The Porcelain Trophy pt. 1

Description

Aku sangat tidak tega melihatnya, tumben Papi memberiku yang seperti ini. Dia tampak pucat dan lemah, atau mungkin dia sedang sakit. Badannya kurus, perutnya rata, kakinya kecil, kulitnya seperti tidak dilalui pembuluh darah, apa dia mayat hidup? Ah, pria yang kupesan dari Papi ini benar benar di luar perkiraan. Apa dia sudah tidak punya stok lagi? Apa malam minggu ini terlalu ramai. Sialan. Bukankah aku pelanggan tetapnya. Aku akan komplain lewat sms.

'Hei jalang, jangan bercanda, beri aku Jimin'

'Jimin lagi sakit tante, malam ini sama Yoongi dulu ya'

'Ooh jadi namanya Yoongi'

'Dia masih fresh lho, makanya aku kirim pada tante sebagai ganti Jimin'

'Oh ya?!'

 

Lima menit, sepuluh menit, tidak ada jawaban. Kuletakkan smartphoneku di samping TV yang masih menyala namun dimute. Kudorong tubuh Yoongi dan kujatuhkan ke bed. Aku hampir tertawa saat di langsung terjatuh dengan mudahnya. Tubuhku yang kecil saja bisa mengalahkannya. Mari kita coba dia bisa apa, pikirku.Kini aku berada di atas tubuh Yoongi, kubiarkan rambutku tergerai menyentuh sebagian pipinya. Kami hanya diam dan saling menatap. Pria muda ini mungkin masih berumur 19. Wajahnya cantik, aroma parfumnya segar, bibirnya tipis, sangat berbeda dengan favoritku, Jimin.

 

"Siapa namamu?", kuraba bibir tipisnya dengan ujung ibu jariku.

 

"Suga", jawabnya singkat.

 

"Papi bilang namamu Yoongi", aku menampik jawabannya.

 

"Iya, Yoongi, iya tante, itu nama asliku", jawabnya kikuk.

 

Aku menyibak rambutnya hingga dahinya terlihat, kuamati turun mulai mata, hidung, bibir, leher, lalu dadanya. Dia hanya memakai kaos putih polos dan celana denim kelabu. Bagian tengah celananya tampah menggembung, tapi.. Ah, sial, pria ini tidak membuat birahiku naik. Aku bangkit, mengambil tujuh lembar seratus ribuan dari dalam tasku dan melemparkannya ke sampingnya. Kunyalakan rokokku dan duduk di sampingnya.

 

"Pulanglah", ucapku tanpa memandangnya.

 

"Tapi.. Tapi ini dua kali, Tante, lagi pula kita belum melakukan apapun", tanyanya dengan nada suara yang dramatis.

 

"Maaf, tapi aku ingin Jimin, aku bisa menunggu sampai Jimin ready. Kau pulanglah, aku akan bilang pada Papi bahwa aku cukup puas, ambillah lebihnya, terima kasih sudah mau datang", ucapku.

 

"Baiklah, terima kasih juga, tante", dia mengecup keningku pelan, lalu pergi meninggalkan kamar hotel yang kusewa ini.

 

Kurencanakan untuk tidur sejam atau dua jam dulu sebelum pulang. Suamiku masih bertugas di Amerika, ini minggu ke tiga, masih satu bulan lagi sebelum dia kembali, dia seorang pekerja di sebuah perusahaan kilang minyak. Beginilah kuhabiskan waktuku jika suamiku tidak ada, jangan salahkan aku, setiap orang butuh asupan . Aku menyayangi suamiku, tapi itu bukan alasan untuk menjalankan kesetiaan yang buta, bukan?

 

Lima belas menit setelah Suga pergi, bel pintuku berbunyi. Layanan pesan antar dari hotel pikirku, karena memang aku memesan dua slice chocolate cake saat Suga masih di sini tadi. Kubuka pintu hotel tanpa mengintip lubang pegawasnya. Aku terkejut, Suga kembali.

 

"Tante, apa kalau kuberikan kembali uang ini, tante mau tidur denganku?", tanyanya dengan mimik serius.

 

"Hahaha", aku tergelak, kutarik lengannya agar ia masuk kembali ke kamar.

 

Setelah kututup pintu, kusandarkan tubuhnya disitu, lalu aku berjongkok di depannya. Aku sama sekali tidak bernafsu pada pria muda ini, tapi sepertinya sejak tadi dia sudah tinggi, jadi mungkin karena itu juga dia kembali. Lagipula kata Papi dia masih fresh, jadi wajar jika dia belum bisa mengontrol birahinya. Menurutku tidak ada ruginya jika kuajarkan sedikit hal padanya.

 

Resleting celananya kini sudah sejajar dengan mukaku, bagian itu masih menggembung seperti tadi. Kubuka resletingnya pelan, Suga melenguh juga pelan. Setelah kuturunkan jeans dan celana dalamnya, saat itulah aku tidak dapat menahan pekikku.

 

"Oh sht", junior Yoongi tampak gagah di hadapanku.

 

Segera kuraih bagian itu, tanganku tampak sangat kecil saat menggenggamnya. Brengsek, ini lebih besar dari milik Jimin! Jadi benar Papi menganggapku sebagai pelanggan spesialnya, kalau tidak, mana mungkin aku dijadikan ajang launching barang seperti ini. Aku merasa seperti mendapat sebuah piala. Segar dan besar. Mulai saat itu kurasakan tubuhku lebih bereaksi. Kuremas dada kiriku dengan tanganku sendiri, sementara tangan kananku sibuk menservis milik Yoongi ditemani lidah dan mulutku. Yoongi menyingkirkan tangan kiriku dari dadaku, dirogohnya dadaku dari tube dressku yang memberi tangannya jalan leluasa ke sana.

 

"Mmph.." lenguhanku diblok miliknya yang sedang memenuhi mulutku saat dia mulai memilin ujung dadaku.

 

"Ah..", dia mendesah. Aku suka desahannya. Kupercepat irama elusan dan hisapanku pada miliknya.

Foreword

"Tante, apa kalau kuberikan kembali uang ini, tante mau tidur denganku?", tanya Yoongi dengan mimik serius.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet