Jump into Your Love

Description

Malam ini Yoongi pulang ke apartemen kami dengan membawa seekor kucing muda gendut pesek berwarna kelabu berambut pendek. Kucing itu nyaris menumpahkan vanilla milkshake di atas tumpukan sketsaku saat Yoongi meletakkannya di atas meja kerjaku. Aku marah besar, menghardik kekasih berambut merah jambuku itu walau sebenarnya tidak terjadi apapun. Yoongi baru saja menyelesaikan masa promosi lagu-lagu ciptaannya, sedangkan aku harus memulai lagi hari senin sibuk besok dengan deadline judul comic baru yang harus kuselesaikan bulan ini.

 

"Ini bukan saat yang tepat untuk membeli seekor kucing, Yoongi! Siapa yang akan merawatnya?! Kita sama-sama sibuk!", ucapku sembari mengusir kucing itu dari mejaku.

 

Kucing itu turun, lalu duduk di samping Yoongi yang juga duduk di atas spring bed kami. Keduanya menatapku lesu, Yoongi dengan matanya yang sangat kecil, dan kucing itu dengan mata bolanya yang besar kebiruan. Oh Tuhan, kenapa Yoongi membelikan aku seekor kucing sih, bukan anjing, aku sangat benci merasakan sakitnya jika mereka mencakar tubuhku. Aku melirik pada mereka sabentar, lalu menyeruput vanilla milkshake ku dan mempedulikan laptopku kembali.

 

"Vanilla milkshake, merah, kenapa kau lebih mirip Jungkook dari pada aku..", well  keluhan Yoongi tidak mengagetkanku, inilah saatnya dia akan memulai perdebatan jika dia tidak mendapatkan hasil sesuai harapannya. Mungkin tadinya dia pikir aku akan menyambut kepulangannya dengan menciumi hidungnya lalu hidung kucing itu dan bergelut di atas ranjang kami bertiga. Jelas beda jauh dengan kenyataan saat ini.

 

"Apa kau merindukannya?", tanyanya lagi, membuatku Jengah.

 

"Yoongi, please.. Aku sedang bekerja.. Dan jangan asal, aku tidak pernah tahu kalau Jungkook suka vanilla milkshake..", aku menampik tanpa memandangnya.

 

"Sudah hampir satu tahun, apa kau sudah mulai bosan?", Yoongi meracau lagi.

 

"Oh ! Min Yoongi! Tuan produser yang terhormat! Tidak bisakah kau diam?!", aku menghardik lagi, kali ini dengan menggebrak meja dan menutup laptopku kasar setelah lebih dulu mengklik tombol save di menunya.

 

Aku menghampiri Yoongi yang masih duduk bersebelahan dengan kucing itu. Dia mendongak, bibirnya membentuk bulan sabit terbuka ke bawah, begitu pula matanya. Aku sudah muak dengan intimidasi wajah menyedihkannya jika kami sedang bertengkar seperti ini. Itu hanya acting, seperti biasa pasti. Jadi kuputuskan untuk mengalihkan fokusku dari wajah itu ke wajah si kucing. Kucing itu juga melakukan hal mirip dengan tuan barunya, bedanya, karena matanya besar bulat, dia tidak bisa membentuk bulan sabit di sana. Kucing itu lalu menunduk setelah aku memelototinya, tampak kikuk sebentar, lalu menjilati punggung tangan kanannya. Kuraih tubuhnya saat ia hendak beranjak pergi dari tempatnya duduk. Aku naik ke spring bed kami lalu tidur telentang dengan kucing kelabu itu kuletakkan di atas dadaku. Dia hanya menurut dan mengeong lirih saat kuelus punggungnya.

 

"Siapa namanya?", tanyaku.

 

Yoongi mendekatiku lalu tidur tengkurap di sampingku."Jimin", jawabnya.

 

"Kim Jimin?", tebakku asal atas marga kucing itu.

 

"Bukan, Park Jimin", jawab Yoongi juga asal.

 

"Jimin, tinggallah di sini malam ini saja, besok kau kuantar ke tempat penampungan kucing", aku berbicara sambil mengecup hidung kucing itu. Diusapnya bekas kecupanku dengan tangan kanannya yang kecil. Kupatpat kepalanya dengan telunjukku, tapi lagi lagi dia mengusap bekas patpat dariku di kepalanya dengan tangan kanannya. Aku terkekeh.

 

"Jangan sayang..", Yoongi merengek.

 

"Yoongi.. Kita sama-sama sibuk, kucing ini bernyawa, dia akan stres jika kita sering meninggalkannya sendirian di sini.. Lagipula siapa yang menyuruhmu membeli kucing saat kita sama-sama banyak order seperti ini.. Kau harus berhenti melakukan hal tanpa persetujuanku..", aku menasehatinya.

 

"Kau cerewet", ucap Yoongi tiba-tiba dan dirampasnya Jimin dari pelukanku. Digendongnya pergi dari kamar kami, entah, mungkin dikembalikan ke kandangnya di ruang tamu kami. Aku bangkit kembali ke laptopku untuk menekuni pekerjaanku lagi.

 

 

Sudah dua jam sejak Yoongi membawa Jimin pergi dan mereka tidak kembali. Yoongi pasti ngambek, pikirku. Kututup laptopku dan kulangkahkan kakiku ke ruang tamu. Di sanalah kulihat Yoongi tertidur di sofa kami, Jimin juga tidur di pangkuannya. Kudendong Jimin dan kumasukkan ke kandangnya, kususulkan juga masuk ke kandangnya sisa ikan kalengan yang terbuka di atas meja kami. Kuamati wajah Yoongi yang sedang tertidur, kuelus rambutnya, tidak ada reaksi. Wajahnya berminyak, kulitnya yang 3 tone lebih cerah dari kulitku membuat guratan pembuluh darahnya terlihat hijau samar. Kukecup bibirnya singkat, tidak ada reaksi. Kucium pipinya dalam dalam dan kuhirup aromanya, sebagian minyaknya kini menempel di mukaku, menjijikan, tapi aku suka, walaupun lagi-lagi aku tidak dapat reaksi apapun. Kuputuskan untuk menggendongnya memindahkannya ke ranjang kami. Tidak sulit bagiku untuk menggendong tubuh Yoongi karena tubuh kami tidak jauh berbeda ukuran. Belum lagi aku benar dalam berdiri menggendongnya, dia terbangun.

 

"Ya, ya, ya", dipukul-pukulnya pundakku, akibatnya tubuhku limbung dan kami berdua kembali jatuh ke sofa.

 

"Aku bisa pindah sendiri", ucapnya ketus sambil berjalan terpejam menuju ranjang kami. Sangat menggemaskan dan menyebalkan di saat yang bersamaan. Aku menyusulnya lalu menyelipkan tubuhku dalam dekapannya.

 

"Apa Jimin boleh tinggal di sini?", tanyanya tiba tiba dengan suara parau dan mata terpejam. Aish, pria ini benar-benar tidak måυ͡ kegiatan tidurnya disela.

 

"Oke", jawabku.

 

"Dan jika malam, aku belum pulang, kau måυ͡ menemaninya bermain?", tanya Yoongi lebih lanjut masih dengan terpejam.

 

"Iya, aku akan bermain dengan Jimin sambil menunggumu pulang. Jangan pulang terlalu malam, aku khawatir".

 

"Kau kangen, bukan khawatir".

 

"Iya, kangen juga".

 

"Apa kau akan menciumi hidung Jimin seperti tadi lagi jika aku belum pulang?", tanyanya lagi.

 

"Iya, akan kuciumi hidungnya".

 

"Sepertinya Jimin sudah menyukaimu, apa kau menyukainya juga?", tanyanya dengan membuka mata dan menatapku.

 

"Aku menyukaimu, Mr. Yoongi", jawabku dengan eyesmile.

 

"Aku tanya apa kau juga menyukai Jimin..??", tanyanya lagi dengan menggeleng dan membentuk kerutan di matanya. Dia terlihat sangat lucu.

 

"Iya, iya, aku suka Jimin", kukecup pipi Yoongi dan dia membalasnya dengan mengelus rambutku.

 

"Happy 1st anniversary", dikecupnya keningku.

 

"Ah, kukira kau lupa..", aku membenamkan mukaku dalam pelukannya. Kaosnya sedikit basah karena air mataku.

 

Yoongi menyeka pipiku yang basah. "Hei jangan nangis.. Aku mencintaimu..", Yoongi memposisikan tubuhnya di atasku.

 

"Apa kau måυ͡ seks?", ucapnya dengan senyum yang sangat manis.

 

"Iya, måυ͡", jawabku singkat.

 

"Ah, kau belum membalas ungkapan cintaku", godanya.

 

"Iya, iya.. Aku mencintaimu.. Aku mencintaimu.. Aku mencintaimu..", lalu kalimatku terputus oleh lumatan bibirnya pada bibirku.

Foreword

"Apa kau akan menciumi hidung Jimin seperti tadi lagi jika aku belum pulang?", tanya Yoongi lagi.

Comments

You must be logged in to comment
_LovelyShinHye
#1
Well, you are really Indonesian~
But, I also love read story written in bahasa indonesia because I watched sinetro at TV. ^^