A Thousand Years

A Thousand Years

Title                       : A Thousand Years

Scriptwriter             : redback97

Main Cast               :

  • Kim Sae Ron as Saeron                  (Actress)
  • Lee Tae Yong as Taeyong              (SM Rookies)

Support Cast            :

  • Nakamoto Yuta as Yuta                 (SM Rookies)

Genre                       : Romance, Sad

Duration                    : Oneshot

Rating                       : T

Summary             :

Mata kecilnya itu telah menangkap semua memori indah di kehidupannya. Mata kecilnya itu juga telah menyaksikan kejadian yang membuatnya harus berpisah. Mata kecilnya pula yang membuatnya merasakan kesakitan akibat mencintai seseorang. Akankah takdir rela memisahkannya dengan cinta yang masih membekas?

Disclaimer          :

Saeron, Taeyong, dan Yuta milik agensi dan orang tua. Saya hanya meminjam nama tanpa maksud menjatuhkan. OC milik author. Tempat milik negara yang bersangkutan dan sebagian hanyalah karangan author. Cerita sepenuhnya milik author. Poster by Aomi @HSG.

A Thousand Years

Author POV

Saeron memandang bunga mawar di tangannya sambil tersenyum. Di depannya, seorang pria yang 4 tahun lebih tua darinya sedang berdiri dan memandang Saeron penuh harapan. Satu jawaban yang terucap dari mulut Saeron akan menentukan nasib hubungan mereka berdua.

Saeron berdiri yakin, menatap manik mata pria itu dengan sungguh-sungguh. Terlihat raut wajah bingung di muka pria itu. Saeron men-jinjitkan kaki jejangnya, mengarahkan mulutnya mendekati telinga pria itu. Deburan nafas hangat Saeron menerpa telinga Taeyong, memberikan sensasi kedekatan yang berbeda di antara mereka berdua. Detakan jantung keduanya jelas sekali terdengar di tengah-tengah keadaan taman yang sepi. Saeron mulai membuka mulutnya, bersiap mengucapkan satu kata penentu segalanya.

Yes”.

Jawab Saeron singkat, kembali berdiri tegak seperti biasanya. Ekspresi Taeyong berubah, ia tersenyum dan mengepalkan tangannya senang. Kini status keduanya resmi berpacaran, tak ada satupun orang yang dapat memisahkan keduanya kecuali takdir.

Saeron teringat akan kata-kata Taeyong semalam, hari ini ia akan menjemputnya pukul empat sore. Sekarang sudah pukul dua siang, itu artinya dua jam lagi Taeyong akan datang. Saeron mempersiapkan dress birunya, dengan high heels senada dan aksesoris cantiknya yang sudah menunggu di depan kaca. Ia mengambil handuknya, memasuki kamar mandi untuk membasuh keringat yang sedari tadi menempel di tubuhnya.

Ia memutar tombol shower hangat yang berada di sebelah kirinya, menyesuaikan tingkat kepanasan yang ia butuhkan. Tangan kanannya memegang remote kecil pemutar lagu di kamar mandinya. Ia memilik lagu classic sebagai relaksasi pelepas kepenatannya. Berendam dan menggosok badannya sebersih mungkin, memastikan dirinya sudah tak tertempeli keringat bau yang akan merusak wangi parfumnya nanti.

Bunyi klakson mobil telah menyambut Saeron di depan rumah. Taeyong turun dengan kemeja putih berbalut tuxedo hitam dan sepatu hitam mengkilatnya. Ia tersenyum dan melambai ke arah Saeron yang tampil cantik dengan dress biru selutunya. Tangannya  menggandeng pelan tangan Saeron, menuntunnya ke arah mobil putih yang ia kemudikan. Ia membukakan pintu dan membiarkan tuan putri idamannya memasuki mobilnya.

Taeyong mengemudikan mobilnya dengan kecepatan kencang. Ia benar-benar harus mengejar waktu jarak tempuh yang harus ia tempuh selama tepat dua jam setengah sebelum acara dimulai. Ia harus mengendarai kendaraannya secepat mungkin menuju Busan. Di perjalanan menyenangkannya, ia bercanda ria dengan kekasih kesayangannya itu. Tangan kirinya memegang lembut tangan saeron di samping tempat duduknya, sedangkan tangan kanannya terfokus pada kemudi yang mulai goyah.

Sorot mobil yang datang dari arah lain menyilaukan pandangan mereka berdua. Saeron memegang erat tangan Taeyong, memejamkan matanya pasrah terhadap apa yang akan terjadi pada mereka berdua. Sedangkan Taeyong mulai merentangkan tangannya dan menghadap ke arah Saeron, memeluk Saeron erat untuk memberikan ketenangan pada kekasihnya. Sebuah mobil cepat dari arah lain menghantam bagian depan dan samping kiri mobil Taeyong.

Saeron POV

Aku mulai tersadar dari tidur nyenyak ku. Samar-samar terdengar suara eonnie yang sedang berteriak pada dokter, tertebak  jelas bahwa dia sedang mengkhawatirkanku. Aku merasakan sesuatu yang terasa sangat perih di berbagai bagian tubuhku. Aku juga merasa bahwa ada perban yang sedang membalut sesuatu yang perih itu di bagian wajahku. Di sampingku, sebuah mesin pendeteksi detak jantung berbunyi setiap saat. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku dan menggerakan tangan kananku yang masih terasa lemah. Dengan segala tenaga yang terkumpul, aku memanggil eonnieku pelan, “Eonnie”. Ia menengok cepat ke arahku, aku melihat sekumpulan air mata yang terjatuh dari mata manisnya. Di sisi lain aku mencari sosok Taeyong yang melindungiku, mungkin lukanya akan lebih parah dariku.

Berbulan-bulan sejak kecelakaan yang menimpa padaku dan Taeyong, aku belum melihat ataupun bertemu dengannya lagi. Berbagai cara sudah kulakukan untuk mencari keberadaannya, namun itu belum juga cukup untuk menemukannya sekarang.

“Saeron, bisakah kau membantuku?”.

Kudengar suara eonnie memanggilku dari arah dapur. Aku berlari cepat dan melompat ke arah eonnie ku itu, memeluknya dari belakang seperti seorang bocah memeluk bonekanya. Kini aku kembali dekat dan tinggal serumah dengannya, kejadian yang pernah menimpaku itu membekaskan kekhawatiran yang mendalam pada eonnie ku.

Ia memberikan secarik kertas padaku, tangan kanannya menyerahkan beberapa lembar won yang mungkin akan kugunakan untuk membeli bahan-bahan yang tertulis di kertas itu.

“Tolong bantu aku untuk membeli bahan-bahan itu. Beberapa hari ini aku sibuk sehingga tak sempat untuk berbelanja. Aku juga sudah meminta tolong pada Yuta untuk mengantarkanmu ke supermarket, dengan begitu aku tak akan khawatir lagi dengan keselamatanmu”.

Aku mencium lembut pipi eonnie ku itu sebelum melangkah. Langkahku pasti menuju arah pintu yang sudah membuka sedikit. Kulihat Yuta yang sudah menunggu di depan pintu dengan senyum manisnya. Kuayunkan tanganku pelan menuju wajahnya, kusapukan permukaan tanganku ke arah wajahnya yang membuatnya merubah ekspresinya. Ia terlihat sedikit kesal, namun itu tak membuatnya merubah keputusannya untuk mengantarku ke supermarket.

Aku melangkah pelan memasuki supermarket. Yuta telah membukakan pintu supermarket itu dengan cuma-cuma padaku. Kuambil keranjang supermarket dan mulai membuka kembali catatan pada secarik kertas yang telah di tanganku. Kulihat baris pertama barang yang telah tertulis, ‘roti tawar’. Aku melangkahkan kakiku menuju rak roti yang sudah berada di depanku, kuambil satu roti dengan tekstur ter-empuk yang aku tahu. Dibalik rak roti yang telah kosong itu, kulihat seorang pria yang sudah tak asing lagi bagiku. Di sampingnya berdiri seorang wanita yang jauh lebih cantik dibandingkan aku. Aku menahan rasa sakit yang sangat mendalam ini. Badanku serasa tak punya tenaga lagi, kakiku juga terasa tak punya tulang yang dapat memberinya kekuatan. Aku terjatuh tepat di depan rak roti dengan keranjang yang juga terbalik di tanganku. Yuta berlari di arahku, wajahnya terlihat khawatir melihat keadaanku saat ini. Pria yang kukenal bernama Taeyong itu juga menengok ke arahku, wajahnya terlihat heran memandangku. Kurasa ia telah mengalami lupa ingatan karena kecelakaan waktu itu.

Author POV

Wanita di samping Taeyong tersenyum mengejek ke arah Saeron. Wanita itu sebenarnya telah mengetahui siapa Saeron sebenarnya, semua memori yang berhasil ia abadikan dengan Taeyong jelas masih tersimpan di ponsel Taeyong yang masih terpakai saat ini.

“Nona, kau tidak apa-apa?” tanya Taeyong melihat ke arah Saeron.

Saeron hanya terdiam, ia berdiri dengan bantuan tangan Yuta yang mengangkatnya. Ia merapikan blouse kremnya dan kembali mengambil keranjang di tangan Yuta.

“Ya, aku tak apa. Terima kasih” jawab Saeron singkat.

Ia segera berjalan menjauh dari arah Taeyong, sedangkan Yuta memandang Taeyong dan kekasih barunya  dengan tatapan geram.

Saeron melanjutkan belanjanya, ia melihat setiap barang yang tertulis di kertas di tangannya itu dan segera mengambil barang yang dibutuhkan. Setelah beberapa saat ia berbelanja, akhirnya ia sampai pada barang yang terakhir. Ia menuju ke kasir untuk membayar barang-barang itu. Disitulah ia kembali bertemu dengan Taeyong, namun matanya sama sekali tak mau menengok ke arah mantan kekasihnya itu. Taeyong yang mulai merasa tak asing dengan Saeron mulai memandangnya terus menerus. Ia ingin sekali berbicara pada Saeron untuk menanyakan perasaan tak asingnya itu, namun sebuah tangan di lengannya  selalu mencegah  untuk mendekat ke arah Saeron.

“Saeron, apakah kau tak apa melihatnya dengan kekasih baru?” tanya Yuta.

“Aku tak apa Yuta, mungkin ia tak mengingatku karena kecelakaan itu. Aku memaklumi apa yang terjadi padanya karena waktu itu ia justru memelukku untuk melindungiku, jadi aku sudah merelakannya mendapatkan kembali cinta yang telah hilang. Walaupun itu membuatku menjadi terluka” jawab Saeron dengan setetes air yang terjatuh dari matanya.

-END-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet