TEACH ME ABOUT LOVE

[FORBIDDEN LOVE STORIES] TEACH ME ABOUT LOVE

-Author POV-
Jeju, Korea


Matahari tersenyum indah di pagi hari, menyinari pantai yang terkenal di belahan Korea. Cuaca di sekitar pantai cukup sejuk. Burung-burung merpati terbang bersama menjelajahi langit, Ombak laut menerjang bebatuan di pinggir pantai, Desiran angin berhembus cukup kencang. Banyak orang memanfaatkan waktu liburan untuk sekedar bersantai atau melihat pemandangan sekitar.


~ceklik~~~~


Di tengah keramaian itu, suara jepretan kamera mewarnai suasana di pagi itu. Suara itu berasal dari seorang perempuan berambut pendek, berpostur langsing, dan putih yang menggunakan kamera untuk mengabadikan pemandangan sekitar.


“Ahh… ini bagus… aku bisa menyimpannya di album fotoku” ujarnya dalam hati


Tiba-tiba, ada suara panggilan yang mengarah ke perempuan itu. Laki-laki gagah itu sedang duduk dan melihat pemandangan. Jaraknya tempat ia duduk tak jauh dari perempuan itu.


“Yulhee… apakah kau puas memotret?? Ini waktunya pulang??”
“Sebentar lagi, kak Ray… aku kagum dengan pemandangan sekitar sini”


Ray menghampiri adiknya yang sedang sibuk memotret, Ia langsung memeluk tubuh langsingnya dari belakang.


“Kakak, apa yang kau lakukan??? Kau mengangguku saja”
“Tidak apa-apa, aku gemas melihatmu”
“Uhhh... “


Yulhee tampak kesal dengan perbuatan kakaknya yang menganggunya, membuat ia tidak bisa berkonsentrasi memotret. Ray mengelus rambutnya. DIa gemas dengan rambut pendeknya rapi.


“Yulhee, ayo pulang...”
“Baiklah”


-Author POVs end-

-Ray POV-


Sembari menuju pulang ke penginapan, aku mengobrol dengan adikku, sesekali dia menunjukkan hasil jepretannya. Aku melihatnya cukup kagum, seperti hasil jepretan fotografer handal. Dia mempelajari fotografi sejak masih kecil. Dulu ia melihat ayahnya sedang meliput pertandingan sepakbola. Di tengah perjalanan, dia mengurungkan niatnya untuk pulang.


“Kak, aku ingin ke toko buku...”
“Ini sudah waktunya makan siang... kita harusnya makan dulu”
“Tidak mau, aku mau ke toko buku yang itu”
“Tidak boleh... pasti kau ingin memintaku untuk membayarnya”
“Kakak.. aku mohon” ucapnya sambil menarik-narik tanganku
“Iya, baiklah”


Lalu aku mengiyakan keinginannya. Adikku mempunyai sifat seperti anak kecil. Aku mengajaknya liburan ke luar negeri agar dia bisa berbuat mandiri tanpa orangtua. Dia menarikku masuk ke dalam toko buku. Di sana banyak sekali buku-buku yang bagus dan baru dirilis.


“Kakak, bolehkah aku membeli ini???”


Dia menunjukkan novel yang dipegangnya, aku melihat sampul di novel itu bergambar sepasang kekasih sedang beradegan ranjang.


“Hei, kau tidak boleh membelinya, kau belum berumur 18 tahun keatas...”
“Ah, kakak.. ini ceritanya bagus menurutku.. bolehkah aku membelinya??”
“Cari novel yang lain... jangan cari novel yang seperti itu” aku menasihatinya lagi
“Aku ingin memilikinya, boleh ya?”


Dia menunjukkan tatapan puppy-eyesnya kearahku, tatapannya benar-benar membuatku luluh. Dengan terpaksa, aku membolehkannya


“Sudahlah, ambil satu buku saja...”
“Ah, terima kasih!”
“Hei!!”


Aku mengiyakan permintaannya lagi, tiba-tiba dia memelukku erat sekali. Membuat seisi pengunjung mengalihkan perhatiannya kepada kami. Aku malu dan membuat wajahku memerah. Lalu aku melepaskan pelukan adikku. Kami membayar novel itu dan mencari makan siang lalu pulang ke penginapan. Setibanya disana, kami berganti pakaian dan beristirahat. Adikku sibuk mengurusi peralatan memotretnya. Dia berkata demikian


“Kakak, aku ingin membeli lensa baru, menurutku ini sudah jelek”
“Kau mendapat uang darimana untuk membeli lensa itu?? Tabunganmu saja sudah hampir habis”
“Bantu aku membelikannya, boleh ya???”
“Kau ini, meminta yang aneh-aneh... kau harus berusaha mendapatkan uangmu sendiri dengan cara bekerja.. bukan memberatkan orangtua”
“Baiklah, kak...aku tahu” ucapnya dengan menundukkan kepala
“Sudahlah, lebih baik kita istirahat dulu”
.
.
Malam harinya, kami tidak pergi kemana-mana karena cuaca cukup dingin. 2 hari lagi liburan kami akan berakhir dan kembali ke Incheon. Aku menelpon pacarku di sana sedangkan adikku membaca novel yang baru dibelinya. Tiba-tiba, dia menyela percakapanku


“Kak, lihat ini...”


Dia menunjukkan halaman novel itu, di halaman itu ada gambar laki-laki dan perempuan sedang berciuman di tengah salju yang menyelimuti mereka.


“Ajari aku tentang ciuman.. aku ingin mencobanya”
“Apa kau serius??”
“Iya...”


Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Aku benar-benar bingung. Dia memintaku untuk mengajarinya tentang ciuman, apalagi aku adalah kakak baginya, bukan pacarnya. Ini hal yang gila menurutku.


“Kenapa kau tidak meminta orang lain mengajarimu??”
“Tidak mau, kak..aku malu.. lebih baik aku ingin melakukannya bersamamu”
“Tapi....” jawabku dengan penuh kebingungan
“Tapi apa??? Aku nyaman bersamamu... jadi tolong lakukanlah...karena kau adalah kakakku”
“Baiklah kalau itu maumu.... kemarilah”

Lalu aku mematikan ponselku dan mengajaknya berdiri. Sebagal awalan, aku mengecup bibir manisnya. Bibirnya tak bergerak, dia belum bisa merasakan ciumanku.

“Kenapa kau tidak membalas ciumanku???”
“Maaf.. aku gugup”
“Lebih baik aku tidak mengajarimu...”
“Kakak.. aku mohon.. aku pasti melakukan yang terbaik”
“Baiklah”


Kemudian aku mencium bibirnya lagi, aku melumat bibir atasnya dan menjilatinya. Ciumanku akhirnya mendapat respon olehnya. Dia membalas ciumanku meski tidak terlalu bergairah. Dia memelukku erat sekali, ia tampak serius melakukannya. Aku menarik kepalanya dan menciumnya dengan lembut. Dia mengikuti irama ciumanku.

“Ciumanmu lumayan juga” ujarku
“Ah... ini biasa saja...”
“Apa kau ingin melanjutkannya??”
“Iya...”

Bibir kami melekat sempurna. Aku meraba-raba tubuhnya agar ciuman ini semakin bergairah. Dia melingkarkan tangannya ke leherku, ciumannya cukup romantis, tidak seperti tadi yang kaku. Aku mulai merasakan nafsunya lewat ciumannya. Aku menyandarkan tubuhnya ke tembok yang dingin lalu meremas dadanya dari luar. Dia mendesah dengan seksi

“Aahhh....”
“I love u, Yulhee”


Kemudian aku mendaratkan ciumanku ke arah leher dan bagian sensitifnya, desahannya semakin menjadi-jadi. Ini membuat nafsuku terpancing dan ingin menggodanya, aku mengangkat t-shirtnya dan mencium perutnya. Dia malah menjambak pelan rambutku. Lalu aku mengangkat branya dan menjilati putingnya. Tiba-tiba, dia tersadar dengan semua ini.


“Kakak, apa yang kau lakukan ahhh”


Aku masih melanjutkan aktivitasku, dia memukul-mukul punggungku. Aku tidak bisa mengendalikan nafsuku yang sudah di luar batas. Aku mengulum dan mengigit kecil putingnya.


“KAKAK!! HENTIKAN!!”


Emosinya tersulut. Dia mendorong tubuhku dan menamparku dengan keras. Tamparannya meninggalkan luka gores di bawah bibirku. Aku sadar dengan apa yang kulakukan hingga membuatnya seperti ini.


“Apa kau ingin memperkosaku, hah??!!!”
“Maafkan aku.. aku tidak sengaja”
“Kau bodoh!! Aku memintamu untuk mengajariku berciuman.. bukan mempermainkan tubuhku!!” dia meneteskan air mata emosionalnya
“Aku tahu... ini semua.....”
“Diamlah, aku lelah denganmu!!”


Dia menjatuhkan badannya dan mulai tidur karena kesal, sementara aku hanya terdiam dan menyesali semua yang kulakukan.
.
.


-5 hari kemudian-
Incheon, Korea


Kami sudah tiba di rumah sejak kemarin. Adikku sudah memaafkan atas kesalahan yang kulakukan. Liburan sekolah masih tersisa 3 hari lagi. Kami pulang lebih awal agar tidak terlambat pada waktu hari pertama masuk sekolah. Hari ini, aku hanya menganggur di rumah. Aktivitasku hanya membantu orangtua membersihkan rumah, menonton TV, makan dan tidur. Sementara adikku melakukan aktivitasnya seperti biasa, yaitu memotret. Dia pergi mengayuh sepedanya sambil membawa peralatan memotretnya. Cuaca hari ini cukup terik, aku membaringkan tubuhku di atas sofa yang empuk. Tanpa sadar, aku tertidur pulas.


“Kakak!!”
“Ah.. siapa itu??!!”


Tiba-tiba ada suara keras yang menghujam telingaku, tidurku menjadi terganggu karenanya. Lalu aku mengucek mataku dan melihat sosok perempuan di hadapanku


“Hei, Yulhee.. kau ini mengangguku saja”
“Maafkan aku... ini aku bawakan buah kesukaanmu” ucapnya dengan tersenyum


Dia membawakan sekantong buah apel untukku. Senyuman di wajahnya terukir kembali, aku menyukainya. Itu yang membuatku gemas dan suka kepadanya. Sifat baiknya terkadang muncul. Tetapi tetap saja sifat manjanya selalu mendominasi hatinya. Aku melihat kulit putihnya yang sedikit terbakar matahari.


“Apa kau tidak takut kulit indahmu terbakar matahari??? Apalagi di luar sana, cuaca sedang panas sekali...”
“Biarkan saja... ini semua untuk hasil jepretanku”
“Kau ini...” aku mencolek pipinya dan berlari
“Kakak!” dia mengejarku


Aku berlari untuk menghindar dari kejarannya, kemudian aku bersembunyi di dapur bawah meja makan sehingga ia tidak menemukanku.


“Kakak..kakak.. kau dimana??”


Dia mencariku, lalu aku keluar dari bawah meja dan memeluknya dari belakang


“Yulhee... aku disini”
“Oh.. kakak!” ucapnya dengan nada kaget
“Yulhee.. aku menyayangimu... aku mencintaimu”


Dia membalikkan badannya dan menatapku, bola matanya tergerak melihat wajahku


“Kakak.. aku juga mencintaimu.. terima kasih sudah menjagaku selama ini..”
“Iya...”


Kami berpelukan begitu hangat, Aku merasakan tubuh langsingnya yang indah
.
.
Waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, tubuhku butuh istirahat, mataku sudah lelah dan ingin cepat-cepat menjatuhkan badanku ke atas ranjangku. Tetapi ada suara ketukan pintu yang menganggu jam istirahatku.


“Siapa???” Aku membuka pintu
“Ini aku...” Adikku muncul dihadapanku
“Oh... ada apa???”
“Bolehkah aku minta tolong??”
“Ada apa lagi?? Ini sudah malam... besok saja”
“Tapi aku maunya sekarang...”
“Baiklah...katakan saja”
“Aku,,, aku ingin...” jawabnya dengan nada gugup
“Ingin apa???”
“Aku ingin kau mengajariku tentang hal bercinta”
“Apa???!! Aku tidak mau...lebih baik kau lakukan itu dengan pacarmu”
“Aku mohon... ajari aku” dia menarik-narik tanganku


Betapa terkejutnya dia mengatakan hal itu, dia memintaku untuk mengajarinya tentang hal bercinta dengan kakaknya sendiri?!. Ini sungguh tindakan gila, lagi-lagi tingkah polosnya muncul di saat seperti ini. Aku mulai berpikir bahwa ia sudah membaca novelnya sampai habis. Cerita novel itu sudah mempengaruhi pikirannya. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan.


“Kak, tolonglah...”
“Apa kau benar-benar serius dengan ini??”
“Iya, aku siap..”


Dia memasuki kamarku dan aku mengunci pintuku. Aku terpaksa mengajarinya karena waktu sudah larut malam dan mengantuk.


“Apa yang harus kulakukan??” ucapnya dengan melihatku
“Kau harus membuka semua pakaianmu”
“Apa??!! Aku tidak mau...”
“Kalau begitu, aku pergi tidur saja” aku berjalan ke ranjangku
“Baiklah.. aku melakukannya”


Awalnya dia ragu-ragu melakukannya, akhirnya dia memberanikan diri untuk melucuti semua pakaiannya hingga tak tertutup sehelai kain pun. Dia menutupi badannya dengan tangannya dan menundukkan kepalanya


“Kak... aku telanjang..”
“Bukalah pakaianku...”
“Baik”


Aku menyuruhnya untuk membuka pakaianku hingga telanjang, milikku menampakkan diri dan membuatnya penasaran


“Wah... milikmu cukup besar.. apa aku harus bermain dengan ini???”
“Iya... lakukanlah”


Dia menundukkan badannya dan memegangnya, ia tidak tahu caranya. Kemudian aku membantu mengocok milikku dengan tangannya, kemudian tangannya bergerak dan mulai mengocok milikku. Aku merasa kenikmatan. Kocokan pelannya membuat milikku terbangun. Aku menyuruhnya untuk lebih cepat. Dia tampak menguasainya, tetapi wajah polosnya masih terlihat.


“Aku ingin kau memasukkannya ke mulutmu”
“Apa??? Bagaimana caranya??”
“Masukkan saja...”


Dia memasukkan milikku ke dalam mulutnya, Ia mengulum milikku dengan pelan. Lalu ia melepasnya


“Seperti ini??”
“Iya...”
Kali ini ia mengulum dengan sedikit cepat, kurasakan betapa dalam tenggorokannya, milikku menjadi basah dan lengket, ludahnya mengotori milikku. Aku memegang kepalanya dan bantu menggerakkannya. 


“Oh... Yulhee ahhhh”


Nafsunya sedikit demi sedikit mulai nampak, aku merasakan gairahnya. Kemudian aku melepaskannya dan menyuruhnya berbaring di ranjang. Aku membuka pahanya lebar-lebar dan menjilati bagian luar miliknya.


“Ahhh shhhh ahhh”


Dia mendesah dengan seksi dan badannya menggeliat. Aku memainkan lidahku naik-turun di bagian luar miliknya. Ia meremas dadanya sendiri dengan lembut. Dia merasakan nafsuku yang begitu kuat hingga membuatnya seperti ini. Kemudian aku memasukkan kedua jariku dan menusuk ke dalam milikknya. Dia mengerang kesakitan. Aku menyuruhnya untuk diam agar orangtua kami tidak bangun


“Kakak... aahhhh sakit sekali..”


Lalu aku menindih tubuhnya dan merabanya. Aku mencium bibirnya dengan lembut dan mengelus rambutnya


“Apa kau siap?” kataku
“Siap untuk apa??”
“Siap untuk melakukan hal bercinta yang sesungguhnya”
“Hmmm... aku ragu-ragu.. apakah ini terasa sakit??”
“Coba saja... kau pasti menikmatinya”


Kemudian aku mulai memasukkan milikku ke dalam lubang miliknya


“Ahhhhh...” desahnya
“Aku mulai...”


Aku memaju-mundurkan milikku dengan pelan. Dia merasa kesakitan, ekspresinya sedikit takut, Aku mencium bibirnya agar dia lebih tenang. Awalnya dia baik-baik saja, tetapi jantungnya berdegup sedikit cepat. Mungkin dia merasa panik, aku mencoba menenangkannya


“Yulhee... tenanglah...”
“Ahhhh sakit..”


Pikiranku sudah dikuasai oleh nafsuku yang liar. Aku memaju-mundurkan milikku agak cepat. Wajahnya mulai pasrah, keringatnya mengalir sedikit demi sedikit. Aku mencium leher dan pundaknya, memeluk erat tubuhnya agar aku nyaman dalam melakukan aktivitasku. Nafasnya tersengal-sengal. Ia merasa tidak kuat menahan nafsuku lagi.


“Apa kau sudah puas???”
“Aku ingin ahhhh ahhhh yang lainnya”


Dia memaksakan dirinya, aku berpikir dia akan menyerah. Lalu aku menyuruhnya merangkak seperti bayi dan memasukkan milikku ke dalam bokongnya. Aku memaju-mundurkan milikku agak cepat dan meremas bokongnya


“Kakak... ahhh ahhh uhhhh”


Aku belum merasakan balasan nafsu dari dirinya, ia hanya membiarkan tubuhnya dipermainkan olehku. Aku meremas dadanya yang menggantung dan melintirkan putingnya. Keringatnya membasahi punggungnya. Desahannya begitu seksi. Aku menjambak rambutnya dan menambah kecepatan aktivitasku. Ia meremas kasurku untuk menahan rasa perihnya.


“Apa kau mau berganti gaya???”
“Ter... ahhh ahhh serah..” ucapnya dengan nafas tersengal-sengal


Aku melepas milikku dari bokongnya dan mengambil kursi. Lalu aku duduk dan memanggilnya.


“Yulhee... ayolah”
“Baiklah..ahhh”


Dia berjalan tertatih-tatih, menahan rasa sakit di bagian miliknya. Aku menyuruhnya untuk duduk di pangkuanku dan tubuhnya menghadap ke arahku. Dia melingkarkan tangannya ke leherku, kemudian aku memasukkan kembali ke dalam miliknya.


“Goyangkanlah pinggulmu...”
“Ahhhh sakit ahhhh”
“Tenanglah..kau pasti menikmatinya”


Gerakannya sedikit kaku, aku membantu menggoyangkan pinggulnya. Ini nyaman sekali. Aku merasakan milikku menari-nari di dalam miliknya. Aku merasakan miliknya berkedut.


“Sayang... ahhh ini enak..” dia tersenyum seperti orang teler
“Aku adalah kakakmu... kau bilang aku....”
“Sudahlah.. aku mencintaimu”
“Hhmmpppphh~~~”


Dia mencium bibirku dengan ganas, akhirnya dia menunjukkan hawa nafsunya tanpa malu-malu. Bibirku menjadi pelampiasan baginya, Dia menangkupkan kedua pipiku dan melumat bibirku. Aku meremas kedua dadanya agar ia semakin bergairah.


“Ohhh.. ini sungguh nikmat.. aku menyukainya” ucapnya
“Ahhh Yulhee... kau begitu seksi”
“I love u”


Arena permainan ini memanas, dia benar-benar menikmati permainan ini, Awalnya dia ragu-ragu untuk mencobanya, pada akhirnya ia memberanikan diri. Dia menggoyangkan pinggulnya, kali ini iramanya cukup cepat. Milikku menjadi tegang. Aku harus bisa menandingi nafsunya yang seketika menjadi lebih kuat. Aku mencium lehernya dan mengulum putingnya.


“Ohhh.. take my body..come on” ucapnya lagi dengan nafas yang tak beraturan


Aku menggendongnya ke ranjang dan menindihnya. Aku langsung melanjutkan aktivitasku dengan irama yang lebih cepat. Dia semakin pasrah dan tak berdaya, tubuhnya mulai lemas dan bermandikan keringat.


“Ray... ahh ahhh sakit ahhh hiks~~”
“Diamlah”


Dia menangis karena tak kuat lagi menahan rasa sakitnya. Aku mempercepat aktivitasku supaya cairanku cepat keluar. Rambutnya pendeknya berantakan, desahannya semakin tak beraturan. Akhirnya yang kutunggu-tunggu datang juga, kemudian aku melepaskannya dari miliknya dan menyemprotkan cairan milikku ke dadanya.


“Kakak... apa ini???”
“Ambil dan cicipilah”


Dia mengambil cairanku dengan jarinya lalu menjilatinya, kemudian ia memuntahkannya karena jijik. Aku tertawa dengan tingkah bodohnya. Pelajaran tentang hal bercinta seketika berubah menjadi permainan hawa nafsu yang cukup panas. Kami mulai tidur dengan beralaskan selimut, menunggu pagi menjelang.
.
.


Pagi harinya, aku bangun dan melihat Yulhee sudah tidak ada di ranjang, aku mengenakan pakaianku lagi dan membersihkan kamarku yang berantakan. Pikiranku terus teringat kejadian semalam, sulit kulupakan. Sifat manjanya yang setiap hari kulihat seketika berubah menjadi gadis yang haus akan cinta. Aku berjalan ke dapur dan mendapatinya sedang membuat teh hangat.


“Selamat pagi, adikku”
“Ah, kakak... selamat pagi”
“Kenapa kau tidak membuatkannya untukku??”
“Ini untukku sendiri... kakak buat saja kalau mau”
“Kau ini...” aku mencolek pipinya
“Kakak!” dia menepuk lenganku


Aku hanya tersenyum melihat perbuatannya, kemudian dia menatapku


“Kakak...terima kasih untuk pelajarannya tadi malam...kau lelaki hebat..pelajaranmu sungguh luar biasa...aku menyukainya” lalu ia memelukku
“Sama-sama... adikku yang manis”

-END-

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet