First

REGRET

 Namja dengan balutan jas hitam itu melangkah keluar dari dalam lift. Langkah mantap dan tegas menggambarkan dengan jelas siapa dirinya. satu tangan berada di dalam saku celana bahan, menatap lurus ke depan dan tersenyum sesekali pada beberapa karyawan yang membungkuk hormat padanya. tas kerja miliknya Nampak terayun ringan mengikuti setiap langkah kakinya.

“selamat pagi, presdir,” seorang wanita di balik meja bertuliskan ‘Sekretaris Hwang’ membungkuk dengan hormat. Namja itu tersenyum sekilas lalu membuka pintu ruang kerjanya.

Presiden direktur. Mempimpin perusahaan warisan orang tua sejak beberapa tahun lalu, tangan dinginnya lah yang membuat perusahaan ini berkembang pesat. Kwon Jiyong, nama lengkap Namja ini, sesuai dengan nama perusahaan yang telah sepenuhnya di wariskan padanya.  Kwon Corporation. Perusahaan yang  bergerak di bidang pembuatan Game berskala Internasional.

Namja itu meletakan tas kerjanya di atas meja dan mengempaskan tubuh lelahnya pada kursi kebesarannya yang terasa nyaman, melepaskan beberapa kancing kemejanya yang terasa menyesakan.  Akan ada begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya hari ini. Dia menghela nafas  lelah, meregangkan beberapa bagian tubuh yang dirasa sedikit kaku. Rasanya tidur selama beberapa jam semalam tidak cukup mengembalikan tenaganya .  Diraihnya sebuah bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya. Menampakkan potret dirinya bersama kedua orang tua dan juga kakak perempuannya.  Dia tersenyum kecil  sama persis seperti seyuman yang tergambar dalam foto itu. Foto yang selalu bisa menjadi  semangatnya ketika tumpukan pekerjaan membuatnya begitu lelah.

“appa, aku akan berusaha” gumamnya menyemangati diri sendiri.

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatiannya dari foto penuh kenangan itu

            “masuk” katanya tegas, dikembalikannya foto tersebut pada posisi semula. Pintu ruangannya terbuka perlahan, menampakkan seorang wanita muda yang baru saja menyapanya tadi. Sekertaris hwang.

                “Permisi presdir. Ada beberapa berkas yang harus anda tanda tangani,” kata sekertaris hwang sembari menyerahkan sebuah map berisi lembaran berkas pada Jiyong.

“Bagaimana dengan persiapan presentasi untuk tender sponsor. Kapan jadwalnya?” tanyanya sembari sibuk membubuhkan tanda tangan pada lembar lembar berkas tersebut.

“Dua minggu lagi, akan ada meeting dengan perusahaan untuk penentuan final. Perusahaan saingan kita adalah Cho Corporatian, ” Jiyong menghentikan kegiatannya sejenak mencerna kata kata sekertarisnya itu.

“cho corporation ?” tanyanya meyakinkan.

“ne, presdir,”

Kwon jiyong menatap nanar berkas berkas di depannya. Saat yang telah ditunggunya lama telah datang. Tujuan dari semua kerja kerasnya selama ini. Sebuah pembuktian baginya. Pembalasan dendam.

 

*******

Gemerlap lampu dan dentuman music terdengar keras memenuhi ruangan penuh sesak tersebut. Mengiringi  begitu banyak orang yang tengah asyik terhanyut dalam kebisingan. Suara teriakan, dentingan gelas yang bertabrakan dan tawa yang saling bersahutan beradu dengan hentakan music yang menggema. Bau alcohol dan asap rokok kental menyulubungi setiap sudut ruangan.

Semua orang hanyut dalam eforia masing-masing, terkecuali bagi seorang namja yang duduk sendirian di sudut meja bar. Kemeja yang dipakainya terlihat berantakan, matanya yang tidak terlalu sipit terlihat merah dan lelah. Wajahnya dipenuhi peluh dan tubunya menguarkan bau alkohol yang sangat tajam.  Namja yang dikenal  dengan nama Lee Hyukjae itu sudah sangat mabuk sekarang. Namja itu menggeram kesal, meremas rambutnya dengan kasar. kepalanya pening dan serasa ingin pecah. Dia berniat menuangkan lagi alkohol ke dalam scotchnya sebelum menyadari bahwa botol itu telah kosong.

“beri aku satu lagi,” katanya dengan sedikit tersendat pada seorang bartender di balik meja.

“tapi sepertinya anda-”

 “aku belum mabuk !” hyukjae mengibaskan tangan gusar, memotong perkataan bartender tadi. “ berikan satu botol lagi untukku !” perintahnya marah. bartender itu pun akhirnya memberikan sebotol lagi kepadanya. Hyukjae menuangkan kembali alkoholnya, dalam sekali sentakan dia meminumnya. Sensai hangat dan terbakar mengalir di dalam kerongkongannya.

“beri aku satu scotch,” indra pendengarannya menangkap suara seseorang yang duduk tak jauh darinya. Hyukjae  memaksa kepalanya menoleh ke samping. Dia menemukan seorang namja yang sangat dikenalnya. Seorang sahabat lama yang sudah lama tidak dilihatnya.

“ kau,” tunjuknya. Matanya menyipit, menatap namja di depannya.  Suaranya terdengar sangat serak. Tangan kirinya menyanggah kepalanya.

Namja yang di maksudkannya menoleh. Menatapnya dengan terkejut selama seperkian detik sebelum akhirnya tatapan itu berubah menjadi datar.

“Dong-Young-Bae,” Hyukjae memanggil nama namja di depannya dengan penekanan.

“lama tidak bertemu denganmu,” lanjutnya.

Sekali lagi Hyukjae menuangkan alkohol dan meminumnya lalu kembali menatap Dong Young bae yang masih menatapnya dengan datar, terlihat seperti tidak tertarik pada lawan bicara di depannya.

“kau tahu … aku sangat merindukannya,” ceracau Hyukjae.  youngbae mengalihkan pandangannya pada scotch di depannya. Tahu kemana arah pembicaraan hyukjae.

“Hwang Hani.. itu.. bukan salahku.” Hyukjae meneguk vodkanya. “maaf..”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet