Best Friend May Have a Conflict Too

Best Friend May Have a Conflict Too

Sandeul hanya bisa menatap punggung Baro yang mulai menjauh. Temannya itu, hari ini memiliki jadwal yang sangat padat. Sejak Baro bermain di drama Reply 1994, tak jarang Baro harus meninggalkan member dan menyelesaikan job-job yang diterimanya. Sebenarnya mereka berat bila harus muncul ke publik tanpa member yang lengkap. Namun, harus bagaimana lagi, pekerjaan lah yang menuntut mereka untuk tetap tampil.

Dari keempat member, terdapat satu namja yang sangat berat untuk melepas syuting Baro kali ini. Sandeul, sedari pagi dia uring-uringan dan juga enggan menyentuh sarapannya. Memang hal yang aneh apabila seorang Sandeul enggan menyentuh makanannya. Tapi, baginya masalah ini cukup menganggunya. Seringnya Baro tidak ada di dorm  lah penyebabnya. Bahkan tahun baru kemarin Baro tak dapat berkumpul bersama member. Meskipun menager telah membawa mereka ke restaurant untuk pesta daging, Sandeul tetap merasakan ada sesuatu yang tertinggal.

Baro memang sudah meminta maaf karena seringnya absen saat mereka berkumpul bersama. Sandeul memahami betapa sibuk temannya satu itu. Tak ada yang bisa dilakukannya. Mau bagaimanapun Baro bukanlah Baro yang dulu. Kini Baro sangat terkenal. Sandeul mulai kesepian, meskipun member lain mencoba menghiburnya, tetap saja Sandeul bergelung di bawah selimutnya yang hangat karena merasa kedinginan dan juga kesepian. Salju yang turunpun tak bisa mengobati rasa sepinya. Berkali-kali Sandeul memandang ponselnya, namun dia selalu mengurungkan diri saat jemarinya akan mendial nomor Baro. Dia tahu, telfonnya hanya akan menganggu kegiatan Baro. Pada akhirnya dia hanya melemparkan ponselnya frustasi dan mencoba mengabaikan keinginannya menelfon Baro.

“Hyung.. Sandeul Hyung..” Gongchan mencoba menarik selimut yang menutupi tubuh Sandeul. Gongchan mulai merasa khawatir dengan keadaan hyungnya itu. Gongchan paham benar apa yang membuat hyungnya menjadi seperti ini. Bukan hanya Sandeul, Gongchan pun merasakan kehilangan satu-satunya namja yang bergolongan darah B di dorm ini.

“Aku sudah bilang kan, aku sedang tak ingin menyentuh makanan. Tinggalkan saja makananku di kulkas. Mungkin nanti aku akan memakannya” Sandeul tetap saja bergeming dan menolak sarapannya.

“Tapi semalam hyung kan tidak makan..” Tadi malam, Sandeul menunda makan malamnya hanya karena ingin makan malam bersama Baro. Semua member sudah makan malam terlebih dahulu. Namun, Sandeul tetap pada keinginannya menunggu Baro dan makan bersamanya. Sandeul sudah memasakkan bibimbap isi Kimchi kesukaan Baro. Sandeul berfikir kalau Baro yang lelah setelah menyelesaikan syuting, pasti kelaparan dan setelah itu akan sangat senang melihat makanan kesukaananya dan tentunya langsung menandaskan isi piring. Tapi..

“Buang saja bibimbap itu ke tong sampah. Dia bahkan tidak menyentuhnya bukan?” Ya. Sebelum pulang ke dorm, ternyata Baro sudah memenuhi perutnya bersama dengan teman-temannya yang lain. Tentu saja Baro yang telah kenyang dan juga lelah, tanpa melihat meja langsung masuk ke kamar dan tidur. Meninggalkan begitu saja Sandeul yang kecewa karena Baro tidak memakan masakan buatannya. Namun, Sandeul langsung menyimpan bibimbap ke kulkas dan berharap saat sarapan Baro akan memakannya.

“Mungkin hari ini jadwal syuting di majukan. Makanya Baro hyung terburu-buru dan tidak sempat memakan bibimbap buatan hyung..” Memang, saat Sandeul memberi tahu Baro tentang bibimbap yang dibuatnya, Baro sibuk mematut diri di cermin. Sekilas, Baro tampak mengacuhkan Sadeul, tapi, jadwal syuting yang padatlah yang membuat Baro terburu-buru pagi ini. Namun, tetap saja itu membuat Sandeul kesal.

“Hyung... Ayolah, nanti hyung sakit...” Gongchan tetap membujuk Sandeul. Sedangkan Sandeul tetap bergeming, dan tidak turun dari kasurnya.

“Sandeul-ah.. Apa kau ingin sakit? Kau tahukan, sebentar lagi kita akan bersiap-siap untuk comeback album kedua kita. Kau seharusnya menjaga kesehatanmu.” Jinyoung yang tidak tahanpun akhirnya ikut serta membujuk Sandeul. Sejak Baro sibuk, Jinyoung kerepotan menangani Sandeul yang kesepian karena Baro jarang ada di dorm. Saat mereka keluar untuk makan bersama, Jinyong pernah menangkap Sandeul sedang memandang sedih ke kasur Baro yang kosong. Anak ini benar-benar kesepian, fikir Jinyoung.

“Apa gunanya kita comeback tanpa member yang lengkap. Sudahlah hyung, aku benar-benar tidak ingin makan.Tinggalkan saja aku sendirian kali ini.” Sandeul benar-benar sedang dalam mood buruknya. Jinyoung menyerah, semua yang dilakukan untuk membujuk dongsaengnnya itu gagal. Obat dari sikap Sandeul ini hanyalah kehadiran Baro. Namun, untuk sekarang tak memungkinkan bila Baro pulang dan membujuk Sandeul.

“Jinyoung-ah.” CNU memanggil Jinyoung dan memberitahunya untuk membujuk Sandeul dengan membawanya kelokasi syuting Baro. Jinyoung menyetujuinya dan segera berhamburan ke kamar Sandeul.

“Sandeul-ah! Ireona! Kajja, kita kunjungi uri Baro~” Dengan semangat Jinyoung menarik selimut Sandeul dan menarik-nariknya agar Sandeul segera bangun.

“Hyung!” Sandeul yang marah langsung terduduk dan berteriak kesal. “Aku sudah bilang aku ingin sendiri bukan! Aku hanya ingin berdiam diri di kasurku. Aku tak ingin makan, bahkan bertemu dengannya! Kenapa kau tetap memaksaku?! ” Dengan sigap Sandeul merebut selimut dari Jinyoung dan segera membalut seluruh tubuhnya dengan selimut kembali seperti sebelumnya.

Jinyoung menyerah. Begitu juga dengan CNU dan Gongchan. Mereka bingung, harus bagaimana agar Sandeul kembali. Jinyoung merindukan suasana dorm yang ramai karena teriakan Baro dan Sandeul yang berebutan kamar mandi, berebutan makanan dan bahkan berebut pintu keluar saat mereka akan pergi. CNU akhirnya hanya membiarkan Sandeul menyendiri dan menutup pintu kamar Sandeul serta memberinya waktu untuk sendiri. Gongchan hanya bisa memandang foto Baro yang terpajang di dinding. Hyung,cepatlah pulang dan selesaikan pekerjaanmu. Kami semua merindukanmu, gumam Gongchan dalam hati.

*********

“Aku pulang...” Baro sebagai pemeran utama dalam berantakkannya suasana dorm kali ini,akhirnya pulang. Baro menghabiskan 2 hari di lokasi syuting. Kalau mereka tidak salah, hari ini adalah syuting terakhir Baro di drama Reply 1994. Mereka semua lega, takkan lama lagi dorm akan kembali normal.

“Hyungg~ Kau sudah menyelesaikan dramamu kan?” Gongchan dengan senangnya berhambur menghampiri Baro. Akhirnya obat Sandeul hyung telah datang.

“Nde. Akhirnya aku pulang juga ke dorm. Syuting seperti ini sangat membuatku lelah. Oh ya, mana si bebek itu?” Baro mengedarkan pandangannya dan hanya menadapatkan CNU, Jinyoung dan juga Gongchan.

“Ah hyung, kau tidak tahu betapa berantakkanya dorm saat kau tak ada. Sandeul hyung mengurung dirinya dan bahkan dia tidak makan sejak kemarin”

“HA?! Jinjja? Sandeul tidak makan? Bahkan hingga dua hari? Kau bercanda ya?” Tentu saja tindakan Sandeul kali ini sangatlah aneh bagi semua member termasuk Baro. Sangat tidak wajar kalau Sandeul mengabaikan isi perutnya. Bahakan menahan hingga selama itu. Sangat tak masuk akal, fikir Baro.

“Bahkan dia membentak Jinyoung hyung saat mencoba membujuknya” Baro hanya memasang ekspresi terkejut mendengarnya. Tindakan Sandeul kali ini sangat aneh. Tidak makan, bahkan membentak Jinyoung hyung.

“Kau harus segera menemuinya Baro” CNU lega, akhirnya Baro datang dan berharap Sandeul yang ceria segera kembali dan menghangatkan suasana dorm.

“Langsung masuk saja ke kamarnya. Kami bertiga tak ada yang berani membuka atau bahkan mengetuk pintunya” Jinyoung mengarahkan Baro agar segera masuk dan menemui Sandeul. Namun-

“Lho, mana si bebek?” Baro dan juga member lainnya terkejut dan juga bingung setelah membuka pintu kamar serta mendapatkan kasur Sandeul yang kosong. Kemana perginya si bebek itu?

Tring-tring..

Tiba-tiiba ponsel Jinyoung berbunyi tanda pesan masuk. Mata Jinyoung membulat saat sebuah nama tertera di layar ponsel miliknya.

Hyung, aku keluar dulu. Sebelum malam aku akan kembali. -Sandeul-

Ternyata Baro kurang cepat, sepertinya mereka berselisih jalan, karena Baro tidak bertemu dengan Sandeul sepanjang perjalannya. Baro dengan sigap membuka tirai jendela, dan menemukan sesosok namja yang sedang berjalan menjauhi dorm.

“Dia sangat kesepian saat kau tak ada. Dia sangat kecewa saat kau menolak bibimbap buatannya ” CNU mencoba menjelaskan duduk permasalahannya.

“Bibimbap? Yang mana?”Baro mencoba mengingat bibimbap mana yang dimaksud CNU. “AH! jangan-jangan-” Akhirnya Baro menyadari kekeliruannya.

“Iya. Waktu itu Sandeul hyung membuatkannya untuk Baro hyung. Bahkan dia sampai menunda makan malamnya hanya karena ingin memakannya bersama dengan hyung. ”

“Bukannya aku menolaknya, aku kira dia akan menghabiskan untuk dirinya sendiri. Makanya aku langsung tidur, lagipula aku sudah makan malam waktu itu.Jadi aku tak terlalu menginginkan bibimbap itu. ” Baro menyadari kesalah pahaman yang dibuatnya, dan juga akibat perbuatannya.

“Tapi, katanya Sandeul,  kau juga menolaknya saat kau akan berangkat” CNU masih merasa Baro lah penyebab terbesar Sandeul menjadi uring-uringan.

“Menolaknya? Bahkan aku tak tahu kalau dia menawariku bibimbap buatannya. Apa dia tidak menyadari aku menggunakan aerphone? Mana bisa aku mendengarnya selagi aku sedang terburu-buru dan juga mendengar lagu.” CNU, Gongchan dan Jinyoung menangguk mengerti. Ternyata hanyalah sebuah kesalah pahaman.

“Ya sudah. Sekarang cepat kau susul Sandeul sebelum dia jauh, dan berbaikanlah dengannya. Aku tak tahan melihat makanan yang aku buat selalu bersisa karena Sandeul mogok makan!” Jinyoung mendorong Baro agar segera menyusul Sandeul.

“Aku takkan melepaskanmu dengan mudah bila kau kembali dengan Sandeul yang masih murung!” CNU juga ikut mendorong Baro dan melemparkannya mantel karena suhu diluar dorm sangat dingin.

“Hyung Palli!!!” Gongchan juga melemparkan sepatu Baro agar segera berlari dan berbaikan dengan Sandeul. Gongchan tak tahan jika dia kembali dibentak oleh Sandeul.

“Arraseo!” Baro yang di lempari dengan mantel dan sepatu, segera berlari turun dan mengejar Sandeul sebelum dia tertinggal jauh.

“Aku takkan mengampuninya bila dia pulang dan Sandeul masih dalam mood buruknya” Gumam Jinyoung saat melihat Baro dari jendela dorm, terseok-seok berlari mengejar Sandeul ditengan salju yang semakin menebal.

*******

Sandeul menambah volume earphonenya dan terus berjalan menjauhi dorm. Dia menyadari tak akan ada yang berubah bila ia terus memikirkan Baro. Lagipula Baro tak mungkin memikirkannya. Sandeul ingat bila hari ini adalah hari terakhir Baro syuting, oleh karena itu dia lebih memilih keluar dari dorm dan menghindari Baro. Ya, setidaknya untuk hari ini. Dia akan kembali saat hari telah malam dan Baro sudah tertidur di kamarnya.

“Yak Baro! Kupastikan kalau bibimbap buatanku waktu itu adalah yang terakhir. Aku tak mau membuatkan mu lagi!” Sandeul terus berjalan lurus dan semakin merapatkan mantelnya. Suhu Seoul di bulan Januari tidaklah main-main.  Meskipun Sandeul menggunakan mantel yang tebal, tetap saja bulu kuduknya terasa berdiri kedinginan.

“Sandeul-ah!” Di belakangnya, Baro berlari terhuyung-huyung memanggil namanya. Namun, Sandeul tidak dapat mendengarnya karena telinganya tersumbat aerphone dan  juga fikirannya penuh tentang Baro, meskipun dia terus berusaha menyanyi menghilangkan fikirannya yang penuh dengan namja bergigi tupai itu .

“Yak! Bebek!” Baro terus mempercepat larinya di tengah tumpukan salju. Baro mengumpat kesal karena Sandeul mengabaikannya dan terus berjalan. “Yak!” Akhirnya dengan susah payah Baro menangkap Sandeul. Dengan nafas terengah-engah dia meneriaki Sandeul.“Yak! Bebek! Apa kau tak tahu, aku terus berlari dan berteriak sejak dari dorm!” Sandeul tampak terkejut melihat kehadiran Baro disampingnya. Bagaimana dia bisa tahu aku ada di luar?, gumamnya dalam hati. Sandeul tak menyadari Baro sudah mengikutinya sejak awal. “Pantas saja!” Perhatian Baro tersita ke juntaian sepasang kabel aerphone di telinga Sandeul. Dengan kesal, Baro menariknya hingga Sandeul berteriak kesal.

 “Yak!” Sandeul yang masih kesal dengan Baro, berteriak kesal karena Baro menganggunya. Moodnya sedang tidak baik. Bertemu dengannya saja sudah membuat Sandeul sangat kesal. Apalagi, bila Baro seenaknya menganggu waktunya. Dengan kasar Sandeul merebut aerphone miliknya dan kembali melanjutkan jalannya tanpa mengindahkan Baro yang masih terengah-engah.

“Yak! Bebek, mau kemana lagi kau!” Baro mengejar Sandeul dan mengalungkan tangannya ke bahu Sandeul agar dia tidak melarikan diri lagi. Sandeul yang kesal, menghempaskan tangan Baro di bahunya. Baro tak kehabisan akal, di kembali mengalungkan tangannya, namun berkali-kali Sandeul menghempaskannya. Sampai pada akirnya Sandeul menyerah dan membiarkan Baro mengalungkan lengannya ke bahu Sandeul. Namun, Sandeul tetap bersikap tak peduli dan menganggap tidak ada siapapun disampingmnya.

“Kau tahu, aku  sangat kelaparan. Kenapa kita tidak pulang saja dan buatkan aku bibimbap” Sandeul mendengus. Bibimbap itu adalah yang terakhir, gerutu Sandeul dalam hati. “Bibimbap mu kan sangat enak. Buatkan aku,Ayolahh...” Baro memasang aegyonya. Namun, Sandeul tetap mengacuhkannya.

“Kau fikir aku mau membuatkannya lagi untukmu? Jangan harap. Waktu itu adalah yang terakhir.” Dengan sinis, akhirnya Sandeul menjawab Baro.

“Baiklah kalau kau tak ingin membuatnya sekarang, lain kali saja kau buatkan aku.” Sandeul mendelik kesal mendengarnya. Apa dia tak bisa menangkap maksudku? “Sekarang temani aku makan bulgogi ya..”

“Pergi saja sendiri dengan teman-temanmu yang lain. Apa makan malam waktu itu belum cukup untukmu!” Sandeul akhirnya meledak dan menumpahkan rasa kesal yang memenuhi harinya selama ini.

“Aigoo..  Bebek satu ini ternyata bisa berteriak juga. Apa kau marah hanya karena bibimbap itu?” Baro yang tidak memahami duduk permasalahannya, menganggap enteng masalah bibimbap itu. Tentu saja hal itu membuat Sandeul meradang.

“Apa kau bilang?! Hanya Bibimbap katamu! Labih baik sekarang kau pergi dan tinggalkan aku!” Sandeul kembali menghempaskan lengan Baro dan berjalan cepat sebisa mungkin untuk meninggalkan Sandeul.

“Yak tunggu aku! Bukannya aku mau meremehkan masalah ini. Tapi, waktu itu aku benar-benar tidak tahu kau ingin makan malam denganku. Lagipula pagi itu aku sedang menggunakan aerphoneku dan juga aku terburu-buru, aku hampir saja telat. Bagaimana bisa aku mendengarmu.Kau tahu bukan? Kalau saja aku sedang tidak terburu-buru seperti itu, aku pasti akan menandaskan bibimbap lezat buatanmu”  Baro yang kesal dengan sikap Sandeul dengan cepat membanting Sandeul ke tanah dan memitingnya.

“Yak!! Appo!!” Sandeul berusaha berontak dari pitingan Baro. Namun, Baro tetap tidak melepaskannya, bahkan dia mengencangkan pitingannya.

“Shireo! Kau seenaknya saja merasa aku tinggalkan! Apa kau fikir aku juga tidak merasakannya saat kau sibuk dengan drama musikalmu di Jepang waktu itu ha?! Aku nyaris gila karena aku sama sekali tak bisa menghubungimu, manager melarangnya. Tapi kau masih bertemu denganku setidaknya 2 hari sekali dan kau sudah menyebalkan seperti ini! ” Baro yang ternyata juga pernah mengalami hal yang sama, akhirnya meluapkan rasa sebal yang selama ini disimpannya.

“Ah! Baro ya! Jinjja Appo!! Lepaskan AKU!” Akhirnya dengan tenaga yang dikumpulkannya saat Baro sibuk  menceritkan rasa kesalnya, Sandeul berhasil bangun dari pitingan Baro.  Baro yang masih lelah, meringis kesakitan saat lututnya terantuk trotoar jalan. Sandeul panik saat melihat Baro meringis kesakitan “Baro! Gwaencanha...” Sadeul membantu Baro berdiri dengan mengalungkan lengan Baro kebahunya.

“Sandeul-ah. Mian-” Dengan kata singkat, Baro meminta maaf.Karena tanpa sadar dia sudah melukai perasaan temannya yang berharga. Kalau Sandeul tetap mengacuhkannya, entah kepada siapa Baro bisa berbagi tawa dan juga tangisnya.

“Nado” Sandeul juga merasa bersalah karena dia telah marah dan bertingkah menyebalkan. “Mian. Seharusnya aku tahu kau sangat sibuk. Tak seharusnya aku lebih memilih egoku daipada menggunakan logikaku .” Akhirnya Baro berhasil berdiri dengan bantuan Sandeul.

“Nah sekarang. Ayo kita pulang. Aku tadi sudah membelikanmu hot chocolate. Sebelum dingin, sebaiknya kita segera pulang dan juga.. buatkan aku bibimbap isi kimchi!” Sandeul hanya tersenyum memandang sahabatnya.

“Baiklah, aku akan membuatnya. Awas saja kalau kau tak memakannya. Jangan harap aku akan membuatkannya lagi untukmu!” Akhirnya kedua namja itu memutar arah dan kembali ke dorm yang hangat. Pertengkaran mereka kali ini, telah membuat mereka semakin dewasa. Jejak dua pasang kaki yang tercetak berdanpingan pada tumpukan salju , menjadi bukti bersatunya kembali persahabatan di musim dingin kali ini..

 

 

Wow! Rekor banget author nyelesaiin One Shoot ini bener-bener ‘One Shoot’! Di sela-sela tumpukan soal Try Out, ternyata bisa juga berproduktif. Hahahaha... *Moga-moga aja try out nggak ancur! One Shoot ini terinspirasi sama pengalaman author plus imajinasi sebagai penggemar setia Badeul. Badeul is REAL! Yah, kali aja Sandeul pernah berantem kaya gini sama Baro. Ya namanya berteman pasti ada konfliknya kan. Yah, meskipun one shoot ini abal. Semoga reader nggak (terlalu) kecewa dengan ceritanya ya~ Danke tchuss

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet