Finding You

Please log in to read further chapters

Description

To finding someone who leave

Foreword

 

Bintang akan tampak indah bila saling berkumpul di angkasa. Hanya saja, di sisi lain mereka tampak buruk bila sendiri. Manusia bahkan akan mencampakan bintang penyendiri itu sendirian di sisi kosong tanpa teman. Orang-orang mengatakan, bintang hanya indah bila di pandang dari kejauhan, namun tidak terlalu menarik bila di pandang lebih dekat. Seperti seorang pria yang yang berusaha bersembunyi di balik make-up tebal, karena ia seorang bintang, hanya saja di balik make-up tebal itu terdapa banyak luka. Luka yang bahkan ia tanggung seorang diri di tengah-tengah orang-orang.

Hari itu, 11 orang berjalan di sebuah koridor gedung agency untuk melakukan latihan persiapan come back 3 bulan mendatang.

Angin malam, selalu menusuk-nusuk kulit ke-11 orang itu saat berjalan. Tidak heran, mereka menggunakan pakaian tebal walaupun di dalam ruangan seperti ini. cuaca memburuk sejak 2 minggu lalu. Yang mereka tahu, bulan ini musim panas. Namun bumi semakin berumur sehingga membuat segalanya menjadi berubah tak menentu.

Suho, sebagai leader dari group memimpin perjalan menuju ruangan latihan yang baru di ikuti oleh 10 pria di belakang. Di sana, ada seorang pria bernama Baekhyun yang menggunakan kaca mata bening dan hampir melorot dari hidungnya, berjalan berdampingan dengan Chanyeol. Lay akan menggunakan earphone di telinganya, berjalan mengikuti tanpa mendengarkan Kai yang bicara di sampingnya.

Di persimpangan, Tao pria pemilik lingkaran hitam di matanya itu pergi menuju kamar kecil. Berusaha mencari tempat yang aman untuk melakukan sesuatu dimanapun tanpa seseorang yang mengusiknya sedikitpun. Manager tidak menemani saat itu. Tao merogoh saku celananya yang terlalu dalam , mengeluarkan handphone lalu menyentuh layar seakan menuliskan nomor telpon seseorang di sana. Tangannya bergetar dengan keringan dingin yang bercucuran di pelipisnya.

Terhubung.

Tao semakin menggenggam erat handphone miliknya, menunggu seseorang untuk menjawab.

 “Hallo?” seseorang menjawab, diikuti dengan senyuman lega Tao di wajahnya. Dia bersandar di sisi dinding, berbicara dengan menggunakan aksen Guangzhou yang bagus. Tidak ada seorangpun yang mengerti saat mendengarnya, kecuali Luhan atau Lay yang tidak sengaja lewat. Namun percakapan itu, tidak berakhir lama bahkan hanya sekitar 1 menit lebih 2 detik. Tao tidak ingin berbicara lebih lama, dan tidak ingin seseorang mengetahui rencananya.

 

“Kemana Tao?” Kyungsoo sambil memainkan ponsel, memainkan game khusus android tanpa melihat orang-orang di sekelilingnya. Dia hanya baru sadar, bahwa Taolah yang pertama kali akan mengomel dengan suasana ruangan latihan yang baru. Tapi kini tidak ada yang bicara, selain sibuk dengan kesibukannya masing-masing di sana, bagai menyelamatkan diri dari terpaan badai menakutkan.

“Aku agak sedikit aneh” Lay, pria asal Changsa itu melepaskan earphonenya. Mengambil bantal putih lalu memangku benda persegi panjang itu di atas paha.

 “Tao tidak bicara hari ini” katanya menopang dagu.

 “Bukankah dia memang selalu begitu?” Suho menambahkan, dan duduk di samping jendela.

 “Ya, dia memang selalu begitu sejak Kris pergi 4 tahun lalu. Ugh aku merasa umurku sudah hampir mendekati kepala tiga. Ku sadari itu” Lay menjatuhkan bantalnya di lantai, menidurinya sambil mengotak-atik layar handphone.

 “Carilah dia. Aku takut dia melakukan hal yang salah”

2 orang dari mereka mulai mencari. Kai dan Kyungsoo. Tersisa hanya beberapa orang saja di dalam ruangan. Tetap tidak bicara, dan tetap sibuk dengan kesibukan yang seharusnya tidak di lakukan untuk saat ini. Mereka berdua memang cocok di katakan tidak dapat menempatkan diri. Kai bersama Kyungsoo berjalan berdampingan di koridor yang sempit. Mereka tidak mengeluarkan sepatah katapun saat berjalan. Hanya berjalan, memandang pemandangan kota yang tampak dari jendela yang bening.

“Sampai kapan kita harus seperti ini?” Kyungsoo memberanikan diri untuk lebih dulu bicara, Kai berhenti melangkah.

 “Sampai kapan kau akan seperti itu?” kerutan di dahi Kyungsoo seperti berusaha mengartikan kata demi kata, yang akan berakhir dengan ketidakmengertian.

 “Maksudmu?” Kai mendorongnya, hingga menghantam dinding ruangan milik sunbaenya yang sudah tidak terpakai lagi.

 “Haruskah aku menjawab?! Sampai kapan kau akan seperti ini padaku, Kyungsoo? Sudah sekian lama, kau berani mencampakanku?” pupil mata milik Kai membesar, karena kurangnya cahaya yang masuk di matanya. Lampu selalu redup, Kyungsoo menatap mata bulat itu di hadapanya dengan keberanian yang sudah ia kumpulkan sejak dulu. Melakukan kontak mata bersama satu sama lain, bukanlah masa dimana seseorang mampu melakukannya tanpa memberi rasa takut di benak.  

Keheningan ruangan latihan tidak berakhir bahkan 40 menit sudah berlalu. Tetap saja, orang-orang di dalamnya melakukan hal yang sama. Baekhyun bermain bersama Chanyeol di sebuah sofa merah dengan paha Chanyeol sebagai bantal. Berbisik, bergumam kecil mereka lakukan satu sama lain di sana. Minseok bersama Luhan, hanya berbaring sembari melemparkan mainan plastic ke udara lalu mengambilnya kembali. Sedangkan mereka sisanya, bermain-main di alam mimpi seakan asik dan enggan ingin bangun setelahnya. Tao juga tidak datang.

Ketidakdatangan Tao, membuat Sehun terbangun di ikuti dengan membangunkan Lay dari alam mimpinya.

 “Tao juga belum datang” bisiknya, agar Lay mencerna kata-kata Sehun dengan lebih mudah(karena baru bangun).

“Kai dan Kyungsoo?” kata Lay.

 “Mereka sedang bertengkar. Aku tidak terlalu yakin, bahwa mereka sedang bercumbu di koridor. Akhir-akhir ini Kyungsoo mencampakannya” Sehun menggaruk kepalanya, meneguk segelas air putih.

 “Benarkah? Aku tidak tahu soal mereka. Telpon saja Tao” Sehun menggeleng menundukan kepala melihat lantai, Lay melihatnya hingga tertunduk mencari di mana wajah Sehun.

 “Kau lupa? Manager menyita handphone kita semua kemarin?” kata Sehun, Lay menekan-nekan celananya tepat di bagian saku. Ia baru tersadar bahwa handphonenya sudah tidak ada dan hanya tersisa i-pod miliknya.

 “Aku bahkan tidak tahu” sahutnya, “Kau pergi ke toilet. Manager membongkar tasmu”

“Brengsek”

Tao secepat kilat, menuruni anak tangga yang berada di pintu belakang agency. Dengan serangkaian kata-kata kotor, keluar dari mulutnya saat menuruni anak tangga yang hampir rapuh karena termakan waktu. Bagaimanapun juga, dia tetap menggunakan tangga kayu sederhana itu untuk lekas turun ke bawah dan pergi menjauh dari gedung, sebelum seseorang yang akan menjemputnya pergi datang.

Satu paku kecil, merobek kulit kakinya yang tidak terlindung oleh sehelai benangpun. Ia hanya menggunakan celana pendek selutut dan membiarkan betis miliknya terkena tamparan angin di ikuti sayatan paku. Dia meringis kesakitan. Meringis dengan suara yang ia usahakan untuk tetap tenang dan tidak membuat orang menjadi curiga.

Persiapan untuk pergi yang seadanya, tidak menyulitkannya untuk tetap berjalan ke arah tempat yang sudah ia janjikan dengan si penjemput. Pergi menuju bandara, lalu melakukan transit dari Incheon-Changsa-Guangzhuo. Hal seperti itu ia lakukan mengingat Fans sedang berada di bandara Guangzuo menyambut kedatangan senior mereka yang lebih dulu debut di China. Sebagai seorang idola, ia akan mempersiapkan hal tersebut dengan cukup matang; kaca mata hitam, penutup wajah, topi. 

Kekacauan di ruang latihan, mengingatkan seseorang untuk tidak terlalu memaksakan kekuatan. Tubuh mempunyai batas lelah yang hampir sama. Mengubah formasi, dan mengulang tarian dari awal kembali bila satu membuat kesalahan adalah penyiksaan tubuh seseorang. Dentuman music masih setia menemaninya menari di dalam kesakitan yang telah menjadi satu di aliran darah. Semua orang lelah. Hujatan dari seorang instruktur semakin menekan batin, dan keringat seakan tak memiliki arti di matanya.

“Kyungsoo! Luruskan kaki kirimu! Kau bisa membuat Suho terjatuh!”

“Luhan! Kau harus sedikit maju! Kau akan bertabrakan dengan Jongdae”

“Kau harus lebih tegas, Kai!”

“Gerakan macam apa itu?! Busungkan dadamu Chanyeol! Berhenti bermain-main”

“Dengan tarian seperti itu, kalian tidak akan pernah menang di acara music apapun! Hentikan musiknya, latihanlah lebih keras!”

Semuanya, membungkuk sebagai salam perpisahan pada pelatih. Lay terbaring lemas di atas lantai memegang lututnya yang memar karena terus menghantam lantai karena menari. Kyungsoo membantunya dengan mengambilkan kompres lalu menekannya lembut di bagian yang memar. Baekhyun memiliki masalah yang berbeda juga. Dia menuju toilet sudah hampir 7 kali saat latihan karena terus muntah sehabis memakan kue beras yang ia beli sore hari.

“Baekhyun, kau tak apa?” Minseok membantunya dengan memijat ringan bagian leher Baekhyun, memberinya cream penghilang rasa nyeri akibat muntah-muntah.

“Apa yang kau makan?” kata Chanyeol.

 “Hanya kue beras” Chanyeol menendang tong sampah kecil beriskan bungkus-bungkus kue beras yang amat banyak.

“Kau itu bodoh atau bagaimana? Kau alergi tepung!! Kau tidak khawatir dengan pola makan sesuka hatimu itu? Sudah kukatakan berulang kali, berhenti memakan makanan yang mengandung tepung! Kau bisa mati” Mata menyeramkan itu kembali Baekhyun lihat untuk sekian kalinya. Mata bulat itu seakan berubah menjadi merah saat ia sedang marah, dan Baekhyun memandangnya seperti seorang iblis. Baekhyun, Pria yang lebih kecil dari raksasa itu mulai tidak bisa menahan amarah yang hampir meledak karena Chanyeol, ia mulai berdiri.

 “Kau tidak mengerti! Lebih baik aku terus muntah memakan tepung, di banding aku harus kelaparan! Apa kau sadar? Agency hanya memberiku, kita, makanan yang pantas untuk anjing! Lihat dia!” Baekhyun menunjuk Lay di lantai, sedang meringkuk akibat memar.

 “Agency bahkan tetap membiarkannya melakukan tarian yang kuat, meski dia tidak bisa melakukan sesuatu yang berat?! Mereka menyiksa!”

Ruangan menjadi hening setelah perkelahian Chanyeol bersama Baekhyun. Hingga saat ini, Baekhyun masih terus memuntahkan isi perutnya di dalam toilet di bantu Jongdae. Minseok sedang mengurusi Lay yang hampir tidak bisa menggerakan kakinya saat ini.

Chanyeol, pria jangkung itu masuk ke dalam toilet berjalan kea rah Baekhyun. Memberikan isyarat bahwa mereka ingin berdua saja. Baekhyun menunduk dengan jemari mencengkram sesuatu yang ia bisa, karena rasa takutnya pada Chanyeol sehabis bertengkar tadi. Chanyeol juga tetap diam, tanpa mengutarakan sesuatu di sana. Ia semakin tidak terkendali. Mendekati Baekhyun, lalu memeluknya dengan erat, “Aku tidak bermaksud membentakmu tadi” “Aku tahu”

Tao berjalan di sebuah ruangan yang akan membawanya menuju Guangzhuo. Menunggu hampir 1 jam di Changsa, membuat sisi tubuhnya menjadi nyeri karena terlalu lama duduk. Changsa menuju Guangzhuo hanya membutuhkan waktu beberapa menit bila pesawat tidak mengalami berbagai gangguan. Suasana bandara yang sunyi dan ia kira, hanya dirinya yang berada di Changsa pada pukul 2 pagi seperti ini. Dia melihat sekelilingnya, mengingat mereka berjalan berdampingan bersama di bandara dengan berbagai gaya yang mereka atur sendiri. Ia diam-diam merindukan suasana dimana mereka selalu bersama, sebelum kontrak akan habis sekitar 2 tahun lagi.

Agency memperpendek kontrak karena kasus seseorang yang meninggalkan group 4 tahun lalu. Mereka berfikir, minat penikmat music mereka sudah tidak berlaku lagi setelah kepergian orang itu. Tao bukanlah tipe yang akan bicara ‘Baik, aku mengerti’ ia adalah tipe yang akan selalu mengatakan ‘Mengapa?’ dengan pertanyaan di hidupnya, menjadikannya seseorang yang lebih kritis untuk memilih.

Dia memasuki badan pesawat, mencari tempat yang sudah petugas berikan padanya sebelum memasuki pesawat. Tidak terlalu lama ia mencari, bangku tepat  bersebelahan dengan sayap pesawat. Dia sedikit khawatir dahulu ketika mereka sedang ingin terbang menuju LA. Tao mendapatkan posisi duduk yang sama, namun berbeda dengan ketidakhadiran Kris hari ini di sisinya. Tao selalu takut ketika pesawat terguncang, namun Kris akan menenangkannya “Kalau pesawat berguncang, itu berarti tidak ada kerusakan di mesinnya”

Mencoba menghubungi Tao melalui telepon agency secara diam-diam tidak menghasilkan apa-apa. Lay hampir saja melempar telepon itu ke bawah lantai namun Kai menahannya bersama Chanyeol.

“Kemana pria itu?” katanya berjalan tergopoh menuju sofa, Jongdae ikut berjalan dengannya.

“Aku tidak terlalu yakin, akhir-akhir ini Tao sering menggunakan wifi” sahutnya mengambil sebuah majalah di tangan Minseok.

“Lalu hubungannya?” Jongdae mengangkat bahunya dengan bibir yang ia miringkan sedikit.

 “Bukalah riwayatnya. Dia menggunakan computer itu, semoga dia tidak menghapusnya”

Lay bersama Suho duduk di sana, menekan tombol ON pada computer. Di ikuti yang lainnya di belakang, semuanya tampak tegang di wajah begitu juga jantung mereka yang hampir berhenti berdetak karena terlalu cepat. Perlahan Lay menggerakan mouse lalu menekan riwayat,

“Apa ini?” katanya setelah melihat riwayat yang aneh-aneh. Dia tidak pernah melihat yang seperti itu sebelumnya. “Bukalah. Aku merasa tak asing dengan itu” Chanyeol mendekati monitor di bantu dengan sebuah kacamata yang di ambilkan oleh Baekhyun.

“Ini situs tiket murah pesawat. Aku pernah mencobanya” Kata Chanyeol memutar-mutar mouse di tangannya.

 “Untuk apa Tao membuka ini?” Luhan mendekati monitor, hanya tersisa 4 orang di sana. Mereka lebih memilih untuk duduk, dan menunggu mereka ber-4 bicara nantinya.

“Chen, kapan terakhir Tao memainkan ini?”

“5 hari yang lalu”

“Chanyeol, coba lihat tanggal situs ini di akses” Suho menunjuk sebuah kata date di sisi kanan monitor.

 “Tanggal 3 agustus. 5 hari yang lalu” jawab Chanyeol.

“ku pikir, dia mencari Kris?

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet