Epilogue

Just One Day

October 17, 2014

                Konser pertama BTS “The Red Bullet” yang berlangsung di AX-Korea berjalan sangat sukses. Penampilan mereka memuaskan setiap yang menonton. Atasan-atasan mereka di Big Hit Entertainment pun melontarkan berjuta pujian bagi mereka.

                Ketujuh lelaki muda itu sampai di backstage dengan muka memerah karena lelah, napas terengah, dan keringat yang seperti tak henti-hentinya bercucuran dari pori-pori kulit mereka. Sebagian dari mereka ada yang sempat mengambil beberapa selfie untuk di post ke akun SNS mereka, ada pula yang menonton kembali perform mereka selama konser, dan ada pula yang merebahkan diri di lantai atau di sofa—tidak memiliki cukup tenaga untuk melakukan apapun.

                Suara ketukan pelan di tengah-tengah hiruk-pikuk backstage datang dari arah pintu. Beberapa dari staff menoleh, lalu ada satu diantara mereka yang refleks menghampiri orang yang baru saja datang. Setelah berbicara singkat dengan orang di depan pintu itu, staff tersebut membalikkan badan. Matanya mencari sosok orang yang dicari oleh orang itu.

                “Jimin!”

                Jimin yang sedang memaksa Jungkook untuk berfoto dengannya langsung menoleh. “Apa noona?”

                “Kemarilah!”

                Jimin pun berdiri dan berjalan gontai kearah pintu. “Ada apa noon—“ Jimin menahan napasnya ketika melihat siapa yang datang mencarinya.

                “Hai, oppa!”

                Suara nyaring seorang gadis dari arah pintu membuat seluruh member BTS menghentikan aktivitasnya. Satu per satu diantara mereka menghampiri Jimin dan mereka memberikan reaksi yang sama ketika melihat orang di depan pintu.

                “Ra—rachel, kau—“ Jimin menggigit bibirnya. Ia tidak tahu apa reaksi yang harus ia berikan saat itu. Senang? Ya, karena gadis-yang-akan-menjadi-istrinya-kelak kini ada di hadapannya. Kaget? Ya, karena ia tidak menyangka Rachel benar-benar akan datang. Malu? Ya, karena ia sama sekali belum pernah menceritakan soal Rachel—dan perjodohan mereka—pada member grupnya.

                “Uhm, Jimin,” suara Namjoon membuat Jimin menoleh. “Mengapa kau tidak memperkenalkan nona cantik ini pada kami?”

                Kata-kata Namjoon seperti memberi inspirasi pada Jimin untuk segera memperkenalkan Rachel. Tanpa ancang-ancang ia pun merangkul pundak Rachel dengan mesra. “Guys, ini Rachel. Rachel Lee,” Jimin menempelkan ujung hidungnya pada rambut hitam gadis di rangkulannya sebelum meneruskan, “calon istriku.”

                Suara teriakan yang tertahan dari keenam member BTS nyaris menjadi pusat perhatian di tengah para staff dan petugas kebersihan yang sedang membereskan peralatan konser. Satu per satu dari mereka melontarkan pertanyaan-pertanyaan tak percaya. Tak percaya kalau gadis secantik Rachel akan menjadi calon istri dari teman mereka.

                “Yoongi-ssi­!”

                Yoongi keluar dari kerumunan membernya ketika mendengar seseorang memanggilnya. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari sumber suara yang memanggilnya. Matanya berhenti di pintu masuk menuju backstage. Sesosok wanita yang—tanpa disadarinya—ia rindukan dan ia cemaskan akhir-akhir ini. Ia pun berlari menghampiri wanita yang kini berwajah lebih segar dibandingkan terakhir kali Suga melihatnya.

                “H-Hey,” sapa Yoongi canggung. “Kau datang.”

                Gadis itu tertawa pelan. “Aku menyempatkan diri untuk kemari, tapi aku tidak bisa lama-lama.”

                Sebersit kekecewaan tampak di wajah Yoongi. “Mengapa?”

                “Aku harus segera kembali ke Canada,” jawab gadis itu. Ia lalu mengeluarkan sebuah kartu dan memberikannya pada Yoongi. Setelah membungkuk sekali, gadis itu pun meninggalkan tempat itu.

                Yoongi yang belum bisa meninggalkan tempat itu, hanya bisa melambaikan tangannya ketika sosok gadis itu menghilang dari pandangannya. Ia lalu membuka telapak tangan yang tadi menerima sesuatu dari gadis itu.

                Sebuah kartu nama. Yoongi tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Gadis itu ternyata sadar kalau ia belum memberitahu Yoongi namanya. Yoongi pun membalikkan kartu nama itu tanpa sengaja. Matanya membulat ketika membaca coretan kecil di sana.

                “Hubungi aku segera setelah menerima kartu ini, Yoongi-ssi.”

                Yoongi mengerutkan keningnya. Sejak kapan gadis itu tahu nama aslinya? Apakah di salah satu VCR konser tadi tercantum nama aslinya? Atau jangan-jangan... Yoongi tiba-tiba menertawakan dirinya sendiri karena membayangkan gadis itu mencari tahu informasi tentang dirinya di internet. Mana mungkin gadis sesibuk dirinya ada waktu untuk mencari informasi tentang Yoongi?

                “Hey,” suara Namjoon menghentikan tawa Yoongi. “Hyung tertawa dengan siapa?”

                “O-oh tadi,” Yoongi segera memasukkan kartu nama gadis itu ke dalam kantungnya. “tadi ada temanku datang.”

                “Temanmu yang menikah itu?” tanya Namjoon lagi. Yoongi menggeleng. Baru saja Namjoon akan melontarkan pertanyaannya, seseorang menyentuh pundaknya.

                “Ada ap—Millie!” Namjoon nyaris memekik senang ketika ia membalikkan badannya. “Kau datang? Anakmu mana?”

                Millie tertawa. “Aku menitipkannya pada orangtuaku. Kau harus terharu karena aku rela meninggalkan anakku demi melihatmu, Namjoon.” Candanya. Tiba-tiba dari belakang Millie muncul sesosok lelaki yang langsung merangkul pundak Millie. “Oh Namjoon, perkenalkan, ini suamiku.”

                Berkaca dari pengalamannya beberapa hari yang lalu, Namjoon tidak terlalu senang ketika melihat Millie. Hal tersebut membuat hatinya tidak terlalu berat ketika harus berhadapan dengan suami Millie. Namjoon pun membungkukkan badan dan dibalas dengan bungkukkan dari suami Millie. Ketika Namjoon menegakkan badannya, matanya menangkap sepasang paruh baya yang baru saja masuk dan menghampiri Taehyung.

                Taehyung membungkukkan badannya 90 derajat ketika berhadapan dengan orang tua Nora. “Eomonim, Abeonim, terimakasih sudah datang.”

                “Penampilan grupmu tadi sangat luar biasa, Taehyung. Kami rasanya seperti orang tua yang bangga saat melihatmu di atas panggung secara langsung.” Puji Ayah Nora yang diikuti dengan tepukan lembut dari istrinya.

                Taehyung tertawa malu dan mengatakan bahwa ia tidak sebagus itu. Tadinya, ia akan menahan diri agar tidak langsung bertanya tentang Nora. Namun ketika matanya tidak menemukan sosok Nora yang muncul di sekitarnya, ia tidak bisa menahan dirinya lagi.

                “Eomonim, bagaimana keadaan Nora?”

                Ibu Nora tersenyum dan tidak menjawab pertanyaan Taehyung. Ia lalu memberi Taehyung sebuah amplop berwarna biru langit dari dalam tasnya. “Ini untukmu.”

                Ekspresi kebingungan tampak di wajah Taehyung ketika ia menerima amplop tersebut. Jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat ketika ia membuka amplop tersebut secara perlahan. Di dalam hatinya, Taehyung terus berharap bahwa detakan jantungnya bukanlah pertanda yang buruk.

                Untuk Kim Taehyung.

                Aku mungkin tidak pandai dalam merangkai kata-kata untuk menulis sebuah surat romantis. Tapi tunggu dulu, kau jangan dulu berekspektasi bahwa ini adalah surat cinta dan di paragraf terakhir aku akan melamarmu! :P

                Taehyung tertawa pelan sebelum kembali membaca surat dari amplop di tangannya.

Aku hanya ingin berterimakasih padamu. Terimakasih untuk segalanya, ya. Aku tidak bisa menyebutkan satu per satu hal yang kau lakukan untukku—karena itu banyaaak sekali—tapi aku merasa bahwa aku jarang mengucakan kata terimakasih padamu. Maafkan aku, Taehyung! T_T

Intinya, terimakasih telah menjadi bagian penting dalam hidupku. Terimakasih telah mengizinkanku untuk mengenalmu. Terimakasih karena telah memberikanku sesuatu yang tidak pernah kusangka akan kudapatkan, kasih sayangmu.

Ketika kau membaca surat ini, aku sudah berada di tempat yang lebih baik sekarang. Penyakitku sudah hilang dari tubuhku, sehingga kau tidak perlu mengkhawatirkanku lagi, Taehyung! Hehe

Tetap jalani hidupmu dengan bahagia ya Taehyung. Meskipun aku sudah tidak bisa berada di dekatmu lagi dan mendengarkan ceritamu, tapi aku akan mengawasimu dari tempat yang tidak akan kau sadari~~~ Makanlah yang banyak, jangan terlalu sering tidur di dini hari, dan berhentilah untuk menyalahkan diri sendiri ketika kau kesulitan dalam menyanyikan lagu atau menari. Kau itu berbakat, Taehyung. Ingat itu!

Oh ya, satu lagi. Aku harap kau menjadi penyemangat hidup bagi orang lain. Di rumah sakit tempatku dirawat, masih banyak pasien yang membutuhkan orang sepertimu, Tae.

Mungkin ini yang bisa aku tuliskan disini. Tanganku sudah pegal sekali huhu.. Kau tidak perlu repot-repot menuliskan balasannya, ya. Cukup simpan surat ini baik-baik dan jangan lupakan aku. Hahaha

Apakah aku pernah mengatakan ini sebelumnya? Aku harap aku sudah pernah mengatakannya, karena jika tidak, aku akan sangat menyesal huhu

Saranghaeyo, Kim Taehyung.

 

Nora Yoo

                Taehyung langsung terduduk di tempatnya berdiri. Kakinya terlalu lemas untuk menopang tubuhnya sendiri. Ia merasa pandangannya kabur dan bumi berputar dengan sangat cepat, seakan-akan surat di tangannya tidak cukup untuk mengguncangkan dirinya. Bibirnya menyebut nama Nora dengan lirih. Samar-samar ia mendengar suara orang-orang di sekitarnya yang langsung mengerubuninya. Beberapa orang muncul di depannya dan memeluk tubuhnya.

                “Maafkan kami, Taehyung.” Suara Ayah Nora terdengar di tengah-tengah ketidaksadaran Taehyung. “Nora berpesan sebelum menjalani operasi terakhirnya, bahwa kami tidak boleh memberi tahumu hasil operasinya sebelum konser berlangsung.”

                Kata-kata dari Ayah Nora hanya membuat Taehyung semakin tak karuan. Suaranya semakin serak ketika ia memanggil nama Nora di tengah-tengah isak tangisnya. Tubuhnya lemas. Ia tak yakin bisa kembali berdiri setelah separuh jiwanya pergi.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Yeay! Finally i completed this story! /? 

Anyone here have a question like "Where is Jhope day? Jungkook day? Jin day?"

Well, at first i really want to post their chapter in this story, but unfortunately, school and other hectic activities of mine (?) had distracted me from finishing this story. So, i decided to end this story without J-hope, Jin, and Jungkook day. *bow*

 

I wanna say thanks to everyone who click this story, read the description&forewords, subscribe, and put their though about this story in the comments box.

I want to say my special thanks to keyhobbs ! Your comments always give me strength to continue this story. <3

Also, don't forget to support BTS because their comeback is almost here! Yay! 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
dilxmyg
#1
Actually, bts always give us an inspiration to make a story :v
jadi, ini songfic yaa??
keyhobbs
#2
Chapter 6: yah...kok udah epilogue aja?padahal aku masih nunggu2 buat chap nya jin,jhope sama jungkook:( tapi gak apa-apa lah ya...mungkin d lain waktu author bisa nambahin chapternya d sni..hihi #ngarep well,sejauh ini good job for you authornim, ^^ semoga tetap semangat bwt nulis fanfic yg lainnya hehe... Oh iya, d chap ini kasihan ya si taehyung, mungkin dia satu2nya yg menangis d sini, nora jahat sih ninggalin taehyung:( sini taehyung biar sama aku aja hihi..
keyhobbs
#3
Chapter 5: whahaha kasian si rapmon, baru mau mulai lg eh..si dianya udah d ambil orang :D eh aku jahat bnget ya malah ngetawain dia hihi, sini rapmon sama aku aja, nice one authornim! D tunggu chap selanjutnya...
keyhobbs
#4
Chapter 4: haduh....V yang sabar ya :( semoga Nora cepet sembuh and bisa nntn konsernya V :)
keyhobbs
#5
Chapter 3: akhem suga ada-ada aja yah.. Oh ya penasaran sama yeoja itu,klo gk salah d sini gk d sebutin namanya yah?
keyhobbs
#6
Chapter 2: wah wah wah itu cowoknya rachel minta d gampar tuh!-_- oh ya,nama rachel itu ngingetin aku sama the heirs deh hehe...^^ d tunggu update nya ya authornim,fighting!
ChoSaku_ #7
Chapter 2: Aduh laknat/? Wks update ya authorrrr~ hwaitinggg! (Asalnya pas chapter satu aku udah mau komen,eh internet nya mati :"3/?)
keyhobbs
#8
Chapter 1: wah....namjoon oppa gak punya rencana apa-apa? Main sama aku aja yuk!^^
hyenatuan #9
Chapter 1: Baru nemu nih, bagus awalnya! Lanjutin yaa.. sebenernya nungguin seokjin sih hehe :)