Wherever with You

Description

"Sana, sana, sana!", Yoongi mendorong tubuhku saat aku berusaha mendekat.
"Panas.. Ah.. Jangan dekat dekat..", dia merengek dan mengerutkan mukanya seperti balita laki-laki.
Aku beringsut menjauh. Memang siang ini Seoul sangat panas, pendingin ruangan
apartemen kami pun tak cukup mendinginkan cuaca di sini. Di tambah lagi Yoongi dikejar deadline pekerjaannya. Dia harus kembali ke studio pukul 6 sore nanti. Kini dia sedang menggerayangi laptopnya, entah apa yang dia lakukan, sibuk bersenggama dengan perangkat lunak pengolah musiknya. Sungguh aku sedang ingin bermanja ria dengan Yoongi, akhir-akhir ini dia sangat sibuk sehingga kami jarang bertemu. Aku ingin mengusap-usapkan tubuhku pada tubuh Yoongi. Aku ingin Yoongi memelukku dan mencubitiku, dan aku akan melakukan hal yang sama padanya. Tapi nyatanya aku sekarang hanya memandangi kekasihku itu. Aku terlalu takut mengganggu ritualnya dengan laptopnya. Dia bisa jadi sangat cerewet jika sedang marah, dan aku tidak suka pada pria yang cerewet.
Aku duduk bersila 1 meter di depannya yang juga bersila, laptopnya ada di antara kami. Benda putih itu ingin kubanting saja rasanya, tapi jika tidak ada dia, kami tidak bisa membayar sewa apartemen ini.
"Yoongi..", aku menyapanya pelan, berharap dia akan menghentikan sejenak kegiatannya untuk mendekatiku dan menpatpat poniku.
"Hmmm", hanya itu responnya, tanpa melirik sedikitpun.
Ya ampun, ingin kubunuh saja pria ini.
"Yoongi, kau måυ͡ es krim?", aku mencoba lagi untuk menarik perhatiannya. Mungkin dia måυ͡ kubelikan es krim di minimarket lantai dasar apartemen ini nantinya.
"Ck. Berhentilah mencari perhatianku. Sayang.. Aku harus berangkat jam 6, dan ini belum selesai..", lagi lagi dia berucap tanpa menoleh.
Aku menyerah, aku bangkit dari bed kami, dan melucuti pakaianku. Aku mandii saja, pikirku, sikap Yoongi membuat siang ini menjadi semakin gerah. Kunyalakan shower bersuhu dingin dan mulai mengusapkan sabun cair beraroma madu pada tubuhku. Awalnya aku jijik mengapa Yoongi membelikan kami sabun beraroma madu, aku merasa lengket, dan lebih ingin menjilatinya. Tapi ini kan cuma aroma, sabun ya sabun, bukan madu.
"Sayang, buka pintunya", ucap Yoongi sambil mengetuk pintu kamar mandii. 
Aku spontan membukanya. Kami sama-sama terdiam. Kami memang sudah sering bercinta dan melihat tubuh telanjang satu sama lain, tapi untuk mandii bersama, belum sekalipun.
"Aku måυ͡ ikut", ucapnya datar seraya melangkahkan kaki masuk ke kamar mandii.
"Bajumu..", tanpa membuka ripped jeansnya, kaos putih, bahkan kemeja merah kotak kotaknya, Yoongi bergabung bersamaku di bawah guyuran shower.
"Sayang, bajumu..", aku sibuk berusaha melucuti pakaiannya. Sementara ternyata kekasihku ini sibuk mengusapkan tangannya pada pinggang dan dadaku yang masih licin karena sabun.
Aku pada akhirnya menyerah dan membiarkan dia menyerobot area guyuran showerku. Rambutnya yang pink kini jatuh basah menutupi sebagian mukanya. Kusingkap rambut itu dan tampaklah mata kecilnya kini berkilat seductive menatap tubuh telanjangku.
"Sayang, aku måυ͡ mandii..", ucapku sambil berusaha melepaskan diri sebelum Yoongi mengubah ritual mandii ini menjadi hal yang lain. Tapi meskipun tubuhnya kecil, tapi aku lebih kecil, dekapannya sangat kuat.
Yoongi menyandarkan tubuhku ke dinding dan mengangkat kaki kananku, menumpukannya pada bathtub di sebelah kami. Yoongi menyelipkan jari tengah tangan kirinya masuk ke dalam milikku, sementara tangan kanannya memutar kenop shower ke arah off.
"Ah! Yoongi, stop!", aku memekik ketika merasakan jarinya masuk.
"Stop?", di mengerling dan tersenyum tipis. Aku tersipu. Tentu saja bukan benar-benar stop kan. Kami baru måυ͡ mulai.
Yoongi basah kuyup, aku berusaha melepas kaos dan kemejanya. Yoongi membuatku sesekali mendesah saat dia mainkan jarinya dengan sesuatuku yang kecil dan dinding dindingku. Saat ku sudah berhasil membuatnya topless, aku berusaha mencium bibir tipisnya, tapi dia mengelak.
"Jangan cium", dia melarangku menciumnya untuk menggodaku. Ah, aku sangat tidak tahan atas tingkahnya.
Yoongi mempercepat gerakan keluar masuk jarinya dan memandangiku dengan kerling yang menggoda. Dia gigit bibir bawahnya dan mendekatkan bibirnya padaku namun setiap kali aku akan menciumnya, dia menjauh dan berseringai.
"Yoongi..", aku merengek.
Dia hanya tersenyum menggoda dan memasukkan 1 jari lagi padaku.
"Ah, sayang, stop..", aku berusaha menyingkirkan tanganya, tapi sia-sia.
Kini 2 jarinya di dalam diriku dengan gerakan keluar-masuk yang membuatku ingin menangis memohon dia menghentikannya dan mengganti bagian tubuhnya yang lain saja untuk melakukannya. Namun sia-sia, gerakannya semakin cepat, dan membuat tubuhku memanas dan menegang.
"Yoongi.. Stop, sayang, stop.. Ah.. Ah..", aku aku memuncak beberapa kali lalu jatuh lemas ke dalam pelukannya. Dikeluarkan kedua jarinya yang kini dilumuri cairan beningku.
Yoongi melepaskan celananya lalu kembali memelukku. Digigitinya leher dan telingaku. Aku berusaha meraih miliknya, namun dia menepis tanganku. 
"Hihihi", kekehnya di telingaku benar-benar membuatku gemas.
"Yoongi..!", aku mencubit perutnya dan merajuk.
"Aw.. Apa sih.. Kamu lucu kalau di, aku gemas", dia benar-benar mengerjaiku. Mukaku tersipu memerah.
"Ya! Yoongi..!".
"Hihihi.. Apa sih.. Yoongi, Yoongi, Yoongi.. Panggil aku MinPD".
"MinPD.. Ayo, lakukan sekarang", aku merajuk lagi.
Dia mundur duduk pada closet dan menarikku mendekat. Miliknya yang sudah tegak penuh membuatku sangat ingin membenamkaannya dalaam tubuhku. Aku singkap lagi rambut pinknya dari dahinya. Aku menciumnya, kini dia tidak menyelak, tapi hanya memberiku kecupan singkat.
"Ayo", ucapnya seraya memegangi juniornya mengarahkan masuk.
Aku duduk di pangkuannya, menghadap Yoongi, dan perlahan memasukkan miliknya.
"Uh.. Sayang..", ku melenguh di telinganya saat miliknya sudah berhasil masuk penuh ke dalam milikku. Kujilati leher dan belakang telinganya. Yoongi, mengelak dan menegakkan tubuhku, kedua tangannya memegangi pinggangku.
"Ayo sayang, ride me", katanya.
Kulakukan gerakan naik turun di atas tubuhnya. Kami berpandangan, sesekali dia mendesis pelan dan menggigit bibir bawahnya. 
Belasan menit kemudian, kurasakan cairan hangatnya memenuhi diriku. Aku terduduk lemas dalam dekapanku. Berangsur angsur miliknya kembali ke ukuran normal, namun tetap saja terasa penuh di dalamku.
"Sayang, kapan-kapan ayo lakukan ini di studio", ucapnya pelan.
"Hah..?Jangan.. Kan banyak teman-temanmu..", ucapku juga pelan tanpa memindahkan kepalaku dari lehernya.
"Ah, mereka sering latian dance kalau malam, lagipula, tidak ada yang berani masuk ke studioku..", kilahnya.
Aku tidak menyahut.
Yoongi meremas dadaku lembut.
"Kau måυ͡ sekali lagi sebelum aku kembali ke studio?", tanyanya.
Aku bangkit dan tersenyum padanya.
"Tapi janji dulu lain kali di studioku ya..", ucapnya sambil tersenyum lebar hingga gusinya terlihat.
"Di mana pun, asal denganmu, MinPD, aku måυ͡", aku mencium bibirnya sebelum kukendarai lagi tubuhnya.

Foreword

"Sana, sana, sana!", Yoongi mendorong tubuhku saat aku berusaha mendekat.

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet