001

I am You

Dua orang gadis kecil yang ceria senang sekali bermain di taman kota. Mereka bernama Lee Hyeri dan bae Suzy. Mereka selalu bermain dan menghabiskan waktu sore bersama. Kedua gadis itu memiliki karakter yang berbeda, namun mereka selalu mempunyai cara untuk dapat bisa saling mengerti dan kompak.

Seperti gadis kecil lainnya, canda tawa selalu mewarnai hari-hari mereka. Suatu hari di taman kota, seperti biasa, mereka bermain untuk menghabiskan waktu di bawah jingganya langit senja. Balon-balon tiup dari sabun menghiasi taman itu, dan keramaian gadis-gadis kecil lainnya yang sedang bermain disana.

Ada yang sedang asyik bermain perosotan, ayunan, dan wahana bermain lainnya, atau sekedar berjalan-jalan bersama ibu mereka. Kalau Hyeri dan Suzy, mereka sedang duduk di sebuah meja bundar, asyik dengan bonekanya.

"Suzy-ah, lihat langit sore ini, warnanya sangat indah bukan?" seru Hyeri. Suzy menoleh, dia ikut tersenyum melihat Hyeri senang sekali dengan langit hari ini. Suzy pun berpikiran begitu.

"Ne, Hyeri-ya. Lihat kesana! Sepasang burung itu, mereka menari menghiasi langit. Indahnya~" Suzy terlihat senang sekali berada di taman itu, tapi kurasa tak hanya Suzy, Hyeri dan anak-anak lain pun begitu.

"Jika dilihat lihat, mereka sangat kompak, ya, sama seperti kita. Suatu saat nanti, aku ingin dapat menari sebebas mereka dan seindah mereka!"

"Ne, tarian mereka sungguh indah, aku juga mau seperti mereka! Suatu saat nanti aku ingin kita dapat menari bersama di depan ratusan penonton!" Suzy dan Hyeri membayangkan masa depannya sebagai penari hebat. Pasti akan sangat keren, pikir mereka.

"Kalau kita bisa meraih mimpi itu, pasti akan sangat keren dan indah~" Hyeri menatap Suzy senang, kemudian mereka saling berpelukan, mereka sangat yakin sekali kalau mereka benar-benar bisa mencapai cita-citanya.

"Mmm, Suzy-ah, kemarin aku mencoba belajar beberapa gerakan tari. Gerakan ini aku pelajari dari ibu ku, lho!" sambung Hyeri.

Suzy sangat senang mendengarnya, dia meminta Hyeri untuk memperlihatkan padanya, karena dia yakin semua gerakan tari pasti akan sangat indah.

Diatas meja itu pula Hyeri menari, mengangkat tangan kanannya, lalu tangan kirinya, kemudian berputar ke kanan dan ke kiri. Suzy semakin senang melihatnya, itu sangat indah di mata Suzy, dia bertepuk tangan dan gembira.

"Bagaimana kau bisa melakukannya, Hyeri-ya?" tanya Suzy penasaran.

"Aku meminta ibuku untuk mengajariku, dia adalah penari yang sangat hebat! Aku ingin seperti ibuku"

Suzy merasa tidak puas kalau belum mencobanya, dia meminta Hyeri untuk mengajarinya. Hyeri bersedia dan memberi aba-aba untuk mengikuti Suzy turun dari meja bundar dan berdiri tegap.

"Jadi apa yang harus aku lakukan pertama-tama?" tanya Suzy tak sabar.

"Ayunkan tanganmu seperti ini, gerakan kakimu seperti ini, lalu berputar, dan berputar" Hyeri mencontohkan beberapa gerakan yang ia bisa, kemudian diikuti oleh Suzy.

Hyeri senang melihat sahabatnya itu bisa melakukannya dengan baik, dia berpikiran bahwa dengan begitu mereka bisa benar-benar menjadi penari hebat di seluruh negeri.

"Tidak begitu sulit, kan? Kau terlihat begitu mahir saat melakukannya tadi. Kau pasti bisa mempelajari gerakan-gerakan yang lain, Suzy-ah!"

Suzy tersenyum mendengar kata-kata itu, dia semakin yakin kalau mereka benar-benar bisa mencapai mimpi mereka. Suzy juga berterima kasih pada Hyeri karena sudah mengajarinya, dia berharap mereka dapat mempelajari banyak gerakan tari lainnya.

"Suzy-ah, seharusnya kau ikut ke rumah ku saja untuk bertemu ibuku, kita bisa berlatih bersama-sama dan mempelajari banyak gerakan dengannya!" seru Hyeri. Suzy tersenyum, ingin sekali dia main ke rumah Hyeri untuk belajar menari, tapi langit hari ini sudah semakin gelap, mereka harus pulang terlebih dahulu.

"Tunggu, kita harus membuat perjanjian!" Suzy menahan Hyeri saat ingin meninggalkan taman. Hyeri tidak mengerti maksudnya.

"Maksudku, kita harus berjanji bahwa kita akan menjadi penari yang dikenal dunia, kita akan berusaha bersama hingga kita mendapatkan tujuan kita. Arasseo?" lanjut Suzy.

"Arasseo! Aku berjanji kita akan bersama-sama menuju mimpi kita!" Hyeri dan Suzy tersenyum senang.

 

 

Hari ini waktunya Suzy bermain ke rumah Hyeri, seperti yang Hyeri pinta. Mereka duduk bersila di lantai teras belakang sembari bermain boneka seperti biasa.

Disisi lain, wanita paruh baya terlihat sedang mencari sesuatu, dia memeriksa setiap sudut ruangan dengan seksama, walaupun usianya sudah tidak lagi muda tapi matanya masih bekerja dengan baik. Saat dia tiba di teras, dia memanggil majikannya karena dia sudah menemukan apa yang dicari.

"Nona Hyeri ada disana, nyonya!" wanita tua itu, bibi Kim, menunjuk seorang anak yang sedang bermain di teras. Nyonya Lee menghembuskan nafas.

"Chagi-ya, kamu kemana saja, sayang? Ibu ketar-ketir mencarimu. Ayo masuk ke dalam, ini sudah sore"

"Eomma, tenang saja , aku cuma bermain disini. Oh iya, ini ada Suzy" Hyeri memeluk pundak Suzy, mengenalkannya pada ibunya.

"Ah, Suzy-ah annyeong!" nyonya Lee tersenyum hingga matanya membentuk eye smile. "Eung, neomu yeppeo!" kemudian mencubit pipi Suzy yang gembul, dan dibalas dengan senyuman manis.

"Ah, Suzy, apa kamu sudah bilang eomma appa kamu ingin bermain disini?" tanya nyonya Lee.

"Sudah tante"

"Memangnya kalian bermain apa disini?" tanya bibi Kim, yang sudah menjadi pembantu rumah tangga mereka sejak nyonya dan tuan Lee menikah.

"Kita sedang belajar menari"

"Kamu suka menari juga, Suzy-ah?" tanya nyonya Lee, dia tidak percaya bahwa ada lagi anak kecil yang suka dengan tari.

Suzy mengangguk, "Tadi Hyeri memberitahuku gerakan-gerakan baru, loh, tante"

"Iyakah?"

"Iya, eomma, tadi aku mengajarinya gerakan-gerakan yang kemarin eomma ajari" Hyeri tersenyum manis, di dalam hatinya merasa bangga dengan dirinya yang sudah bisa mengajari orang lain menari, ya walaupun tidak terlalu banyak dan rumit.

"Aigoo, nona Hyeri masih kecil saja sudah bisa mengajarkan orang lain menari, ya" puji bibi Kim, Hyeri tersenyum senang.

"Suzy-ah, memangnya kamu ingin menjadi penari juga? Seperti Hyeri?" tanya nyonya Lee. Suzy mengangguk yakin. Nyonya Lee sangat kagum pada Suzy, sangat jarang anak-anak bercita-cita menjadi penari.

"Wah! Tante suka loh. Kau tahu, Suzy-ah? Tante sebentulnya juga seorang penari. Tante juga sudah berkelana ke seluruh negeri untuk menari. Maka dari itu Hyeri bisa menari dengan baik" nyonya Lee bercerita sedikit pada Suzy, sembari membayangkan dirinya saat menari.

Suzy terperangah, dia tidak percaya bahwa ibu dari sahabatnya ternyata adalah penari hebat. Wow, keren! batinnya.

"Aku juga ingin bisa seperti tante!! Aku ingin bisa menari, dan berkeliling dunia seperti tante. Aku iri aku iriii"

"Kamu dan Hyeri pasti juga bisa menari seperti tante, hingga ke berbagai negara. Hanya saja kalian perlu banyak usaha" jelas nyonya Lee lalu tersenyum.

"Tapi apa tante mau.. membimbingku?" Suzy mengerutkan bibirnya, dia setengah yakin untuk ini, karena dia pikir mungkin ibunya Hyeri akan sibuk mengurus rumah seperti ibunya sendiri.

"Tentu saja tante mau. Tante akan usahakan ya, sayang. Eung, hari sudah gelap, Suzy biar tante antar pulang saja, ya"

Suzy mengangguk cepat, dia senang akhirnya ibunya Hyeri akan benar-benar mengajarinya menari.

 

 

Bertahun-tahun berlalu, selama itu juga persahabatan mereka berlangsung. Kedua gadis kecil yang ceria itu kini sudah tumbuh besar dan dewasa. Hingga saat ini, saat mereka sudah berkuliah, juga mereka masih berpegang teguh pada janji yang sudah mereka buat sejak kecil. Selain itu mereka juga masih terus berlatih menari dalam kesehariannya, baik itu berlatih dari YouTube maupun berlatih bersama ibunya Hyeri.

Kini mereka memiliki satu teman lagi, dia laki-laki manis dan tidak suka menari, perlu dicatat, Chanyeol bukanlah laki-laki dingin dan cool yang terkenal seantero sekolah, melainkan hanya seorang yang biasa saja, tidak begitu menonjol di kelas, walau begitu mereka bertiga sangat kompak, saat di kelas maupun saat ada acara kampus. Namanya adalah Park Chanyeol.

"Hey, kelas kita akan kedatangan orang baru, hari ini!"

"Yang benar kamu, Chan-ah? Aku tidak melihat siapapun yang tak ku kenal hari ini" tanya Suzy.

"Siapa yang memberitahu mu?"

"Guru Sam, di kelas saat aku ditunjuk untuk maju ke depan. Kalau tidak salah ku dengar namanya Kim Jongin, menurut kabar burung juga dia seorang yang tampan dan cool. Tapi aku juga belum melihatnya" Chanyeol menjelaskan panjang lebar pada teman-temannya, setelah itu dia membenarkan kaca matanya yang sedikit merosot.

Mereka sedang berpikir, apakah itu benar? Tapi benar atau tidaknya bukan masalah bagi mereka sebenarnya. Keheningan menyelimuti ketiga orang itu, tapi keadaan taman sekolah masih begitu ramai. Sedetik kemudian, teriakan Suzy membuat Hyeri dan Chanyeol terlonjak, mereka menatap Suzy heran dan sedikit kesal.

Hyeri mengikuti arah pandangan Suzy, dan menangkap seseorang yang berparas tampan tengah bingung melihat keadaan sekitar. "Apa itu orangnya?"

Chanyeol belum menemukannya, dia meminta Hyeri menunjukkan orangnya. "Itu, baboya!"

"Oh, sepertinya benar, aku tidak pernah melihat dia sebelumnya di sini" ucap Chanyeol mencoba memperhatikan orang baru itu dari ujung rambut hingga kaki.

"Aigoo, tampan sekali dia, Hyeri-ya!!" mata Suzy tidak bisa lepas dari orang yang katanya bernama Kim Jongin itu.

"Kalau aku boleh jujur, sebenarnya dia terlihat biasa saja, tidak begitu menarik untuk ku" ucap Hyeri menatap remeh orang baru itu.

"Yak!! Kenapa kau menatap begitu!" Suzy menjitak kepala Hyeri. "Lihat saja, aku akan berkenalan dengannya!" kemudian dia pergi ke arah orang baru itu, Hyeri hanya bisa meringis dan menggerutu, sedangkan Chanyeol tertawa melihat tingkah kedua temannya yang konyol itu.

"H-hai! Aku Bae Suzy, panggil saja aku Suzy. Apa benar kau anak baru disini?" Suzy dengan kepercayaan diri penuh mengulurkan tangannya.

"Ne, aku pindahan dari Daegu. Namaku Kim Jongin" rupanya dia hanya membalas dengan tatapan dan kata-kata dari seseorang itu. Alhasil Suzy menarik kembali tangannya dan menahan malu. Aigoo, Suzy-ah!

"Ku lihat tadi kau seperti sedang bingung?"

"Ah, ne, kampus ini begitu luas, aku hanya bingung mancari jalan" Jongin sedikit memamerkan sederetan giginya, untuk kali ini dia terlihat cupu dihadapan seorang wanita. Sigh.

"Kalau begitu, kau bisa bertanya padaku kapan saja tentang kampus ini, aku sudah dua tahun belajar disini jadi aku sudah hafal hampir semua jalan yang ada disini" Suzy tersenyum manis pada Jongin.

"Jinjja? Ah, arasseo! Boleh aku meminta nomer ponselmu?" Jongin tersenyum manis lalu memberikan ponselnya pada Suzy.

Rasanya Suzy ingin berteriak saat itu juga. JONGIN MEMINTA NOMER PONSELNYA!! Tidak sia-sia dia melakukan ini semua. Dengan senang hati dia mengetikkan nomernya, lalu dikembalikan lagi pada si empunya.

"Gomapseumnida, Suzy-ssi" Jongin sedikit menundukkan kepala pada Suzy.

"Gwaenchanayo, tidak perlu pakai bahasa formal kalau berbicara padaku"

"Ah, arasseo"

Suzy pamit pada Jongin ingin menemui kedua temannya lagi. Lain waktu mereka bisa bertemu lagi kalau Jongin mau. "Sampai nanti!" dia tersenyum lalu berlari ke arah Hyeri dan Chanyeol.

"Kalian tahu? Dia meminta nomerku!!! Aku senang sekali rasanya! Sepertinya aku tidak akan menyendiri lagi, Hye-ya!" seru Suzy histeris.

"Woah, jinjjayo? Selamat ya kalau begitu. Tapi menurutku, tidak ada masalah juga kalau kau menyendiri" Hyeri memutar kedua bola matanya malas.

"Bagaimana kau bisa percaya diri seperti itu, Suzy-ah? Tadi saja saat kau ingin bersalaman, dia menolaknya! Hahaha" Chanyeol dan Hyeri tertawa geli mendengarnya. Kasihan sekali temannya ini, takut-takut saking pedenya, dia akan bunuh diri kalau sampai Jongin menolaknya habis-habisan.

"Aish, itu memang sifatku, Chan-ah! Kalau tentang salaman itu, sepertinya dia anak yang beragama kuat"

"Huh? Whatever!" seru Chanyeol dan Hyeri bergantian.

"Ngomong-ngomong, ada berita hangat apa hari ini, chingu-deul?" tanya Suzy berusaha berganti topik pembicaraan, bisa-bisa dia darah tinggi kalau membahas terus pertemuannya dengan Jongin tadi.

"Kau tidak tahu? Kasus pembunuhan yang terjadi terus menerus akhir-akhir ini, dan hanya seling beberapa hari, sedang menjadi topik hangat di berita, anehnya setiap pembunuhan itu memiliki motif yang berbeda-beda" seru Hyeri.

"Nah. Pamanku adalah salah satu korban si pelaku. Sampai saat ini keluarga ku belum mengetahui siapa pelakunya" Chanyeol merubah ekspresi menjadi sedikit murung.

"Eoh? Apakah itu benar, Chan-ah? Aku turut berduka mendengarnya" Hyeri memegang pundak Chanyeol mencoba menenangkannya. Begitu juga dengan Suzy.

"Ne, gomawo. Aku pikir lebih baik kita lupakan saja tentang pamanku, aku tidak ingin ada kesedihan lagi"

"Ne, ne, arasseo. Lagi pula, hanya mendengar berita ini saja, aku sudah merinding"

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet