Jingga

Description

Pukul 2 siang. Taehyung menapakkan kakinya di satu-satunya rumah sakit pemerintah di kotanya. Dia kibaskan sejenak rambutnya yang sedikit basah karena rintik hujan, dijelajahinya lorong rumah sakit itu dengan hati yang sesak. 7 tangkai tulip oranye dan beberapa buah jeruk menyesaki kantong kertas coklat yang dibawanya. Dia tau mantan kekasihnya tidak suka jeruk, ataupun warna oranye, tapi hanya itu yang kini rasanya pantas dia bawa, selain hati dan tubuhnya tentunya. Paviliun itu semakin dekat, Taehyung bisa merasakan air di matanya yang semakin menggenang. 'Ini tidak benar'. Taehyung menghentikan langkahnya, menyeka matanya dengan lengan kirinya. Limbung, disandarkan tubuhnya pada dinding rumah sakit itu. Dia belum siap untuk ini. Taehyung mengutuki dirinya sendiri yang pengecut. Dia terdiam beberapa menit di sana, berusaha memulihkan matanya dari kelemahan manusiawi yang disebut menangis. Setelah dirasanya hatinya sudah sedikit lebih tegar, dilanjutkannya langkah kakinya menuju kamar di mana mantan kekasihnya menghabiskan mungkin hari hari terakhir dalam hidupnya.

 

Pukul 11 siang. Taehyung sudah selesai menyalin semua tugas Fisika yang dikerjakan oleh Namjoon tiga puluh menit yang lalu, dirogohnya smarphone dari sakunya.

'Tante, bagaimana?'

'Operasinya gagal'

Nanar Taehyung memandangi layar smartphonenya berisi percakapan dengan ibu mantan kekasihnya. Taehyung ingin menjerit meraung-raung memaki tuhan, tapi tentu saja tidak dia lakukan saat ini di kelasnya. Taehyung menyusun rencana, dia hanya perlu membeli tulip, jeruk, apapun yang berwarna oranye, setelah kelas terakhirnya hari ini selesai, dan tiba di rumah sakit sebelum pukul 2 siang. Oranye, warna yang menyemangati untuk pulih, kini baginya tidak lebih dari sekedar formalitas naif yang penuh kepura-puraan.Taehyung masih mencintai gadis itu, gadis yang menyandang gelar kekasihnya di tahun pertama sekolah menengah atas, yang mencampakkannya hanya 4 minggu setelah dia menyandang gelarnya itu. Tapi Taehyung tidak terluka, gadis itu tidak pernah benar-benar mencampakkan Taehyung. Mereka menyalin PR dari sumber yang sama, bermusik di panggung yang sama, menghabiskan banyak malam bersama, meneguk bir dari botol yang sama, menyesap rokok dari batang yang sama, gelak tawa yang sama, gadis itu istimewa baginya, sampai kini mereka di tahun ke-3 sekolah menengah atasnya.

 

Pukul 6.

'Taehyung, operasi ke-2 ku jam 10 siang ini. Datanglah jam 2'

'Aku baru menindik telingaku kemarin, nanti aku tunjukkan'

'Sungguh?! Hahaha'

'Iya. Hahaha'

Tidak ada balasan lagi hingga pukul setengah tujuh, jadi Taehyung memutuskan untuk memacu motornya ke sekolah.

 

Pukul 2 lebih belasan menit.

'Hai', Taehyung nyengir sambil meletakkan kantong belanjanya di samping bed pasien. 7 tangkai tulip oranye dirogoh dari sana dan disodorkan pada gadis itu.Si gadis diam, hanya menanggapi dengan senyum tipis yang amat berat dan terlihat dipaksakan di bibirnya yang memucat. Dibiarkannya buket bunga itu diletakkan di pangkuannya. Taehyung duduk di sampingnya, lalu mereka hening selama beberapa menit.

"Taehyung, operasinya gagal", si gadis berujar lirih memecah kesunyian seiring air mata menganak sungai di pipinya. Taehyung diam menunduk, tidak berani menatap si gadis karena takut anak-anak sungai air mata juga akan mengaliri pipinya. Lebih dari itu, Taehyung takut beberapa hari ke depan dia hanya akan memandangi batu nisan dengan ukiran nama gadis ini.

"Kau pikir aku akan mati?", si gadis menerka isi pikiran Taehyung.Taehyung menoleh, memiringkan mukanya memamerkan piercing di telinga kirinya sambil berseringai membentuk bibirnya seperti cetakan agar-agar berbentuk hati.

"Kau memakainya ke sekolah?!", si gadis memekik, dipukulkannya buket bunga oranye itu ke muka Taehyung.

"Hahaha", mereka terbahak.

 

Di luar ruang itu, anak-anak sungai mengaliri pipi lain, pipi seorang ibu yang baru saja mendengar gelak tawa pertama putrinya hari ini.

Foreword

Taehyung menghentikan langkahnya, menyeka matanya dengan lengan kirinya.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet