I'M SORRY

Please Subscribe to read further chapters

Description

Cast :

CL (2NE1)
and
TOP (BIGBANG)

 
 

Foreword

HAPPY READING !! :3

Pria itu duduk sambil melipat tangannya. Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Punggungnya ia sandarkan pada tembok sambil mengehmbuskan nafas panjang. Sambil berpikir dalam-dalam apa yang harus dikatakannya kelak. Sebenarnya ia tak perlu bersusah payah berpikir, namun dalam situasi seperti ini sulit baginya untuk berbicara apalagi terhadap gadis itu.

 

“Tuan Choi…” panggil seorang wanita berseragam. Wajah dinginnya membuat ia –Choi Seung Hyun- menegang.

 

“Anda bisa menemui nona Lee sekarang. Tetapi, Tuan harus ingat Anda hanya memiliki waktu 20 menit. Gunakan waktu itu dengan baik.” Kata wanita itu.

 

“Terimakasih.” Seung Hyun langsung berdiri lalu membungkukan badannya ketika wanita itu melangkah meninggalkannya. Seung Hyun melirik sejenak lalu berjalan ke suatu ruangan yang tak jauh dari tempatnya menunggu. Nafasnya semakin berat ketika Seung Hyun sudah berjaraka beberapa senti dari pintu ruangan itu. Seketika kepalanya berdenyut. Sudahlah, ia hanya harus menemuinya lagipula memang itu keinginnanya. Ia ingin berbicara setelah sekian minggu berlalu sejak peristiwa mengenaskan terjadi.

 

Tangan Seung Hyun bergerak menuju gagang pintu yang berwarna perak itu. Entah karena melihat warna yang dibencinya atau sesuatu yang lain membuat ia masih belum berani memutar gagang pintunya. Ia menutup mata sejenak, berharap ia berhasil memotivasi dirinya hanya untuk sekedar membuka pintu. Yap. Sekarang Seung Hyun sudah siap.

 

Seung Hyun memutar gagangnya. Belum sampai pintu terbuka sepenuhnya, hatinya terasa sangat sakit. Perasaan iba dan sedih begitu menyayat hatinya. Gadis itu – Lee Chae Rin – duduk di kursi sambil menatap kosong. Kedua tangannya yang terbogol besi tergeletak di meja seolah-olah terbesit bahwa ia telah melakukan kesalahan yang besar. Wajah Chae Rin terlihat pucat, tidak secerah yang dulu lagi. Seorang penjaga berseragam berdiri dengan tegap berdiri dibelakangnya.

 

“Halo.” Sapa Seung Hyun seramah mungkin. Namun, Chae Rin tidak menggubris salamnya ataupun menatapnya sebentar.

 

“Chae Rin..” panggil Seung Hyun sambil menarik kuris lalu duduk di kursi yang terletak berseberangan dengan Chae Rin. Tapi tetap saja Chae Rin tidak merespon.

 

“Apa kabar? Ah iya, aku membawakan sesuatu untukmu.” Ia mengambil sebuah buku kecil dari jasnya lalu meletakannya di lubang kaca agak besar didepannya. “Ini milikmu.” Akhirnya Chae Rin melirik buku kecil miliknya yang bertuliskan ‘Diary Chae Rin’. Membuatnya teringat akan masa-masa yang berkesan bagi Chae Rin.

 

“Pergilah…” gumam Chae Rin.

 

“Hmm?”

 

“Pergilah.” Chae Rin menatap Seung Hyun tajam. “Tak ada gunanya oppa disini.”

 

“Dengar-“

 

“Cukup!” Pekik Chae Rin. Seung Hyun terhenyak. Ia belum pernah mendengar Chae Rin membentaknya seperti itu. Gadis yang selalu tersenyum dan ramah kini berubah.

“Aku… Aku jahat, oppa. Oppa sendiri sudah tahu apa yang terjadi. Pergilah!” Chae Rin berusaha menahan kegetiran hatinya. “Kalau saja wanita jalang itu tidak memancingku, aku tidak perlu mengotori tanganku.” Chae Rin tersenyum sinis. Pikirannya membayangkan peristiwa itu. Disaat sakit hatinya tidak tertahankan dan melihat wajah kekasihnya –dulu- dan sahabatnya yang mengkhianatinya meregang nyawa. Tapi bagi Chae Rin, lebih baik berakhir seperti itu.

 

“Aku tahu itu. Aku akan membantumu meringankan vonismu-”

 

“Membantu?” Chae Rin berbicara sebelem Seung Hyun menyelesaikan kalimatnya. “Aku telah membunuh teman-temanmu dan Oppa masih mau membantuku?” kata-kata Chae Rim kembali menyayat hati Seung Hyun.

 

“Oppa sudah melihat jasad mereka dan Oppa masih mau membantuku?” Chae Rin mengigit bibir bawahnya gemas. Ia tak habis pikir mendengar Seung Hyun akan membelanya. Seung Hyun –sahabatnya- masih berbaik hati  padanya dengan menyewa pengacara untuk membantunya terhindar dari vonis yang dianggap Chae Rin memuaskan, hukuman mati.

 

“ Aku memang kehilangan teman-temanku, Ji Yong dan Sandara. Tapi…” Seung Hyun kembali membuka suara dan menatap Chae Rin lembut. “ Tetapi, aku juga tidak mau kehilangan kau juga.”

 

!, rutuk batin Chae Rin. Ia frustasi dengan pengkhianatan cintanya dan sekarang rasa frustasi itu kembali muncul mendengar pernyataan bodoh sahabatnya yang berhasil menusuk batinnya. Tak terasa air matanya menetes. Menyadari itu, Ia langsung menutup wajahnya dengan tangan terbogol itu, sambil berusaha untuk tidak menangis didepannya. Namun, sekuat apapun usahanya, Chae Rin tidak bisa menahan isakkannya.

 

“Chae Rin…” Seung Hyun menatap Chae Rin iba. “Jangan menangis…”

 

Andai saja penghalang berupa meja dan kaca tebal yang membatasi mereka tidak ada, Seung Hyun bisa memeluknya.

 

“Kenapa…Kenapa Oppa melakukan ini?” Tanya Chae Rin.

Seung Hyun mendesah. “Aku tidak akan membiarkanmu divonis mati, Chae Rin.”

 

“Biarkan aku mati ! Walaupun dia mati karenaku, aku bisa menemuinya lagi di tempat dia berada!” Chae Rin berteriak. Sial… Chae Rin sudah terlihat seperti monster didepan Seung Hyun. “ Kau tidak tahu seperti apa rasanya. Jangan ikut campur!”

 

Chae Rin mengusap air mata yang sedari tadi membasahi pipinya. Ia tidak ingin terus menangis, setidaknya ia harus bisa memaksa Seung Hyun untuk menarik kembali pengacara keparat itu. Ia tidak butuh pengacara ! Tidak ingin pembelaan dari sahabatnya. Ia hanya ingin bisa bertemu dengan Ji Yong di alam sana walaupun sudah berbentuk iblis sekalipun. Walaupun pernah menyesal Ji Yong ikutan terbunuh, tapi jika itu bisa memisahkannya dari Sandara, ia akan melakukannya. Heh… Cintanya kepada Ji Yong membuat Chae Rin hampir kehilangan kewarasannya.

 

“Aku sudah gila melakukan ini, oppa. Sudah seharusnya aku menerima ini. Oppa tidak perlu bersusah payah. Pulanglah. Kembali ke kehidupanmu!” Chae Rin beranjak dari kursinya, hendak meninggalkan Seung Hyun. Ia sudah puas berbicara dengan si bodoh itu. Tak perduli apakah kedengarannya ngawur atau apalah, yang penting ia ingin Seung Hyun mengetahui maksudnya.

 

“Chae Rin ! Aku juga gila karena menyukaimu !” Chae Rin menghentikan langkahnya. Seung Hyun mulai terpancing emosi. Sebenarnya Seung Hyun menyukai Chae Rin namun ia tidak pernah punya kesempatan untuk mendekatinya karena Chae Rin hanya peduli pada Ji Yong saja. “Terserah kau akan membenciku atau tidak, aku tidak akan membiarkanmu mati.”

 

Seung Hyun beranjak dari kursinya lalu pergi meninggalkan Chae Rin yang masih terdiam kaku. Sebelum pintu benar-benar tertutup, masih sempat Seung Hyun melihat Chae Rin. Ia berjanji pada dirinya sendiri akan menyelamatkannya. Masa bodoh cintanya terbalaskan atau tidak. Kalau itu bisa membuat Chae Rin selamat, ia tidak akan menyerah.

 

Petugas yang sedari tadi berdiri mengantar Chae Rin kembali ke selnya. Chae Rin melirik sekilas jendela berpagar besi, seolah merasakan Seung Hyun diluar. Chae Rin duduk, memeluk lututnya sambil menangis. Ingin rasanya mengutuk betapa kejam takdir menyiksanya. Ia sudah membunuh kekasihnya dan sekarang, ia telah melukai perasaan cinta Seung Hyun yang tak pernah ia pedulikan. Ia kembali menangis, menyesali semuanya…

 

-END-

 
 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet