Chapter 1

Take Shelter

Laki-laki itu berlari cepat, menghindari peluru yang terus saja mencoba menuju ke arahnya. Napasnya berderu cepat, debu dan keringat sudah melekat di seluruh tubuhnya. Pikirannya hanya satu, yaitu mencari tempat untuk sembunyi.

Orang-orang berpakaian hitam tersebut terus saja menembakan senapannya ke segala arah seolah-olah peluru di dalamnya tidak akan habis. Hongbin meringkuk di dalam sebuah lemari bekas yang berada di gang kecil setelah sempat mengecoh orang-orang tersebut.

Ia ingin menangis rasanya. Kota kelahirannya kini sudah hancur. Hampir semua rumah telah habis dibakar, hanya ada beberapa yang masih tersisa. Ia sudah tidak tahu kabar dan keberadaan keluarganya. Mereka terpisah ketika mencoba menyelamatkan diri.

Napasnya tercekat ketika lemari tempat persembunyiannya dibuka oleh seseorang. Matanya membulat ketika melihat seseorang yang membuka pintu tempat persembunyiannya itu.

Gadis berambut panjang itu sama kagetnya dengan Hongbin. Ia tidak tahu kalau ada orang yang sedang bersembunyi di dalam lemari itu.

“Oh maaf, aku tidak tahu kalau..” perkataan gadis itu terputus ketika suara tembakan mengagetkan keduanya.

“Cepat masuk!” Hongbin menarik tangan gadis itu untuk masuk ke dalam lemari dan bersembunyi bersamanya.

Mereka menghela napas lega ketika langkah kaki di luar sudah tidak terdengar. Hongbin mencoba keluar dari lemari setelah memastikan kalau keadaannya sudah cukup aman. Gadis itu pun mengikutinya.

Penampilan mereka tidak berbeda jauh. Baju yang sudah kumal dan wajah penuh debu. Jangan lupakan dengan kaki mereka yang tidak mengenakan alas.

“Kau..”

“Namaku Youngji. Salam kenal.” Gadis itu memperkenalkan namanya bahkan sebelum Hongbin memintanya.

“Aku…” Hongbin berpikir sebentar sebelum kemudian melanjutkan perkataannya. “Namaku Hongbin. Salam kenal.”

“Aku tidak menyangka akan bertemu dengan seseorang di sini. Aku pikir sudah tidak ada lagi orang yang tersisa di sini kecuali mereka yang berpakaian hitam.” Gadis berambut panjang itu berkata sambil duduk bersandar pada dinding.

“Yeah. Aku juga tidak menyangka akan bertemu seseorang. Aku bahkan sudah tidak tahu di mana dan bagaimana kabar keluargaku.” Senyum pahit tampak di wajah Hongbin ketika mendengarnya.

“Aku tidak mengerti mengapa orang-orang berjubah itu menyerang kota. Padahal kota miliknya jauh lebih baik. Apa yang diharapkan dari kota ini? Apa mereka ingin memperluas wilayah mereka? Dengan cara seperti ini? Orang-orang seperti itu pantas mati.” Hongbin akhirnya bisa menumpahkan sedikit kekesalannya. Walaupun gadis itu tidak membalas perkataannya sama sekali, tapi ia cukup puas.

Suara senapan yang dari tadi terus saja memenuhi telinga mereka kini sudah tidak lagi terdengar. Orang-orang berpakaian hitam itu akan berhenti melakukan aktivitas mereka di malam hari.

“Kita harus keluar dari kota ini.” Hongbin bersuara. Volume suaranya bisa dikatakan sangat pelan, namun Youngji dapat mendengarnya.

“Dengan berjalan kaki? Aku tidak pernah berpikir untuk keluar dari kota ini. Aku hanya berpikir untuk menghindar dan bersembunyi dari orang-orang itu.”

“Bagaimana kita bisa tetap hidup kalau masih berada di kota ini? Kita bisa mati tertembak.” Hongbin menatap Youngji yang juga menatapnya. Apa mereka bisa keluar dari kota ini? Mengingat ada banyak orang berpakaian hitam yang terus saja berkeliaran di seisi kota.

“Mungkin ini terlalu cepat mengingat kita baru saja berkenalan. Tapi aku ingin kita sama-sama menghadapi ini. Dua lebih kuat daripada satu bukan?” Youngji mengangguk, menyetujui perkataan Hongbin.

Tidak ada yang berbicara lagi setelah perkataan Hongbin barusan. Setelah memastikan tempat persembunyian mereka aman, mereka memutuskan untuk beristirahat.

 

***

 

Suara tembakan berhasil membangunkan Hongbin. Ia bangkit dan mengintip ke luar gang. Orang-orang berpakaian hitam itu sudah berpatroli layaknya polisi. Sesekali suara tembakan terdengar diikuti dengan teriakan seseorang. Hongbin meringis setiap kali mendengarnya.

Ia kembali ke tempat persembunyiannya dan mendapati Youngji sudah bangun. “Sudah mulai ya?” Hongbin mengerti maksud dari pertanyaan gadis itu. Ia mengangguk. “Jadi kapan kita mulai melakukan perjalanan kita? Aku pikir ajakanmu kemarin benar. Ayo kita keluar dari kota ini!”

Youngji menatap Hongbin seolah meyakinkan laki-laki itu kalau ia memang menyetujuinya. “Kita tunggu sampai keadaan di luar aman,” jawab Hongbin.

Sudah lumayan lama mereka masih berdiam di sana. Suara tembakan sudah tidak lagi terdengar. Ia bangkit dan mengintip ke luar. Orang-orang tersebut sudah tidak ada.

“Ayo kita keluar. Mereka sudah tidak ada.”

Mereka berdua keluar dari tempat persembunyian. Debu yang berterbangan dan lebat membuat penglihatan Hongbin terbatas. Sepanjang perjalanan, laki-laki itu terus menggandeng tangan Youngji. Takut apabila mereka terpisah.

Kadang mereka menemukan jasad orang-orang yang mati ditembak oleh orang-orang berpakaian hitam itu. Begitu mengenaskan.

Baru beberapa jam mereka berjalan, rasa lelah sudah datang. Hongbin melirik Youngji yang tampaknya tidak lelah sama sekali. “Hei, bisakah kita beristirahat dulu?” Pandangan Hongbin sudah berkunang-kunang. Ia bisa pingsan apabila tetap melanjutkan perjalanan.

“Kau lelah? Baiklah.” Youngji menyanggupi permintaannya. Mereka berdua masuk ke dalam sebuah toko yang sudah tidak berpenghuni. Kacanya sudah pecah jadi mereka bisa dengan mudah masuk ke dalam.

“Apa kau tidak lelah?” Hongbin bertanya dan hanya dijawab dengan gelengan kepala.

“Tidak. Aku terbiasa jalan jauh. Jadi ini tidak seberapa.” Youngji melanjutkan.

“Kau hebat juga.” Hongbin tertawa pelan.

 

***

 

Setelah dirasa istirahatnya cukup. Hongbin memutuskan untuk meneruskan perjalanan mereka. Setiap kali mereka mendengar bunyi tembakan, mereka bersembunyi dan ketika sudah tidak terdengar, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Begitu seterusnya sampai matahari hampir tenggelam.

Tiba-tiba suara tembakan mengejutkan mereka. Keduanya menoleh ke belakang dan melihat orang berpakaian hitam tersebut sedang mengacungkan senapannya ke arah mereka.

Hongbin langsung menarik tangan Youngji dan berlari secepat yang ia bisa. Beruntung Youngji bisa menyamai langkah Hongbin.

Suara tembakan terus saja terdengar. Hongbin menoleh ke belakang dan melihat orang itu masih mengejar mereka. Ia tidak menemukan tempat yang cukup aman untuk sembunyi. Semua bangunan hampir sebagiannya sudah hancur. Ia berbelok mencoba mengecoh orang itu.

Mata Hongbin akhirnya menemukan sebuah gang kecil di antara dua bangunan yang masih utuh. Mereka segera menuju ke sana.

Ternyata tidak hanya mereka yang bersembunyi di sana. Tetapi ada seseorang juga yang sedang bersembunyi di sana.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet