiri. Menimbulkan bunyi retak pada kaca dengan noda darah segar yang mengalir dari kulit jari Siwon yang terkoyak.

 

"Siwon-ah!"

 

Nyonya Choi berteriak histeris saat berhasil menerobos masuk. Awalnya ia ingin membangunkan putranya untuk makan malam. Karena tidak ada balasan ia masuk dan melihat ranjang yang kosong dengan selimut yang masih berantakan. Nyonya Choi beranggapan bahwa Siwon sudah bangun dan sedang di kamar mandi. Ia hampir saja tidak mengetahui jika saat ini Siwon sedang melukai dirinya sendiri jika ia tidak mendengar suara pukulan yang keras dari kamar mandi.

 

"Apa yang sebenarnya terjadi?"

 

Nyonya Choi menarik tangan kanan Siwon dan tubuh putranya yang menurut untuk duduk di ranjang. Sedangkan ia mengambil kotak obat yang tersimpan di nakas. Membersihkan luka tersebut dengan antiseptik dan membalut luka tersebut dengan perban.

 

Siwon sama sekali tidak meringis sakit. Rasa sakit di hatinya dan juga semua pertanyaan yang bersarang dalam otaknya jauh lebih mendominasi hingga mampu menutupi rasa lain di tubunya.

 

"Apapun yang kini sedang terjadi padamu, umma mohon Siwonnie jangan melukai diri sendiri. Umma tidak sanggup melihatnya." Nyonya Choi menempelkan plester terakhir kemudian meletakan kotak obat tersebut kembali ke tempatnya. "Turunlah, makan malam sudah siap."

 

Siwon tidak menjawab. Nyonya Choi hanya menghela nafas dan beranjak meninggalkan Siwon. Jika putranya tidak turun maka ia akan membawakan makan malam ke kamarnya. Ia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada putranya.

.

.

.

"Anda baik-baik saja sajangnim?" Asissten Siwon bertanya saat melihat atasannya menandatangani dokumen yang ia serahkan dengan tangan kanan berbalut perban.

 

"Aku baik-baik saja Hyukjae-ah." Siwon tersenyum kecil dan menyerahkan dokumen tersebut kembali pada Hyukjae.

 

Hyukjae mengangguk dan bersiap meninggalkan ruangan Siwon jika atasannya itu tidak kembali mengeluarkan suaranya.

 

"Hyuk!"

"Ne?" Hyukjae menjawab dengan suara sedikit terkejut. Pasalnya jika atasannya memanggilnya seperti itu maka ada yang diinginkan pria tersebut.

 

"Apakah sebelumnya kau mengenalku? Maksudku sebelum kecelakaan tersebut."

 

Siwon tahu bahwa ia bertemu Hyukjae sekitar tiga tahun lalu. Dan pria dengan gummy smile itu adalah asissten pertamanya setelah memegang kendali penuh terhadap Hyundai Group. Namun mungkin saja Hyukjae tahu mengingat sebelumnya ia sudah bekerja dengan ayahnya.

 

Hyukjae membenarkan letak kaca matanya dan berdehem pelan. Ia memandang wajah atasannya penuh arti. Mungkin ini waktu yang tepat untuk berbicara.

 

"Aku memang sudah mengenal anda sejak sebelum kecelakaan."

 

Siwon menegakan tubuhnya dan meminta Hyukjae duduk agar bisa bercerita dengan santai dan pria itu menurutinya. Ia meletakan dokumen yang ia pegang ke atas meja, lalu kembali memandang Siwon.

 

"Walau itu hanya sebatas bahwa anda putra dari tuan Choi. Namun saat anda sadar dan melupakan kejadian sebelum anda kecelakaan tuan Choi menyuruh seseorang untuk melakukan sesuatu."

 

"Saya tidak dapat mengetahuinya secara detail. Hanya saja tuan Choi meminta seseorang untuk menghilangkan semua data tentang orang tersebut. Hilangkan sampai tidak meninggalkan jejak. Kira-kira seperti itulah."

 

Siwon memijat kepalanya yang kembali didera pusing berlebih. Ia sudah menebak bahwa ada ulah ayahnya dibalik ini semua. Ia yakin jejak pemuda dalam mimpinyalah yang Hyukjae maksud. Karena hanya pemuda itu yang Siwon tidak ingat keberadaanya.

 

"Dan ada satu hal lagi sajangnim." Hyukjae kembali membuka suaranya membuat Siwon kembali menatapnya. "Saat kecelakaan..."

 

Hyukjae menghentikan ucapannya dan menunjuk ke arah wajah atasannya. Siwon yang menyadarinya menyentuh hidungnya yang terasa basah yang disebabkan oleh darah.

 

"Kita ke rumah sakit sajangnim." Ucap Hyukjae cepat.

"Aku baik-baik saja Hyuk... aaaa...." Siwon tidak dapat meneruskan ucapannya karena pusing dan sesak di dadanya.

 

Dengan sigap Hyukjae menghubungi supir untuk bersiap dan segera membawa tubuh Siwon yang kini tidak sadarkan diri ke rumah sakit.

 

-WonKyu-

 

"Hyung~~~"

 

Siwon menangkup wajah pemuda dalam pangkuannya dengan kedua tangannya. Mengelus pipi chubby dengan kulit putih pucatnya.

 

"Ne."

"Siapa namaku?"

Alis Siwon bertaut bingung. Ia masih mengusap wajah pemuda tersebut."Kenapa bertanya seperti itu?"

 

"Jawab saja siapa namaku dan apa kau mencintaiku?"

 

Siwon tertawa dan mencubit gemas hidung pemuda tersebut. "Arasso. Namamu ...... Dan aku sangat mencintaimu."

 

Pemuda itu tersenyum manis dan mengecup bibir Siwon cepat. "Bagus. Kau harus mengingatnya. Aku akan sangat marah jika kau melupakannya."

 

"Arasso. Aku berjanji. Kau selamanya akan tersimpan di hatiku."

 

-WonKyu-

 

"Jangan memaksakan diri. Lihatlah akibatnya. Kau ingin membuat ibumu sedih hem?"

 

Siwon hanya menatap malas Nara yang lebih cerewet dari ibunya. Namun ia juga tidak menyalahkan gadis itu karena ia adalah seorang dokter dan tahu apa yang sedang ia rasakan. Saat ini ia hanya ingin fokus dengan potongan lain ingatannya yang kembali muncul.

 

"Aku bersungguh-sungguh Siwon. Kau tidak bisa memaksa otakmu mengingat semuanya hanya dalam waktu singkat. Semuanya butuh waktu."

 

"Arasso. Tapi bagaimana jika ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi? Oleh karena itu ia terus mendesakku mengingatnya."

 

Nara memandang Siwon dengan wajah bingung.

 

"Kau tahu maksudku Nara? Kau tahu tentang seorang pemuda yang pernah hadir dalam hidupku. Yang aku lupakan karena suatu hal. Dan aku yakin kau mengenalnya."

 

Melihat wajah Nara yang memucat dan terdiam tanpa membantah membuat Siwon membenarkan semua ucapannya.

 

"Tenang saja. Tanpa bantuanmu aku akan mencarinya sendiri." Siwon mencabut paksa selang infus di pergelangan tangannya membuat Nara tersadar.

 

"Siwon kau harus istirahat."

"Annie. Ada sesuatu yang harus aku lakukan." Siwon bergegas turun dari ranjang dan mengambil jas dan ponselnya. Saat ia akan pergi Nara menahan lengan.

 

"Siwon-ah. Tidak cukupkah hanya aku?"

 

Siwon berbalik dan menatap Nara yang memandangnya dengan tatapan berbeda. Tidak seperti biasanya, atau Siwon memang baru menyadarinya.

 

"Tidak bisakah kau benar-benar melupakannya dan mulai melihatku sebagai seorang gadis?"

 

Siwon tersenyum lembut dan melepaskan tangan Nara dari lengannya. Bagaimanapun ia tidak ingin menyakiti sahabat yang selama ini menemaninya.

 

"Maafkan aku Nara-ah. Kau tau dengan jelas di mana hatiku berada saat ini, jadi bagaimana bisa aku memberikannya padamu sedangkan aku sendiri tidak tahu di mana dan kemana pemiliknya membawanya."

 

Siwon tersenyum dan memeluk Nara untuk mengucapkan terima kasihnya. "Maafkan aku."

 

Setelah itu Siwon segera berlalu melewati Hyukjae yang hanya mampu menatapnya bingung tanpa bisa mencegah.

.

.

.

"Rumah itu tidak dijual, appamu hanya mengosongkannya saja. Maafkan umma siwon."

 

Siwon mengingat jelas ucapan dan rasa bersalah ibunya kemarin saat ia bertanya bagaimana keadaan rumah lamanya. Ia yakin bahwa ia meninggalkan sesuatu di rumah tersebut dan Siwon akan menemukannya.

 

Jika mimpinya sebelumnya benar maka Siwon yakin jika pemuda itu memang kekasihnya dan ia melupakan janjinya sendiri. Wajar jika saat ini pemuda itu mungkin saja sedang marah kepadanya dan menyiksanya seperti ini.

 

Siwon memijat kepalanya pelan saat pusing itu kembali. Dan bayang seorang pemuda di tengah ilalang dengan wajah sendu penuh kesedihan kembali menghiasi pikirannya. Demi keselamatannya Siwon akhirnya meminggirkan mobilnya di dekat sebuah taman. Ia sudah hampir sampai jadi tidak masalah untuk berhenti sejenak.

 

Siwon melangkahkan kakinya menuju sebuah bangku menghadap sebuah rumah kaca tempat pemeliharan bunga dan matanya tertarik pada salah satu dinding kaca yang di penuhi dengan berbagai kertas. Mengikuti kata hatinya, kaki Siwon melangkah mendekati dinding tersebut. Semakin jelas terlihat bahwa dinding itu penuh kertas bertuliskan pesan cinta. Ada yang tulisannya mulai memudar dan ada yang baru saja di tempelkan. Ia hanya bisa tersenyum melihatnya.

 

Saat hendak berbalik seseorang menabraknya dan membuat Siwon jatuh terduduk. Ia berniat memarahi orang tersebut karena sama sekali tidak berniat membantunya berdiri dan meminta maaf. Namun lidah dan mulutnya langsung terkunci rapat saat Siwon menyadari siapa orang yang telah menabraknya.

 

Pemuda itu.

 

Ada apa sebenarnya?

 

"Aku tidak peduli Hyung! Hari ini kau harus datang ke taman, ke rumah kaca."

"......"

"Aku tidak peduli dengan dokumen-dokumen itu. Kau ini mahasiswa atau direktur sih?"

"......"

"Aku akan tetap menunggumu siwon-ssi. Silahkan pilih dokumenmu atau aku."

 

Siwon tertawa melihat pemuda itu mempoutkan bibirnya dan berguman tidak jelas saat mengakhiri pembicaraan dengan orang yang ia panggil Siwon. Dengan kata lain dirinya sendiri. Apa kali ini ia sedang Dejavu? Entahlah Siwon hanya ingin menikmatinya.

 

"Ini di sini, lalu yang ini di sini. Ja seperti ini."

 

Pemuda itu berguman sambil menempelkan kertas berpola yang ia bawa di dalam tasnya. Menyatukannya menjadi sebuah gambar utuh berbentuk hati yang besar dan di tengahnya berisi banyak fotonya dengan kekasihnya Choi Siwon.

 

"Jadi ini yang ingin kau tunjukan? Manis sekali."

 

Pemuda itu berbalik dan tersenyum manis melihat seorang pria dengan lesung pipi yang dalam tengah menatapnya di pinggir jalan.

 

"Ne. Ini untukmu hyung." Pemuda manis itu merentangkan tangannya mempersembahkan hasil karya yang ia buat dengan sepenuh hatinya. "Aku mencintaimu." Lanjutnya.

 

"Aku lebih mencintaimu." Balas Siwon dan ia juga merentangkan tangannya bersiap menerima tubuh pemuda manis yang sudah berlari ke dalam pelukannya.

 

"Jangan pernah tinggalkan aku hyung."

"Never."

"Aku akan hancur jika kau melakukannya."

 

Siwon mematung memandang dua sosok yang tengah saling memandang satu sama lain dengan penuh cinta. Sesak menyerbu dadanya dan tanpa sadar air mata mengalir di sudut wajahnya. Rasa bersalah dan juga rindu yang dalam tiba-tiba saja menyusup ke dalam hatinya walau ia belum bisa mengingat siapa pemuda tersebut.

 

"Tuan anda baik-baik saja?"

 

Siwon mengerjap dan menghapus air mata di wajahnya saat seorang wanita paruh baya menegurnya. Ia hanya tersenyum dan menundukan kepalanya sekilas sebagai balasan sebelum berlalu menuju mobilnya. Siwon harus segera menemukan fakta lain tentang pemuda tersebut.

 

-WonKyu-

 

Siwon segera berlari ke lantai dua menuju kamarnya saat ia tiba di rumah lamanya. Benar kata ibunya rumah itu memang kosong namun tetap terawat dengan baik. Terlihat bersih dan siap di tempati kapan saja.

 

Dengan dua langkah sekaligus Siwon menaiki tangga membuatnya kini sudah berada di depan sebuah kamar yang Siwon kenali sebagai kamarnya sejak ia kecil sampai kecelakaan itu terjadi.

 

Perlahan ia membuka pintu dan menatap sekeliling kamar tanpa berniat mengingat segala kenangan yang ada di dalamnya. Ia membuka beberapa laci meja dan nakas serta lemarinya, namun semuanya kosong. Ayahnya pasti sudah membersihkan semuanya.

 

Siwon mendudukan dirinya di ranjang. Ia mengusap wajahnya dan mencoba menenangkan dirinya. Tidak adakah tempat yang biasa ia gunakan untuk menyimpan sesuatu. Yang benar-benar tidak terpikir oleh orang lain. Siwon menjambak rambutnya frustasi saat ia tidak menemukan satu petunjuk pun.

 

"Tuan muda? Tuan muda Siwon?"

 

Siwon menoleh dan menatap wanita tua yang ia kenali sebagai pengurus rumah dan pengasuhnya sejak kecil. Wanita tua itu tersenyum penuh haru dan berjalan ke arah Siwon dengan mata berkaca-kaca.

 

"Ne, Hwang adjumma." Siwon tersenyum manis lalu berdiri memeluk wanita itu.

"Sudah lama tidak bertemu, terakhir aku melihatmu saat kau mengatakan akan pergi dengan tuan muda Kyuhyun. Lalu ku dengar kau,,,,"

 

Siwon tidak lagi mendengarkan ucapan bibi Hwang. Ia hanya tertarik dengan satu nama yang muncul dalam ucapan wanita itu.

 

"Tunggu sebentar adjumma. Tadi kau bilang Kyuhyun? Siapa dia?" Siwon berharap bibi Hwang dapat menjadi jalan agar ia dapat menemukan pemuda itu.

 

"Ah, benar kau tidak mengingatkannya." Raut sedih tergurat dalam wajah bibi Hwang. "Ikutlah dengan ku. Sudah seharusnya kau mengambilnya kembali."

 

Bibi Hwang berjalan keluar dan meminta Siwon mengikutinya. Mereka berdua turun kembali ke lantai satu dan berbelok ke arah yang Siwon ketahui sebagai kamar pembantu.

 

Bibi Hwang terlihat mengambil sesuatu dari balik lemari pakaiannya dan kembali dengan sebuah kotak seukuran tempat tissue di tangannya dan memberikannya kepada Siwon.

 

"Ambilah. Semoga ini dapat membantumu."

 

-WonKyu-

 

Siwon mengusap selembar foto lama seorang siswa SMA. Senyumnya yang manis dengan pipi chubby dan mata bulatnya sangat Siwon kenali, mengingatkannya dengan pemilik wajah pemuda yang selama ini hadir dalam pikirannya.

 

Cho Kyuhyun.

 

Nama pemuda itu Cho Kyuhyun. Kekasihnya.

 

Siwon memukul pelan dadanya berulang kali dengan menggigit bibir bawahnya, berharap dapat menghilangkan sesak di dadanya. Ia belum mengingat memorinya tentang Kyuhyun seutuhnya, namun rasanya sangat menyakitkan menemukan fakta bahwa kau melupakan seseorang yang sudah menjadi kekasihmu selama hampir lebih lima tahun. Siwon membenci dirinya. Mengapa ia bisa melupakan Kyuhyun.

 

Jika di lihat dari surat-surat yang ia tulis sejak awal masuk kuliah untuk Kyuhyun yang saat itu baru kelas 2 SMA dan juga beberapa foto pesan pertama balasan dari Kyuhyun dapat disimpulkan bahwa Choi Siwon sangat mencintai Cho Kyuhyun. Tapi mengapa ia bisa melupakannya. Mengapa Siwon melanggar janjinya. Mengapa ia meninggalkan Kyuhyun.

 

Siwon menjatuhkan kepalanya pada kemudi mobilnya saat serangan pusing menusuk kepalanya. Dan bayangan Kyuhyun kembali hadir dan kali ini jauh menyakiti Siwon. Pemuda itu kini menatapnya dengan mata berkaca-kaca penuh kesedihan walau di sudut bibirnya terdapat senyum kecil, membuat Siwon beberapa kali memukul dashboard mobil dengan tangannya.

 

Satu hal lagi yang membuat Siwon bingung. Ucapan bibi Hwang yang mengatakan bahwa ia sedang bersama Kyuhyun sesaat sebelum kejadian kecelakaan tersebut.

 

"Saya ingat, tuan muda mengatakan akan pergi dengan tuan muda Kyuhyun. Dan tiga hari kemudian saya mendengar bahwa tuan kecelakaan. Sejak saat itu saya tidak pernah lagi melihat tuan muda atau tuan muda Kyuhyun karena tuan dan nyonya besar memutuskan pindah."

 

Mungkinkah saat kecelakaan terjadi ia sedang bersama Kyuhyun? Lalu di mana Kyuhyun? Apa pemuda itu baik-baik saja? Atau.... Siwon menggelengkan kepalanya menolak kemungkinan lain yang melintasi dalam pikirannya. Hanya satu yang harus ia lakukan, menemukan Kyuhyun. Siwon akan mencarinya sampai pada kemungkinan yang sangat ia hindari dan berharap bukan hal itu yang ia temukan.

 

Mencoba fokus dengan tujuannya saat ini yaitu menemukan Kyuhyun, Siwon meletakan kotak tersebut di kursi penumpang dan menjalankan mobilnya menembus jalan yang mulai gelap. Hal yang tidak seharusnya ia lakukan karena saat itu Siwon justru selalu memijat kepalanya. Bayangan Kyuhyun kembali muncul bahkan kini dalam berbagai frase.

 

"Hyung. Siwon hyung. Aku mencintaimu hingga sampai titik terendah dalam hidupku. Ijinkan aku menjadi kekuatanmu. Aku akan selalu berada di sisimu."

"Siwonnie kau sangat mencintaiku. Ku larang kau untuk meninggalkanku."

"Siwonnie...."

"Hyung...."

 

Siwon memijat pelipisnya saat bayangan Kyuhyun semakin bermain dalam pikirannya bagaikan sebuah film yang di percepat, hanya menampilkan beberapa scene saja. Jantungnya semakin berdebar dengan cepat dan pasokan oksigen mulai mendesak paru-parunya untuk bergerak lebih cepat.

 

"Kyuhyun-ah...."

"Heemmm...."

"Aku mencintaimu. Jangan pernah berniat meninggalkanku."

"Aku yang harusnya berkata seperti itu."

"Kenapa?"

"Kau kaya, tampan dan pintar. Pasti banyak gadis yang mengincarmu. Jadi jaga hatimu agar tidak tergoda."

"Kau pemilik ku sayang. Aku tidak akan kemana-kemana selama kau menggenggamku erat dalam hatimu."

 

Siwon menatap jalan di depannya dengan air mata yang mulai mengalir di sudut matanya. Dan tiba-tiba saja bayangan Kyuhyun di padang ilalangan kembali muncul. Pemuda itu tersenyum manis kepada Siwon dan mengulurkan tangan kanannya, meminta Siwon menggapainya.

 

Perlahan Siwon menggerakan kakinya, semakin cepat saat ia menyadari kali ini Kyuhyun tidak bergerak menjauh, ia tetap di tempatnya menunggu Siwon dengan senyuman yang Siwon rindukan. Tanpa sadar Siwon berlari dengan senyum lebar di bibirnya. Ia tidak sabar untuk dapat memeluk tubuh Kyuhyun dan tidak akan melepaskannya lagi.

 

Hingga Siwon menyadari bahwa kini tubuh Kyuhyun di penuhi dengan sinar membuat ia kembali tidak bisa melihat Kyuhyun. Takut akan kehilangan Kyuhyun Siwon mempercepat langkahnya dan seketika tubuhnya terpental dengan keras karena menabrak sesuatu.

 

Siwon memejamkan mata saat merasakan tubuhnya beberapa kali terbentur dan berputar. Suara benda keras yang saling bertubrukan dapat Siwon dengar dengan jelas. Ia juga merasakan kepalanya semakin pusing dan berdenyut. Semakin terasa sakit saat kepalanya kembali membentur sesuatu, membuat dunianya bisu seketika dan ia merasakan kembali tubuhnya terlempar kali ini lebih keras. Berguling beberapa kali dengan tubuh yang terasa tekoyak hingga akhirnya berhenti dengan posisi berbaring.

 

Perlahan Siwon membuka matanya dengan memandang gelapnya malam yang tidak bertabur bintang sama sekali. Darah segar mengucur di balik kepala dan juga dahinya. Pakaiannya sobek di bagian kaki dan tangannya, menimbulkan memar yang membiru dan beberapa sayatan yang sepertinya ia dapatkan saat berguling.

 

Siwon menggerakan kepalanya pelan untuk melihat sekelilingnya yang gelap, namun ia masih bisa melihat mobilnya yang sudah terbalik dengan kondisi mengenaskan. Hingga kemudian sebuah ledakan terdengar keras menimbulkan cahaya terang yang berasal dari api yang berkobar. Namun itu tidak bertahan lama karena Siwon kembali merasakan kegelapan menelannya dalam rasa sakit di sekujur tubuhnya walau tidak sesakit hatinya.

.

.

.

Jadilah kekasihku?

 

Kyuhyun mengedipkan matanya memandang pria tampan di hadapannya, tersenyum dengan seikat bunga ditangannya. Sedetik kemudian ia tersadar dan tidak dapat menahan semburat Pink di wajahnya yang memanas. Namun ia berusaha bersikap normal walau jantungnya kini berdetak dengan cepat mendengar pengkuan pria yang belum setahun dikenalnya.

 

Siwon Hyung, aku,,,

Kyuhyun-ah sejak awal kurasa kau sudah tahu bahwa aku mendekatimu karena aku tertarik padamu dan ku pastikan bahwa aku sangat mencintaimu dan menginginkan kau sebagai satu-satunya orang yang ingin aku miliki seutuhnya. Dan aku tahu kau merasakan hal yang sama kepadaku. Jadi aku tidak menerima penolakan."

 

"Mwo?" Kyuhyun mendengus pelan dan tertawa lalu memukul pelan dada Siwon. "Jika kau tidak menerima penolakan, mengapa masih bertanya."

 

"Jadi?"

"Apalagi?"

 

Kyuhyun dengan cepat mengambil bunga di tangan Siwon dan berbalik dengan wajah yang semakin merah menahan malu. Lalu berjalan pelan meninggalkan Siwon yang hanya dapat terawa kecil dengan perasaan yang membuncah sebelum ikut berjalan di belakang Kyuhyun

 

"Cho Kyuhyun."

"Hem...?"

"Baby.."

 

Kyuhyun berhenti berjalan dan membuat Siwon membentur tubuhnya. Pria tersebut berjalan sambil menunduk dengan senyum bahagia di wajahnya hingga tidak sadar bahwa Kyuhyun berbalik. Siwon mengangkat wajah dan menatap Kyuhyun yang memandangnya dengan wajah bingung yang menurut Siwon sangat menggemaskan.

 

"Kau panggil aku apa?"

"Baby.. kau my baby." Siwon tersenyum bodoh sambil menggaruk pelan belakang kepalanya yang tidak gatal.

 

"Tsk. Cheesy." Kyuhyun berbalik dan kembali berjalan namun bibirnya melengkungkan sebuah senyuman manis yang Siwon tidak ketahui. "Dan jangan pernah memberiku bunga lagi. Aku ini pria hyung."

 

Siwon kembali berjalan di belakang Kyuhyun dengan mata memandang kagum pada pemuda di depannya. Ia memasukan kedua tanganya pada saku celana dan tersenyum bahagia.

 

"Kenapa? Bunga itu sangat indah, walau tidak seindah kau. Kau yang terindah di mataku Kyuhyun-ah."

 

Kyuhyun tidak membalas ucapan Siwon. Ia hanya dapat menutup wajahnya yang tidak bisa berhenti tersenyum, walau sebenarnya saat ini ia sangat ingin memukul kepala pria yang baru beberapa menit menjadi kekasihnya. Namun ia tidak memungkiri bahwa sesuatu menghangat dalam hatinya mendengar Siwon mengatakan hal itu. Dan ia yakin Siwon tulus saat mengatakannya.

 

-WonKyu-

 

"Happy 1st annieversarry! Dan selamat atas kelulusannmu baby."

 

Siwon yang saat itu sedang memeluk Kyuhyun erat dari belakang tersenyum bahagia dan mencium helai rambut pemuda tersebut. Begitu juga dengan Kyuhyun yang sejak awal hanya diam, tidak bisa menahan senyum kebahagiaannya. Ia meletakan kedua tangannya di atas kedua tangan Siwon yang melingkari pinggangnya dan menyandarkan tubuhnya pada dada bidang kekasihnya.

 

Semburat pink menghiasi pipinya yang chubby dan sangat membuat Siwon gemas. Saat Siwon datang menjemputnya di sekolah setelan acara kelulusannya, ia pikir mereka hanya akan menghabiskan waktu berdua di apartement Siwon. Ternyata tidak.

 

Siwon membawa Kyuhyun ke Paris. Ya Paris. Kota yang sangat ingin Kyuhyun kunjungi bersama kekasihnya. Kota yang selalu Kyuhyun bayangkan keindahannya dan keromantisannya. Dan tentu saja Siwonlah orang yang ingin Kyuhyun ajak untuk menikmatinya. Kini hal tersebut benar-benar terjadi karena saat ini ia berada dalam pelukan Siwon menikmati keindahan kota Paris dari puncak Menara Eifel.

 

Perlahan Kyuhyun membalikan tubuhnya menghadap Siwon tanpa membuat rangkulan Siwon di tubuhnya terlepas. Ia sangat menyukai saat Siwon meletakan kedua tangannya di pinggangnya. Terasa pas dan membuatnya merasa aman dan terlindungi.

 

"Ku rasa ini berlebihan Hyung. Tapi aku sangat berterima kasih. Aku bahagia." Kyuhyun menatap mata Siwon dengan pandangan intens. Betapa ia mencintai pria tampan di hadapannya ini.

 

"Kebahagiaanmu adalah tujuan hidupku. Berbahagialah, maka aku akan bahagia." Siwon tersenyum menampilkan dua lesung pipi yang membuatnya terlihat semakin tampan.

 

Dengan kedua tangannya yang besar, Siwon menangkup wajah Kyuhyun dan mengelus pipi pemuda itu dengan ibu jarinya. Hal yang sangat ia sukai. Menatap mata Kyuhyun yang selalu memancarkan kebahagiaannya. Dan hal yang membuat Siwon dapat merasakan deru nafas Kyuhyun saat ia mendekatkan wajah mereka. Mengikis jarak hingga sapuan hangat dari kedua bibir mereka terjalin.

 

Siwon mengecup bibir Kyuhyun dengan lembut dan selalu di balas dengan hal yang sama dari pemuda tersebut. Dengan perlahan menjilat dan menghisap bibir atas dan bawah Kyuhyun bergantian mengecap rasa yang selau membuat Siwon ketagihan, hingga pemuda itu meloloskan desahan kecil di bibirnya. Dengan tubuh yang semakin merapat, kedua tangan Kyuhyun melingkar manis di leher Siwon, menekan belakang kepala pria itu agar memperdalam ciumannya. Sementara kedua tangan Siwon kini beralih pada pinggang Kyuhyun. Menekannya agar semakin merapat pada tubuhnya. Ciuman itu terjalin manis dengan sedikit nafsu hasil luapan cinta yang dalam dari keduanya, berakhir dengan sebuah pelukan hangat.

 

-WonKyu-

 

Plak!

 

Satu buah tamparan dari seorang pria paruh baya dilayangkan kepada seorang pemuda tampan yang kini sedang berlutut di depan pria paruh baya itu. Tuan Choi menatap marah pada putra satu-satunya yang selalu ia banggakan.

 

Kedua tangan siwon yang terkepal ia letakan di atas kedua pahanya. Matanya memancarkan keteguhan yang sama sekali tidak tergoyahkan oleh rasa panas di pipi kanannya yang memerah.

 

"Apa yang kau lihat dari pemuda itu Siwon-ah. Bagaimana bisa kau mengatakan bahwa kau mencintainya dan ingin menikahinya. Sadarlah Choi Siwon, kau ini penerus Hyundai Group. Bagaiamana bisa kau melakukan ini kepada appa."

 

Tuan Choi memandang Siwon putranya dengan nafas tersenggal. Ia pikir hubungan putranya dengan seorang pemuda bernama Kyuhyun hanya sebuah permainan karena jiwa muda seorang Choi Siwon. Namun betapa terkejutnya ia saat Siwon mengatakan bahwa ia serius dengan Kyuhyun dan akan menikahi pemuda itu.

 

"Aku akan melakukan apapun yang appa minta, tapi biarkan Kyuhyun bersamaku. Hanya dia yang aku inginkan. Selama ini bukankah aku tidak pernah membantah apapun yang kalian inginkan terhadap hidupku? Jadi kali ini ku mohon ijinkan aku melakukan apa yang ku inginkan. Dia adalah hidupku."

 

Siwon menatap mata ayahnya dengan segala keyakian yang ia miliki. Ia tidak akan pernah melepaskan Kyuhyun. Hidupnya sudah terlalu tergantung dengan pemuda tersebut. Hanya Kyuhyunlah yang membuat Siwon bertahan dengan semua didikan keras ayahnya tentang perusahaan.

 

"Ku mohon appa. Kali ini lihatlah aku sebagai putramu, bukan seorang penerus perusahaan. Dan anakmu menginginkan Kyuhyun untuk kebahagiaannya."

 

Tuan Choi mendengus kasar dan menatap marah pada Siwon. Ia tahu walau selama ini Siwon bukan anak yang pembangkang namun putranya itu keras kepala sama sepertinya. Namun tetap saja ia tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Tidak jika orang itu Cho Kyuhyun, pemuda biasa yang bahkan tidak memiliki apa-apa. Walaupun ia memiliki segalanya tuan Choi tetap tidak akan membiarkan anaknya berada di jalan yang salah.

 

"Untuk hari ini cukup. Pikirkan apa yang selama ini appa katakan pada mu Siwon. Baru kita akan bicara lagi."

 

Setelah mengatakan hal itu tuan Choi meninggalkan putranya yang masih terdiam di posisinya. Untuk beberapa saat Siwon hanya mampu terdiam, mengingat semua kenangannya bersama Kyuhyun. Hingga perlahan ia berdiri dan keluar dari rumah itu.

 

Siwon terduduk di sebuah bangku taman. Matanya memandang lurus ke depan dan tidak menghiraukan sekitarnya. Saat ini ia sangat ingin bertemu Kyuhyun dan memeluk pemuda itu agar mendapat ketenangan. Namun ia tidak ingin Kyuhyun khawatir dengan keadaanya saat ini.

 

Untuk beberapa jam Siwon masih berada di posisi yang sama. Taman yang awalnya ramai mulai sepi karena matahari mulai kembali ke peraduannya dan malam bersiap mengambil alih dengan kegelapannya. Hingga manik matanya menyadari bahwa ada badut berbentuk Micky Mouse yang sejak tadi melambaikan tangan ke arahnya.

 

Siwon menoleh ke belakang namun tidak ada siapapun di sana. Hingga ia kembali menatap badut itu yang kini sedang berputar dan menari-nari hingga jatuh karena tersandung dengan sepatu besarnya sendiri. Siwon tertawa namun segera menghentikannya menyadari bahwa ia sedang menertawakan orang yang sedang kesusahan.

 

Badut itu kembali berdiri setelah membersihkan pakaiannya yang kotor. Membuat Siwon yang bersiap menolongnya mengmenghentikan langkah saat ia melihat badut itu berjalan mendekat kepadanya. Perlahan badut itu melepaskan kedua sarung tangannya, lalu penutup kepalanya hingga Siwon dapat melihat wajah asli seseorang yang membuatnya tersenyum hari ini. Kekasihnya.

 

Kyuhyun berdiri dengan senyum manisnya menatap Siwon di hadapannya. Melihat mata pemuda itu yang seakan mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja membuat Siwon akhirnya kembali menyunggingkan senyum dan membuatnya terlihat semakin tampan di mata Kyuhyun. Hanya ini yang dapat Kyuhyun lakukan untuk kekasihnya. Sebuah penghiburan kecil.

 

-WonKyu-

 

"Katakan apa yang terjadi hyung?"

 

Siwon yang sedang memasukan beberapa pakaian Kyuhyun ke dalam sebuah tas memandang kekasihnya yang terduduk di ranjang dengan mata yang masih setengah terpejam. Ia lalu menghampiri Kyuhyun dan menangkup wajah pemuda itu dengan kedua tangannya. Membuat mata Kyuhyun sepenuhnya terbuka dan memandang mata hitam sekelam malam Siwon yang tersirat kekhawatiran.

 

"Mianhae, aku mengganggu tidurmu. Tapi kita harus segera pergi."

"Kenapa? Kau tidak sedang mengajakku kabur kan Choi Siwon?"

 

Siwon menghela nafas dan menurunkan kedua tangannya ke pundak kekasihnya. Lalu memberikan sebuah kecupan kecil di bibir Kyuhyun.

 

"Kau tidak suka?"

"Annie. Apakah hanya itu yang bisa kau lakukan?"

 

Siwon menunduk dan mengambil kedua tangan Kyuhyun dan menciumi setiap ruas jari pemuda tersebut. Ia tahu Kyuhyun tidak akan suka dengan rencananya. Menghindar bukan jalan terbaik dalam memecahkan masalah. Hanya saja saat ini ia begitu takut kehilangan Kyuhyun.

 

"Katakannlah."

"Appa akan mengirimku ke New York untuk meneruskan pendidikan dan menjalankan cabang baru Hyundai Group. Dan dia meminta pihak kampus memberikanmu beasiswa ke London."

 

Kyuhyun tertawa kecil. "Appa mu benar-benar ingin memisahkan kita. Mianhae Hyung. Jika saja aku bisa melepasmu maka kau tidak akan mengalami hal seperti ini. Aku membebanimu."

 

Siwon menggeleng dan membawa tubuh Kyuhyun ke dalam pelukannya. Dan satu isakan kecil lolos dari bibir Kyuhyun membuat hati Siwon terasa perih.

 

"Annie. Aku tidak pernah berniat melepasmu sedikitpun. Bukankah itu janjiku."

"Apa akan baik-baik saja jika kita pergi seperti ini?"

"Annie."

 

Siwon membiarkan air mata lolos dari sudit matanya. Mengapa jalannya bersama Kyuhyun begitu sulit. Apakah benar rasa yang mereka miliki satu sama lain salah. Jika ya, maka ia tidak ingin berada pada kebenaran itu. Jika itu salah mengapa rasa itu semakin besar dan membuat mereka terikat begitu dalam. Tidak bisakah mereka menanggung kesalahan ini bersama.

 

"Appa pasti akan dengan mudah menemukan kita. Tapi setidaknya aku ingin bersamamu sebisa dan sebanyak yang dapat aku lakukan. Jadi maukah kau pergi bersamaku? Dan mungkin saja hal ini dapat merubah pikiran appa."

 

"Tapi mengapa harus malam? Kau menganggu tidurku Wonnie."

 

Siwon tertawa pelan mendengar rengekan manja kekasihnya dan kembali memberikan sebuah kecupan manis di bibir Kyuhyun. Sebelum kemudian kembali membereskan barang-barang Kyuhyun hingga akhirnya mereka kini berada dalam sebuah mobil, memulai perjalanan mereka.

 

Hari ini kita akan kemana  Hyung ?

 

Kyuhyun bertanya dengan wajah bingungnya. Ini masih pagi namun kekasihnya sudah membangunkannya untuk melanjutkan perjalanan mereka. Padahal semalam ia baru tidur jam tiga pagi karena Siwon membuat Kyuhyun terjaga dengan kegiatan yang sangat melelahkan namun sangat ia sukai. Memikirkannya membuat pipi Kyuhyun memanas.

 

Maafkan Hyung, kau bisa lanjutkan tidurmu. Kita akan ke rumah kita.

Maksudmu?

 

Siwon hanya tersenyum sebagai jawaban. Ia baru saja di hubungi oleh sahabatnya bahwa mereka telah menemukan sebuah rumah di sebuah desa di luar Seoul. Siwon memang meminta bantuan mereka untuk mencari sebuah rumah. Dan rumah tersebut ia beli dengan uang hasil ia bekerja di perusahaan ayahnya. Begitu juga dengan mobil yang membawa mereka saat ini. Ayahnya sama sekali tidak mengetahui perihal mobil tersebut karena Siwon membelinya atas nama Kyuhyun dan menitipkan mobil tersebut di rumah sahabatnya.

 

Perjelanan mereka terus berlanjut. Meski jauh namun Siwon sama sekali tidak merasa lelah. Celotehan Kyuhyun dan senyum bahagia pemuda itu menjadi penghibur bagi dirinya. Terkadang Kyuhyun akan melantunkan sebuah lagu, mengambil gambar mereka dengan ponselnya atau sekedar memandangi wajah Siwon. Semua yang pemuda itu lakukan tidak lepas dari perhatian Siwon dan ia sangat menikmatinya. Apapun yang dilakukan pemuda itu akan Siwon rekam dalam setiap jejak ingatannya. Karena semua itu kekuatannya.

 

Apa Hyung lelah?

 

Kyuhyun bertanya saat menyadari mereka sudah berjalan hampir setengah hari dan ia khawatir dengan Siwon karena ia juga tahu mereka sama-sama baru terlelap jam tiga pagi. Dan Kyuhyun tidak sempat menyiapkan apapun untuk sarapan.

 

Annie. Kau lelah? Siwon menatap Kyuhyun sejenak dan memandang pemuda itu khawatir.

 

Kyuhyun menggeleng dan membalas senyuman Siwon dengan senyum manis di bibirnya. Annie. Aku hanya duduk saja bagaiman bisa lelah. Maaf aku tidak melakukan apapun.

 

Kyuhyun tertunduk dengan perasaan bersalah karena merasa tidak berguna. Ia memainkan kukunya dan memutar sebuah cincin yang melingkar di jari manisnya. Cincin pemberian Siwon.

 

Kau berada di sampingku sudah sangat membuatku bahagia sayang. Kyuhyun menoleh dan menatap Siwon yang tersenyum lembut kepadanya. Maaf membuatmu seperti ini. Jika bukan denganku kau pasti akan lebih bahagia.

 

Annie. Sela Kyuhyun cepat. Ia memutar tubuhnya menghadap Siwon dan menggenggam tangan kanannya yang bebas lalu mengecupnya. Tidak ada yang lain selain kau Choi Siwon, bahkan jika kita berpisah maka biarkan aku yang pergi lebih dahulu. Karena aku sungguh tidak sanggup melihatmu meninggalkanku."

 

Senyum terkembang di wajah Siwon namun dalam hati ia menyanggah perkataan Kyuhyun. Bagaimanapun ia juga tidak bisa melihat Kyuhyun pergi meninggalkannya. Jika sampai hal itu terjadi Siwon berharap mereka bisa meninggalkan dunia yang tidak bisa menerima mereka bersama-sama. Itu lebih baik. Egois. Memang.

 

Siwon kembali memfokuskan konsentrasinya pada jalan yang mulai berbelok-belok karena mereka mulai memasuki daerah pegunungan. Meskipun tidak banyak kendaraan yang melintas namun tetap saja mereka harus berhati-hati.

 

Dan benar saja, tiba-tiba di depan mereka melaju sebuah truk besar dengan kecepatan penuh. Kyuhyun yang menyadarinya segera mengeratkan pegangannya seraya berdoa untuk keselamatan mereka berdua.

 

Dengan cepat Siwon membanting stir ke kanan namun mebuatnya berhadapan dengan mobil lain dan kembali membanting stir ke kiri. Sayang usahanya itu lepas kendali saat mobilnya terus melaju ke arah kiri dan akhirnya menabrak pembatas jalan menimbulkan suara yang sangat keras. Teriakan Kyuhyun mebuat Siwon tersadar dan menoleh menatap pemuda yang kini sangat ketakutan. Siwon ingin merengkuh tubuh itu namun terhenti karena tubuhnya tidak dapat bergerak. Ia sudah tidak tahu apa yang terjadi.

 

Mobil yang di kendarai Siwon terus terperosok ke jurang dan berguling menabrak apa saja di depannya. Saat sampai di dasar mobil itu terbalik dan menimbulkan bunyi keras dari pintu sebelah kiri yang terlepas. Saat mobil kembali berguling tubuh Siwon terlempar keluar dan membuatnya berguling dan tergeletak dengan pakaian yang sobek, dahi yang memar dan berdarah. Sementara mobil tersebut berhenti dengan posisi terbalik di dekat Siwon. Asap mengepul dari bagian depan mobil.

 

Sejenak waktu terasa berhenti menciptakan suasana suram yang mencekam walau keadaan masih terang. Siwon mengerjapkan matanya perlahan kala kesadarannya kembali. Ia menoleh ke arah mobil dan nafasnya seketika terasa di tarik seketika saat melihat Kyuhyun masih berada dalam mobil tersebut dengan mata terpejam. Darah mengalir dari sudut mulut Kyuhyun melewati pelipisnya. Posisi mobil yang terbalik membuat kepala Kyuhyun berada di bawah.

 

Siwon ingin sekali berlari dan memeluk Kyuhyun. Ia tidak sanggup melihat Kyuhyun menderita seperti itu, biarlah ia yang menanggung semua rasa sakit itu asal bukan Kyuhyun. Namun Siwon hanya dapat menjulurkan tangan kanannya berusaha menggapai sesuatu tapi hanya udara kosong yang ia dapat. Sedangkan tubuhnya terasa mati. Ia hanya bisa menyalahkan dirinya. Kyuhyun tidak akan seperti ini jika Siwon tidak membawanya pergi. Kekasihnya akan baik-baik saja jika ia berusaha lebih keras.

 

Apakah semuanya akan berakhir seperti ini. Jika benar maka Siwon berharap keinginannya terwujud. Ia tidak ingin menyakiti Kyuhyun lebih dalam bahkan ia rela menukar seluruh hidupnya untuk kebahagaian Kyuhyun. Ia hanya ingin Kyuhyun bahagia.

 

Air mata mengalir deras dari sudut mata Siwon. Tidak ada isakan karena ia terlalu sedih hingga tidak bisa mengeluarkan suara sedikitpun. Ia bahkan tidak merasakan sakit di kepalanya yang terbentur cukup keras dengan darah yang masih mengalir. Sesak di dadanya sungguh membuatnya menderita membuatnya lelah, sangat lelah. Membuatnya mengantuk dan berharap ini semua hanya sebuah mimpi. Mimpi terburuknya.

 

-WonKyu-

 

"Wonnie. Bangunlah."

 

Nyonya Choi menggenggam tangan kanan Siwon dan menciumnya. Air mata mengalir di pipinya yang pucat karena mengkhawatirkan putranya. Sejak di larikan kerumah sakit kemarin malam hingga saat ini, tepatnya sudah tiga hari putranya belum sadarkan diri. Dokter mengatakan tidak ada luka serius yang di alami Siwon. Hanya saja hal seperti ini sering sekali terjadi karena shock atau memang sang pasien yang belum siap untuk menerimanya.

 

“Maafkan Umma.

 

Andai saja sebagai ibu ia bisa membantu putranya saat itu, mungkin hidup Siwon tidak akan seperti ini. Nyonya Choi menyesali sikapnya saat dahulu suaminya bertindak sesuka hati terhadap hidup putranya, ia tidak berada dipihak Siwon sama sekali. Ia bahkan tidak pernah mencoba mengerti mengapa Siwon bisa sangat mencintai pemuda bernama Cho Kyuhyun. Meskipun begitu Siwon selalu bersikap baik kepadanya. Putranya itu memang tidak pernah mengungkapkan apa yang di rasakannya. Mungkin karena didikan keras suaminya.

 

Nyonya Choi menghapus jejak air matanya dan membenarkan letak selimut Siwon. Ia lalu menatap wajah putranya yang memakai selang oksigen dan saat itulah ia menyadari bahwa Siwon sedang menangis. Air mata mengalir di sudut matanya yang masih terpejam dan membuatnya kembali menangis.

 

“Sayang, bangunlah. Umma minta maaf. Umma janji jika kau bangun maka umma akan membiarkan kau mencari kebahagianmu. Mencari hidupmu yang selama ini hilang. Umma janji. Bangunlah.”

 

Dua hari kemudian.

 

“Siwon-ah!”

 

Nyonya Choi membuka pintu kamar rawat Siwon dengan cepat, mengagetkan Nara yang sedang memeriksa Siwon. Nyonya Choi segera menghampiri putranya dan memeluk Siwon dan dibalas dengan senyuman kecil putranya.

 

“Aku baik-baik saja Umma." Ucap Siwon pelan.

 

Nara memilih menyingkir meninggalkan ibu dan anak itu. Nyonya Choi tersenyum bahagia dan menangkup wajah putranya dengan kedua tangannya. Ia sungguh berterima kasih kepada Tuhan untuk tetap membuat putranya berada di sisinya.

 

"Maafkan umma, umma akan menceritakan semuanya."

"Annie. Aku sudah mengingatnya."

 

Nyonya Choi menatap bingung putranya. Sementara Siwon hanya tersenyum kecil memandang keluar jendela kamarnya dimana sinar matahari yang hangat mencoba masuk melalu celah-celah jendela. Perasaannya begitu sulit di gambarkan saat ini. Yang jelas Siwon merasa lebih hidup karena hal paling berharga dalam hidupnya telah kembali. Sebagian jiwanya kini kembali memenuhi hatinya dan ia hanya perlu mencari di mana pemilik raganya kini berada. Kyuhyunnya. Kekasihnya. Siwon memejamkan matanya dan kembali menghirup udara sebanyak-banyaknya sebelum menggumankan kata yang sangat ingin di sampaikannya.

 

"Kyuhyun-ah Hyung merindukanmu."

---------888-------

Fic ini terinspirasi dari fanmade di bawah ini ^^

https://youtu.be/EhFjiHSSFPY

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Conny407203 #1
Chapter 3: Amazing story. So lovely!
chookyuu
#2
Chapter 2: Akhirnya kyu biss tersenyum lagi :")
chookyuu
#3
Chapter 3: Yeay! Happy end!!!!
chookyuu
#4
Chapter 1: Aduhh ffnya ngena banget
BabyBugsy
#5
Chapter 3: sedih banget waktu pertemuan mereka tapi mengharu biru juga.. Suka banget sama mereka.. Keren pokoknya nih FF .!!!!!
Jd appanya siwon udh resmi nrima kyuhyun kan??
Seneng lihat mereka bersatu lgi dan nikah akhirnya. Congrats buat wonkyuuuuuu XDDDDDDD
makin cinta sama mereka muacchhhhh :*

pengen ada 1 chap lgi buat nih FF ~ klu bisa bakal seneng bgt kalau ga bisa gpp. Tp berharap ada chap bonus buat honeymoon mrka atau ampeg kyu Hamil :D
choiminkyu #6
Chapter 2: Aku jga baca ff ini di wonkyucorp .. sukaaaa bgt.. walo udh baca, tetep sukaa
iharukumipuff
#7
Chapter 2: huaaaa keadaan kyuhyun dan siwon menyedihkan sekali D': tapi ceritanya bagus, author-nim! gak sabar pengen tahu reaksi kyuhyun waktu tau siwon sudah ingat
BabyBugsy
#8
Chapter 2: seneng banget sama chap ini, meskpun sedih lihat kyu keadaannya sampai kek gitu.. Tapi semoga siwon cepet nemuin kyu.
Lega meskpun zhoumi suka kyu tp ga berusaha menghapus dan menjauhkan kyu dari siwon :)
cinta mereka bener" sangat dalam. Terharu banget baca ini :(
please bikin mereka cepet ketemu, ga tega lihat mereka tersiksa kek gitu.
Kyuhyun semangat !! Siwon pasti datang .
Wonmincho #9
Chapter 2: Hmm bikin penasaran kapan kYu ketemu ma wonnie lg ya... So romantis berdua.. Kyu berusaha move on kah??. Lanjut ya author:).. Thanks
annanabilla #10
Chapter 1: Huhuhuhu,,, akhirnya siwon bisa ingat juga masa lalunya,
Tpi dmnkah kyuhyun,
Jngn bilang klu kyuhyun,,,,????
Aaaa g mau, kyuhyun hrus berstu sm wonwon