Chapter 2

I Found Myself Inside of You

Seminggu sudah berlalu sejak pertemuan pertamaku dengan anak itu, Chanyeol, dan selama seminggu itu pula kami menjadi semakin akbrab. Aku tak pernah menyangka bahwa pertemuan itu akan membawa kami kedalam hubungan pertemanan ini. Chanyeol datang kepadaku disaat yang tepat dan mewarnai hari-hariku dengan indah. Murid-murid lain di kelasku sering bertanya apakah benar bahwa aku dan Chanyeol hanya berteman dan tidak memiliki hubungan lebih? Mereka selalu menganggap bahwa perempuan dan laki-laki tidak bisa hanya terlibat hubungan pertemanan, pasti ada hal lebih diantara mereka. Entahlah, aku tidak tau dan sejujurnya aku tidak peduli, yang aku inginkan hanyalah seseorang yang dapat menemaniku, mengisi waktu bersama, mendengarkan segala cerita serta keluh kesahku juga seseorang yang dapat mengerti diriku, dan Chanyeol adalah orang yang tepat untuk itu. Ia selalu mendengarkan cerita-ceritaku mengenai kebingungan akan masa depanku, pergaulanku yang begitu sempit dan diriku yang aneh. Setiap setelah mendengarkan ia akan memberikan pendapatnya, menyemangati ataupun menasehatiku. Apapun ia lakukan hingga aku merasa lebih baik dan tidak ingin menyerah. Belakangan kuketahui bahwa ternyata Chanyeol ingin menjadi motivator, pantas saja ia selalu menyemangati ku untuk pantang menyerah. Ia membuatku begitu nyaman berada di dekatnya, sebagai seorang teman tentu saja.

“Hei, kau melamun lagi.”

Aku mendongakkan kepala lalu mendapati Chanyeol yang telah duduk disampingku, tersenyum memamerkan deretan giginya yang rapi.

“Menulis novel memang perlu banyak melamun ya?”

“Aku nggak melamun kok.” Titahku.

“Oh ya? Lalu kau sedang apa?”

“Hmmm… entahlah… berpikir?”

“Berpikir? Apa lagi yang kau pikirkan?” Ia kembali bertanya.

“Banyak... aku rasa ada yang salah dengan diriku. Terkadang, aku ingin menjadi seperti dirimu...”

“Seperti diriku? Tunggu dulu... apa kau merasa terkurung dalam tubuh yang salah? Maksudmu... kau ingin menjadi laki-laki?!”

“Kau gila Yeol.” Ujarku dengan datar. Sungguh, lelucon macam apa itu?

“Lalu kau kenapa?”

Aku mendesah perlahan.

"Yah, harus kukatakan aku cukup kagum padamu. Kau masih muda namun sudah bisa menentukan apa yang kau inginkan di masa depan, juga sudah bisa berguna bagi orang lain.”

“Terimakasih. Kuanggap itu pujian ya.”

“Terserah kau.” Aku berujar dengan malas. Chanyeol tersenyum lalu kembali bertanya, tampaknya ia mulai serius.

“Mengapa kau ingin menjadi sepertiku? Maksudku, apa yang membuatmu begitu mengagumi diriku? Jangan-jangan... kau menyukaiku ya?”

Baiklah, kutarik kembali kata-kataku. Chanyeol memang tidak bisa serius.

“Mimpi saja kau Yeol.”

“Hehehe...” Ia tertawa pelan. “Seo, aku mengerti maksudmu. Aku tau kau kesulitan menentukan apa yang kau inginkan di masa depan tapi bukankah kau bisa menjalani hidupmu dengan lebih santai? Jalanmu masih panjang Seo, seharusnya kau bisa menikmatinya dan bukannya murung setiap hari seperti sekarang. Seiring berjalannya waktu, kau pasti bisa menyadari apa yang sebenarnya kau inginkan dan dimana potensimu. Kau pasti bisa menemukan jati dirimu, kau hanya terlambat menyadarinya.”

Chanyeol menatapku dengan sangat intens, menunggu reaksiku atas ucapannya yang panjang lebar itu. Aku hanya bisa terdiam, antara bingung mencerna ucapannya itu dan kagum bagaimana dia menyusun kata-kata. Anak ini memang sungguh berbakat menjadi motivator.

Aku masih juga belum memberikan jawaban hingga bel tanda usainya istirahat berbunyi.

“Semangat Seo…” Chanyeol menepuk punggung tanganku sebelum bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan menuju kelasnya sendiri. Aku hanya memandangi punggungnya yang semakin menjauh.

Dan ya, kembali aku merasa hampa ditinggalkan olehnya. Menunggu hari esok untuk kembali bertemu dengannya. Chanyeol…

¤¤¤

“Teett! Teeett! Teeeett!”

Akhirnya bunyi yang kutunggu-tunggu pun terdengar. Baiklah, suaranya memang tidak terlalu enak tapi itulah bel istirahat. Mengapa aku begitu menyukai jam istirahat ini? Yah, walaupun tidak seperti anak-anak lain yang langsung berlari keluar kelas menuju ke kantin, aku tetap duduk manis di bangku ku. Tentu saja menunggu kedatangan seseorang. Siapa lagi kalau bukan Chanyeol. Ya, dialah yang membuat hatiku melonjak gembira saat mendengar bel istirahat berbunyi, karena kami akan menghabiskan waktu istirahat bersama-sama. Tak sabar sudah aku untuk memperdengarkan segala keluh-kesahku padanya.

Anganku pun melayang tinggi, membayangkan Chanyeol datang kepadaku dengan senyum lebarnya yang terukir dengan sempurna. Dirinya yang akan mendengarkan isi hatiku. Aku juga sudah begitu merindukan suaranya saat memanggil namaku... ah, sebenarnya ada apa dengan diriku ini? Bahkan belum sampai sehari aku berpisah dengan Chanyeol namun aku sudah begitu berhasrat untuk melihat dirinya, menghabiskan waktu bersama.

Kufokuskan pandanganku kearah pintu, memerhatikan setiap orang yang masuk melewatinya, namun tak kunjung kutemukan seseorang yang tengah ku nanti. Kemana Chanyeol? Mengapa ia tak menemuiku hari ini? Pandanganku beralih kearah jam dinding. Pukul 09.47. Istirahat akan berakhir sebentar lagi. Apakah Chanyeol memang tak berniat datang hari ini? Apakah ia sudah bosan mendengarkan keluh-kesahku? Disaat aku berpikir bahwa aku telah menemukan seorang sahabat seperti dirinya, ia malah meninggalkanku?

Oke cukup. Aku tak mau berburuk sangka terlebih dahulu. Sepertinya aku harus mencari tahu keberadaan Chanyeol terlebih dahulu. Mungkin saja ia sedang ada urusan sehingga tidak bisa menemuiku. Aku rasa tidak ada salahnya jika sekali-sekali aku yang datang untuk menemuinya bukankah begitu?

Dengan pemikiran itulah akhirnya aku berjalan menuju kelasnya, kelas 9D. Baru sebentar saja setelah aku berada di lingkungan kelasnya, aku mulai merasa tidak nyaman. Aku tidak mengenal siapa-siapa disini, juga anak-anak lain yang tengah menatapku layaknya aku seorang murid baru. Ya, mereka pasti belum pernah melihatku juga.

“Seohyun-ssi?”

Aku mendapati bahuku ditepuk oleh seseorang. Perlahan aku membalikan badan, menatap orang itu dengan hati-hati.

“Y... ya...?”

Ia tersenyum.

“Kau pasti datang mencari kekasihmu ya?”

“Hah? Kekasih?”

“Maksudku, Chanyeol...”

“Ah, iya...” Aku menangguk dengan cepat. Bagaimana dia bisa mengetahui bahwa aku memang tengah mencari Chanyeol?

“Sudah kuduga kau akan mencarinya jika ia tak dapat datang hari ini.”

Aku mengerutkan kening. Ada apa memangnya?

“Seohyun-ssi, kau tak akan menemukan Chanyeol disini, ia berada di UKS sekarang.”

“UKS? Mengapa? Ia sakit?”

Gadis itu hanya menaikkan bahunya.

“Aku tidak tahu. Tiba-tiba saja ia pingsan.”

Aku menangguk dan segera mengubah arah tujuanku, yaitu ke UKS.

“Terimakasih atas informasinya ya.” Ujarku sebelum meninggalkan gadis itu. Aku mempercepat langkahku, khawatir akan kondisi Chanyeol.

Didepan jendela UKS, aku berjinjit kecil. Benar saja, disana aku melihat Chanyeol tengah berbaring tak berdaya. Segera kuputuskan untuk masuk dan menanyakan keadaannya.

“Apa yang terjadi padanya?”

“Ia pingsan saat pelajaran olahraga tadi pagi.” Perawat itu menatapku sebentar. “Apakah kau memiliki nomor telepon orangtuanya? Aku rasa harus memberitahukan hal ini kepada mereka. Anak ini belum menyadarkan diri sedari tadi.”

Aku menggeleng tanda tidak tahu seraya memerhatikan wajah Chanyeol. Ia pucat sekali. Aku takut jika ternyata ia sudah tidak ada di dunia ini lagi. Namun melihat perutnya yang masih bergerak naik turun membuat hatiku sedikit lebih lega.

“Kau pasti khawatir sekali ya, hingga datang kesini.”

Aku mengangguk.

“Tenang saja nak. Kekasihmu baik-baik saja. Aku rasa ia hanya tidak sarapan dengan baik di rumah sehingga kondisinya menurun seperti ini.”

“Hah? Kekasih?”

“Ya. Kamu Seohyun kan? Bukankah kau berpacaran dengan pemuda ini?”

“Tidak kok. Kami hanya berteman.”

Perawat itu hanya tersenyum.

“Tidak usah malu-malu. Chanyeol sendiri kok yang mengatakannya tadi. Ia mengigau memanggil namamu. Aku sudah menyangka bahwa kau akan datang mencarinya kesini.”

Aku menatap perawat itu bingung. Tetap kukuh pada pendirianku bahwa kami hanya berteman.

“Hei, sebaiknya kau masuk kelas sekarang. Sebentar lagi masukkan. Chanyeol baik-baik saja, aku yakin ia akan sadar sebentar lagi.”

Aku hanya menangguk lalu kembali berjalan kearah kelasku. Pikiranku berputar-putar. Mengapa semua orang tiba-tiba menyangka bahwa aku kekasih Chanyeol?

¤¤¤

“Teett! Teeett! Teeeett!”

Akhirnya bunyi yang kutunggu-tunggu pun terdengar. Walaupun suaranya tidak terlalu bagus tetapi aku tetap menyukainya. Mengapa? Karena itu menandakan bahwa kami telah memasuki waktu istirahat dan hanya pada jam inilah aku dapat bertemu dengan seseorang yang selalu aku rindukan.

Baiklah. Hari ini, kejadiannya persis sama. Seperti pernah terjadi sebelumnya atau mungkin kata lainnya, -Deja vu

Dimulai dari aku yang duduk sendirian, menunggu Chanyeol untuk menemuiku, memandang kearah pintu dan memerhatikan setiap orang yang masuk melewatinya. Semuanya sama persis.

Yang berbeda hari ini hanyalah bahwa aku melihat tubuh jangkung lelaki itu diantara keramaian. Aku tak perlu menunggunya untuk menghampiriku, segera aku bangkit dari tempat dudukku lalu berlari kearahnya. Ia kembali menyunggingkan senyum indahnya itu. Aku langsung menyadari betapa aku merindukannya.

“Sepertinya kau bahagia sekali melihatku…” Tangannya menahan tubuhku yang semakin mendekatinya. Membawaku masuk dalam pelukan yang singkat namun begitu terasa kehangatannya.

“Apa kau tak tahu bahwa banyak sekali yang ingin ku ceritakan padamu, tapi kau tidak menemuiku kemarin Yeol-ah...”

“Maaf Seohyun-ah, aku tak bermaksud untuk…”

“Aku tahu…” Ujarku menenangkannya. Kembali terbayang wajah Chanyeol saat pingsan kemarin. Ia tampak mengerikan, seperti mayat. Pucat sekali.

Dan aku baru sekarang aku menyadari bahwa wajahnya kini masih pucat seperti kemarin. Ia terlihat seperti mayat hidup.

“Chanyeol-ah, kau baik-baik saja bukan?”

“Tentu. Mengapa?”

Aku menunjuk wajahnya.

“Kau terlihat pucat sekali. Apa kau sakit? Tidakkah sebaiknya kita duduk dulu?

"Seohyun-ah, aku baik-baik saja. Mengapa kau begitu mengkhawatirkanku?”

“Tak ingatkah kau pingsan kemarin? Bagaimana tidak aku khawatir.”

“Aku hanya pingsan karena kelelahan Seo. Tidak ada alasan untukmu mengkhawatirkanku.” Chanyeol terlihat tenang namun entah mengapa suaranya bergetar.

Aku masih ingin membantah ucapannya. Ingin kukatakan bahwa aku tahu jika ia menyembunyikan sesuatu. Aku tahu jika ada sesuatu pada dirinya yang patut ku khawatirkan, tetapi mengapa ia tak mau mengatakannya padaku?

“Hei, apa kau tak ingin jalan-jalan? Aku sedikit bosan berdiri disini.”

“Baiklah...” Aku menatap kedua matanya yang teduh. Masih terlihat jelas olehku wajahnya yang seakan tak diarliri darah sedikit pun, dan sepertinya pemikiranku itu memang benar jika dilihat dari bibirnya yang sedikit membiru. Ia menarik tanganku untuk mengikuti langkahnya. Dingin. Itulah yang kurasakan ketika kulit kami bersentuhan. Tak ada kehangatan pada tangannya. Aku merinding, satu-satunya hal yang terlintas dalam benakku saat merasakan suhu tubuhnya adalah : mayat.

“Melamun lagi ya?” Chanyeol mengeratkan tautan jemarinya pada tanganku. “Untung saja aku menggandengmu seperti ini, kau bisa terjatuh jika aku melepaskanmu saat kau melamun.”

Aku hanya menatap dirinya, memerhatikan senyuman yang membuat jantungku berdebar lebih kencang. Lalu kembali menundukkan wajahku, tidak tega melihat Chanyeol yang seakan kesakitan.

“Seo...”

“Hmmm...?”

“Seohyun-ah...” Chanyeol terlihat gelisah.

“Ya?”

“Ehh... tidak...” Suaranya nyaris tak terdengar, bagaikan berbisik.

“Ada apa denganmu Yeol-ah?”

Chanyeol tidak menjawab, ia hanya menundukkan kepalanya. Hal itu dengan jelas menunjukkan bahwa ia tengah menyembunyikan sesuatu.

“Kau ini kenapa sih Yeol?!” Volume suaraku sedikit menaik. Aku kesal karena ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya sedari tadi seakan ia baik-baik saja.

“Chanyeol kumohon... jika ada sesuatu katakanlah Yeol!” Tanpa sadar aku mengguncang-guncangkan tubuhnya namun gerakanku terhenti seketika saat aku merasakan tanganku basah oleh cairan kental dan berwarna merah.

“Chanyeol! Kau mimisan!” Aku berteriak. Sontak beberapa siswa mengerumuni kami. Aku tak pernah melihat darah sebanyak itu. Hampir seluruh bagian depan baju Chanyeol terkena lumuran darah yang mengucur deras dari hidungnya. Tubuhnya mulai terhuyung-huyung, kehilangan keseimbangannya sebelum akhirnya ia jatuh pingsan. Wajahnya yang semula pucat pasi kini terlihat kebiruan. Mataku berair, ketakutan pun menjalari hatiku. Semoga Chanyeol akan baik-baik saja, aku tak sanggup untuk kehilangan dirinya!

Perawat UKS mencoba untuk menghentikan pendarahannya. Samar-samar terdengar suara sirene ambulans. Kemudian tubuh lelaki itu mulai digotong dengan tandu. Aku tahu ada sesuatu yang sangat salah telah terjadi pada Chanyeol dan ia menyembunyikannya!

To Be Continued

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet