Thank You, I Love You, Goodbye

Until The End

Lady, ever since I met your smile
So Whenever you’re upset and crying
I will be your pillar of support
I will always be by your side Holding your hands tightly

 

Lagi, terdengar ringtone itu setiap saat aku menelfon nya. Lagu yang katanya didedikasikan hanya untuk ku.

 

"Halo, Vivi? apakah kau sudah pulang? apa kata dokter? Apa keadaan mu mem..."

"Bisakah kita bertemu sekarang?" Aku langsung memotong pertanyaan yang dilontarkan dengan suaranya yang begitu lembut dan menenangkan.

"Ten..tu! Ah, senang sekali! Apakah kau mau kubelikan sesuatu? Hari ini sangat panas bukan? Buah-buahan seperti semangka, jeruk, stra.."

"30 menit lagi aku sampai di cafe dekat taman." Setelah dengan teganya aku memotong perkataan nya lagi, aku langsung menutup telfon. Aku tahu ia agak bingung mengapa aku mengajak nya untuk bertemu secara tiba-tiba karena sebelumnya aku tidak pernah mengajaknya terlebih dahulu. Aku pun bergegas menyiapkan diri ku untuk pergi. Ya, aku akan memutuskan hubungan dengan kekasihku Byun Baekhyun yang sudah kami jalani selama 2 tahun.

 

Seoul, Cafe, 03.00 pm

 

Aku tahu, seperti biasa ia akan sampai terlebih dahulu di mana pun tempat yang akan kami berdua kunjungi. Dia tidak ingin aku menunggu, karena dia tahu aku benci menunggu. Ku lihat dari pintu masuk, ia melambaikan tangan nya ke arahku dengan senyum nya yang selalu menbuat ku tenang. Senang sekali rasanya melihat ia yang tidak pernah bosan menjalin hubungan dengan orang yang dingin dan cuek seperti ku. Tetapi sayangnya, hari ini aku tidak boleh menunjukkan kebahagiaan ku di hadapan nya

 

"Kau belum menunggu lama kan? Sepertinya aku terlambat 20 menit."

"Setelah kau menelfon, aku langsung bergegas ke sini untuk menemui bidadari yang paling cantik di seluruh dunia." Ia memang suka sekali memujiku, sampai-sampai aku sering menunjukkan pipi merah ku karena menahan senyum dan tawa malu. Tetapi hari ini, rasanya berbeda. Aku menahan senyum kebahagian ku sampai-sampai aku ingin menangis.

"Aku ingin mengatakan sesuatu.." Ini kedua kalinya aku berkata padanya tanpa melihat matanya. Pertama kalinya  adalah saat aku menerima nya sebagai kekasih ku.

"Ah, mengapa kau terlihat begitu serius? oh iya, apakah kau mau pesan kopi? Ah, Greentea! Latte? Frapp.."

"Tidak perlu.." Sekali lagi aku memotong perkataanya dengan dingin. Tentu dengan tidak menatap matanya yang berbinar setiap kali melihat wajahku.

"Oh, kalau begitu.." Ia menopang dagu nya dengan tangan nya dan menunjukkan mata anak anjingnya kepadaku, seakan ingin mendengarkan ku dengan teliti. Jujur, aku muak, bukan karena tingkahnya, tetapi aku tidak mampu mengatakan nya kepada pria sebaik dia.

"Kau.. Kau pria yang sangat baik. Dan kau pintar, kau... Kau sangat sabar. Kau terlalu baik untuk ku.." Aku hampir mengeluarkan air mata ku. Baekhyun pun langsung menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Aku, perempuan yang sangat dingin, aku tidak tahu diri. Aku.."

"Aku tidak mau dengar." Baekhyun langsung menutup telinganya dengan kedua jarinya. Seakan-akan dia mengetahui apa yan akan kukatakan.

"Aku tidak bercanda!" Nada bicara ku sedikit naik, mata ku berkaca-kaca."

"Aku juga tidak bercanda.." Dia mengatakan nya dengan sangat tenang.

"Byun Baekhyun!!"

"Ya, Vivian?" Senyum nya diarahkan kepadaku. Aku tidak kuat lagi, aku pun langsung pergi dari tempat tersebut dan meninggalkan dia. Air mata ku akhirnya terjatuh. Aku tidak sanggup melihat wajahnya lagi. Aku pun tidak mengetahui bagaimana ekspresinya setelah ku tinggalkan tiba-tiba. Ya, aku ingin tahu bagaimana ekspresinya saat ku tinggalkan tiba-tiba....

 

Seoul, Apartment 06.00 pm

 

"Vivian...."

"Vivivivivivi"

"Apakah aku mempunyai salah? Ah bodoh mengapa aku bertanya. Maafkan aku."

"Viviaaaaaaaaaan"

"Apakah kau sudah sampai rumah?"

"Jangan terlalu lelah kau masih sakit~"

"Hati-hati di jalan vivian"

"Apakah aku terlalu cerewet? Maafkan aku"

10 Missed Call : Baekhyun

 

Aku lelah, aku pusing, dan aku sedih. Pesan dan panggilan tak terjawab dari Baekhyun terus saja muncul di layar telfon genggam ku. Bagaimana cara aku menghindari nya? Tapi, apakah aku sanggup?

 

"Sudah pukul 06.00! Jangan lupa minum obat mu<3"

 

Sekali lagi telfon genggam ku berdering dan saat ku lihat, pesan dari Baekhyun mengingatkan aku untuk meminum obat ku. Apakah ia tidak letih? Dan, apakah ia tidak merasakan sesuatu yang aneh? Aku sakit sudah berbulan-bulan! Apa ia sebodoh itu?! Rasanya aku ingin langsung mengatakan kepadanya, bahwa aku, aku sakit. Aku tidak lama lagi akan meninggalkannya. Tidak, meninggalkan dunia ini.

 

Seoul, Apartment, 06.00 am

*ting tong*

*ting tong*

 

Pagi-pagi benar, terdengar bunyi bel. Aku tidak ingin mengira siapa yang datang meskipun aku mengetahui siapa yang akan datang mengunjungi ku pagi-pagi benar untuk membawakan makanan favorite ku. Aku pun bergegas membukakan pintu.

 

"Viviaaaaaan!" Ya, Byun Baekhyun membawakan dua bungkus bubur yang masih hangat. Ia pun langsung memeluk ku hangat. Aku pun tidak malu dengan wajah ku yang masih terlihat kusam dan bau badan ku. Baekhyun memang bisa menerimaku apa adanya. Tetapi, bisakah ia menerima kenyataan bahwa aku akan meninggalkan nya?

 

"Ayo cepat kita sarapan lalu, minum obat mu dan kita ke dokter!" Katanya dengan ceria dan matanya yang penuh harapan. Sungguh, aku tidak sanggup lagi melihat nya. Mengapa sampai sekarang dia tidak menyadari bahwa aku mempunyai penyakit yang tak biasa?

 

"Maaf ya, kemarin aku tidak bisa menemani mu ke dokter. Kemarin aku pergi ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku." Ucapnya dengan menunjukkan mata anak anjingnya pada ku.

"Tidak apa-apa." Jawabku singkat.

"Hari ini aku bisa menemani mu sampai sore. hehe. Oh, aku lupa menanyakan. Mengapa kemarin kau tiba-tiba pergi bergitu saja? Kau bilang kau ingin menyampaikan sesuatu padaku? Aku kan sudah....."

"Baekhyun.." Panggil ku sambil memejamkan mata ku. Aku meletakkan sendok ku di samping mangkuk bubur yang belum setengah dari nya aku makan. Aku bergegas ke dapur, lalu mengambil bungkus-bungkus plastik yang berisi obat ke meja depan, dan melemparkan nya ke depan Baekhyun.

 

"Kau tahu apa ini?!" Ucapku. Aku tidak bisa menahan air mata ku.

"A.. aku.. I..ini..Vi, Vivian, habiskan dulu bubur, baru setelah itu kau boleh minum obat..." Ucapnya masih dengan senyuman. Dengan tetap berdiri, aku mengambil bungkus-bungkus obat itu.

"BYUN BAEKHYUN APAKAH KAU BODOH?! APAKAH KAU TIDAK MERASA ANEH?! AKU MEMINUM OBAT SEBANYAK INI BABOYA! SETIAP 3 HARI SEMINGGU AKU MEMERIKSA KESEHATAN KU KE DOKTER DAN KAU DENGAN SANTAINYA MENYURUHKU MEMINUM OBAT TANPA MENGETAHUI ADA APA DENGAN KU?!" Amarah dan tangis ku meluap. Aku berteriak di hadapan nya sambil melempar obat-obat ku. Aku bertingkah seperti orang gila. Air mataku terus mengalir. Aku pun tersungkur. Sedangkan Baekhyun, ia terdiam dengan pandangan kosong dan ya, ia menangis.

 

"A..aku.. aku tahu Vivian." Ucapnya pelan dan sangat lembut. Aku terkejut mendengar perkataan nya. Aku mencoba memandang nya perlahan

 

"Kau, mempunyai penyakit kanker ginjal. Kesehatan tubuh mu, semakin memburuk. Jenis obat mu semakin banyak. Sudah 4 bulan kau merasakan nya. Ya, kau sakit. Apa menurut mu aku tidak tahu? Apa kau pikir aku sebodoh itu??!" Itu lah pertama kali Baekhyun membentak ku. Ia pun langsung mengambil bungkus-bungkus obat yang ku lempar dan sudah terpencar itu. Ia langsung mendekati ku dan memegang bahu ku sedangkan aku masih berlutut di lantai.

 

"Apapun penyakit mu, aku tidak perduli. Vivian yang ku kenal adalah perempuan yang dingin tetapi mempunyai semangat yang tinggi. Aku tidak akan meninggalkan mu Vivian, berjanjilah kau akan berjuang untuk melawan penyakit mu dan tidak akan pernah meninggalkan ku ."  Byun Baekhyun adalah orang yang paling membuat ku merasa nyaman. Orang tua ku meninggal saat aku berumur 5 tahun dan saat itu aku tinggal bersama nenek ku dan saat aku berumur 20 tahun aku memutuskan untuk tinggal sendiri. Belum lama saat aku pindah, nenek ku meninggal. Saat mengetahui aku mempunyai penyakit ini, rasanya aku ingin cepat-cepat menyusul Ayah, Ibu, dan juga nenek ku. Tetapi aku baru sadar, aku harus berjuang terlebih dahul. Karena kau masih mempunyai Bun Baekhyun seseorang yang selalu mendukung ku. Baekhyun pun langsung memeluk ku hangat. Aku, tidak bisa berkata-kata lagi selain air mata yang mengalir.

 

 

 

 

 

1 Month Later

Seoul, Hospital 11.00 am

 

"Sakit! Lepaskan aku! Sakit.... AAAAAAAAAAAARRRRGGGHH" Penyakit ku semakin parah. Aku tidak bisa keluar dari rumah sakit. Warisan nenek ku terpakai untuk biaya rumah sakit. Ku habis kan hari-hari ku di sini. Betapa sakit ku rasakan. Setiap aku merasa sakit yang ku ingat adalah Baekhyun. Aku tidak mau ia melihat ku menderita seperti ini, karena aku tau dia akan merasa sakit bukan fisik tetapi mental dan batin. Sempat aku berfikir, mengapa aku tidak langsung mati saja? Daripada aku merasakan sakit yang luar biasa seperti ini. Tetapi, sesekali aku mengingat janjiku terhadap Baekhyun utnuk berjuang dan terus berjuang untuk melawan penyakit ku ini. Tetapi, sakit sekali. Dan mustahil untuk sembuh. Bagaimana mungkin?

 

Beberapa hari aku lewati dengan kesakitan yang luar biasa. Sementara itu Baekhyun yang setiap hari datang membawa Bunga dan Buah-buahan. Tak jarang aku melihatnya menangis, yang membuat ku menangis juga. Sesekali ku lontarkan pertanyaan "Mengapa kau tidak meninggalkan ku saja?" atau "Untuk apa kau habiskan waktumu untuk ku?" Tetapi ia malah memeluk ku sambil berkata "Berjuanglah!" Dan hal itu membuat ku tidak ingin merasakan sakit. Tetapi, tetap saja. Rasa sakit itu timbul terus menerus seakan-akan aku ingin mati saja.

 

 

Seoul, Hospital 17.00 pm

 

"Viviaaan~" Sapa Baekhyun dengan senyum nya yang lebar membawa bunga. Ku sambut dengan senyum ku yang pucat yang hanya dimiliki orang skarat.

"Semakin hari, kau semakin terlihat cantik." Pujinya. Dialah satu-satunya alasan mengapa aku masih ingin hidup.

"Kau terlihat semakin tua. Lihat kantung mata mu." Ledek ku sambil menghibur diri."

"Tak apaaa.. haha"

 

Tiba-tiba rasa sakit yang sangat luar biasa datang lagi mengerumuni tubuh ku. Aku berani bersumpah rasa sakit ini rasa sakit yang paling sakit. Aku tidak bisa merasakan apa-apa lagi selain kesakitan. Ku lihat dengan samar-samar Baekhyun menangis dengan sangat sedih. Aku tidak bisa merasa kan jiwa ku lagi. Aku seperti terlempar dan semuanya hilang.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet