Broken Heart

Broken Heart

Broken Heart

Created By   : archiffaowiqlay

Genre         : angst

 

Seorang gadis dengan rambut hitam panjangnya tampak tersenyum tipis.  Jari jemarinya yang kurus mengepal erat. Helaan napas berat kerap kali terdengar di sela-sela hembusan angin. Matanya menutup rapat. Meresapi segala perasaan sakit dan kehilangan. Bulir-bulir air mata turun membasahi kulit putih pipinya. Dalam diam gadis itu menangis.

Punggung kecilnya yang semula diam kini tampak berguncang kecil. Tnagisannya berubah menjadi isakkan disertai erangan-erangan kecil. Bibir tipisnya berusaha menahan erangan yang tercipta akibat tangisannya.

Jemari kurusnya mengepal erat meperlihatkan ruas kuku yang memutih. Berusaha menahan sesak, gadis itu mencoba untuk meredakannya. Memukul dada, tidak membuat rasa sesak itu pergi. Mengigit bibir, tidak membuat tangisan itu berhenti. Lelah. Gadis itu hanya membiarkan perasaannya menguasainya kini.

“Apa rasanya begitu menyakitkan?”

Mendengar suara berat yang tak asing di telinganya membuat gadis itu menghentikan sejenak kegiatannya. Mencoba mendengarkan laki-laki yang ada di belakangnya.

“Apa rasanya sesakit itu? Lalu, megapa kau hanya diam? Diam dan membiarkan semuanya berjalan lancar”

Merasa tak nyaman dengan ucapan laki-laki itu, gadis itu semakin erat mengepalkan tangannya. Sungguh. Dia lelah karena harus merasakan sakit dan sesak yang hebat. Tapi, sepertinya hanya dia yang mersakannya. Sendiri. Tanpa ada teman yang mau dibagi.

“Kau salah. Kau sedih akupun sedih. Jadi, berhenti menagis sendirian seperti ini.” Laki-laki itu menarik tubuh gadis dihadapannya dan memeluknya erat. Memberikan sandaran agar gadis itu bisa menangis dengan tenang. Tenang dan nyaman.

~ a ~

“Bagaimana? Sudah merasa lebih baik?” Tanya laki-laki dengan wajah tampan yang dipenuhi senyum hangat.

“Hem, sedikit.” Jawab gadis dengan mata bulat hitam besar yang sedikit merah dan bengkak.

“Itu bagus. Berhenti memikirnya. Karena hal itu hana membuatmu semakin sedih.” Balasnya, masih dengan senyum yang mengembang.

“Keichi…” Panggil gadis itu seraya menatap kedalam iris mata Keichi.

“Ya?”

“Terimakasih, karna tak meninggalkan ku. Tetap ada disampingku. Bersedia menjadi sandaranku. Jangan pernah lelah atau bosan ya.” Pinta gadis itu dengan sedikit nada memohon diakhir kalimatnya.

Kau tahu Archi, semua hal yang berhubungan dengan mu akan menjadi bagian dari hidupku. Entah, itu cintamu, sedihmu, marahmu, semuanya. Karna untuk itulah aku diciptakan. Untuk menjadi sandaran, teman, perisai bahkan pedang yang tajam. Aku hanya akan menjadi bagian kecil dari ingatan mu. Ingatan seorang Archiffa Keysha Owiqlay.

“Hei.. kau melalamun ya?” Tangan kurusnya melambai-lambai di depan wajahku.

“Hem, tidak. Tidak ada hal yang harus aku lamunkan.” Jawabku sembari mengusak pelan rambut hitam panjangnya.

“Aissshhh… berhenti melakukan itu Keichi!! Aku bukan binatang peliharaan mu.” Bibir tipisnya tampak mengerucut, dan memalingkan wajahnya dari ku.

“Hahaha, tapi kau memang imut seperti kucingku Kuro.” Lededkku dengan senyum lebar menampilkan deretan gigi. Archi sangat membenci senyum ini, menurutnya kesan meledek sangat terlihat.

Merasa tidak diacuhkan dan menjadi bahan ledekan, Archipun bangkit dari duduknya dan berbalik meninggalkan Keichiro yang masih setia tersenyum. Senyum yang menampilkan deretan gigi.

Dia benar-benar pergi meninggalkanku. Hhsss… Archi seandainya kau tahu, aku benar-benar terluka kala kau menangis. Andai aku bisa melakukan hal lain yang dapat mengobati lukamu. Ingatanku melayang ke beberapa tahun silam. Tahun dimana kau dan aku bertemu.

~ a ~

5 tahun lalu….

“Pagi!!!! Hari ini kalian kedatangan teman baru. Mari perkenalkan!” Sahut seorang wanita paruh baya yang merupakan wali kelas kami. Kelas 2 IPA 1.

Seorang gadis berambut hitam panjang dengan kulit putih seperti susu memasuki kelas kami. Kecil, ramping dan imut. Itu kesan pertamaku saat melihatnya. Mata bulat hitam yang besar, bibir tipis berwarna kemerahan serta pipi tembam terlihat cantik dan serasi dengan bentuk kecilnya. Walau dia terlalu ramping.

“Selamat pagi!!! Namaku Archiffa Keysha Owiqlay. Kalian bisa memanggil ku Archi. Tolong bantuannya!”

“Nah, Archi sekarang kau duduk di sebelah Keichi ya. Oh. Ya bantu dia, Keichi itu agak mengganggu.” Cih, apa-apaan wali kelasku itu.

~ a ~

Tak banyak yang terjadi. Gadis itu hanya diam saja. Apa perkataan guru tadi terlalu membekas di ingatannya ya? Arrgghhh kenapa juga aku harus mepedulikannya. Lamunanku terhenti kala beberapa teman perempuan di kelas ku menghampiri Archi yang tengah sibuk dengan buku catatan bersampul biru gelap.

Di luar dugaan, sikap diam seolah tak suka berbaur lenyap kala teman-teman perempuan dating untuk menyapa. Cerewet, ramah dan mudah tertawa adalah kesan kedua setelah aku memperhatikannya.

~ a ~

 

“Keichiro?” Sebuah suara merdu mengalun menyapa indera pendengaranku.

“Ya?” Jawabku pelan, berusaha menetralkan detak jaunting yang menggebu.

“Mau berteman dengan ku? Ngg.. aku hanya ingin mendengarmu. Boleh ya?” Tanyanya dengan hati-hati dan wajah yang ditundukkan.

Aku merasa tak enak. Apa aku semengganggu itu? Mengapa dia seperti orang yang tengah ketakutan. Apa memang wajahku yang diam ini sungguh menakutkan ya? Belum puas ku berspekulasi, tiba-tiba sebuah helaan nafas berat memasuki gendang telingaku. Dapat klihat wajah cantiknya diselimuti kekecewaan. Apa karena diamku? Apa karena aku tak menjawab pertanyaannya. Tidak. Aku tidak mau kehilangan kesempatan ini.

“Tentu.” Hanya sebuah kata singkat yang dapat aku keluarkan. Sungguh aku ingin mengatakan hal lain yang lain. Tapi, perasaan gugupku terlalu mendominasi.

“Sungguh? Huwaaa!!! Aku senang sekali!!! Terimaksaih Keichi!!” Dia berteriak senang seraya ters menerus mengguncang kedua lenganku pelan.

“Kau−aneh.” Oh Tuhan, apa-apaan ini?! Mengapa aku mengatakan hal yang menyakitkan kepadanya? Bagaimana kalau setelah ini dia tersinggung dan membatalkan pertemanan? Tidak!! Aku tid_

“Biarkan! Aku sedang senang!” Jawabnya acuh, masih dengan tawa nyaring yang terdengar dari bibir tipis kemerahannya.    

~ a ~

Senyumku mengembang mengingat kenangan paling indah tanpa beban yang kumiliki. Sifat ceria dan beraninya membuatku nyaman dan terpesona. Pesonanya memang racun yang mematikan bagiku. Membuat ku terperosok ke lembah hijau yang dipenuhi bunga warna-warni. Binary mata kebahagiaannya menyeretku untuk menyelaminya. Dan perasaan tenang serta nyaman kurasakan. Sungguh, aku terjerat dalam pesonanya.

“Keichi!!! Kenapa masih disini? Cepat bergegas, aku ingin cepat-cepat pulang dan meninggalkan acara menyebalkan ini.” Suara lantangnya melemah ketika diakhir kalimat.

“Baiklah, Tuan puteri.” Jawabku menggoda seraya mengerling jahil kearahnya.

“Ck.. kau ini. Senang sekali menggodaku.” Sahutnya jengah sambil menatap tajam kearahku.

Aku hanya dapat tertawa keras. Wajah cantiknya berubah kesal dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Bibir tipisnya mengerucut diselingi gumaman kecil bernada marah. Kutarik tangan kecilnya dan mensejajarkan dirinya di sampingku.

“Archi,” Panggilku cemas sembari menatap kearahnya.

“Hem,” Jawabnya singkat tanpa menatapku.

“Kau masih menyukainya? Hem, maksud ku laki-laki itu baru saja menikah. Apa perasaan sukamu masih ada untuknya?”  Tanya ku hati-hati tak ingin membuatnya terluka.

“Keichi, jika aku bisa membunuh sebuah perasaan. Hal itu pasti sudah aku lakukan sejak dulu. Sebelum perasaan ini bersarang dan berubah menjadi racun untukku sendiri.” Jelasnya dengan wajah sedih dan pandangan menerawang.

“Maafkan perkataanku, tak seharusnya aku mengatakan hal yang menyakitimu.” Ucapku penuh  penyesalan seraya menundukkan kepalaku.

“Berhenti meminta maaf Keichi. Ini sudah enam tahun, dan salahku yang membiarkannya menetap terlalu lama. Membuatnya nyaman dan merasukiku bagai ilmu sihir, dan akupun membiarkannya dengan harapan akan hilang dengan sendirinya.” Jawabnya dengan senyum mengembang menghiasi wajah cantiknya.

“Apa setelah ini kau akan terus membiarkannya atau membuka gerbang untuk hal baru?”

“Aku akan membukanya. Sudah saatnya aku tinggalkan dia dan menariknya dari singgasana yang nyaman ini.” Jawabnya yakin seraya mengerjapkan mata dan mengangguk mantap.

“Baiklah, jika itu keputusan Tuan Puteri. Aku akan siap membantu.” Ujarku senang.

Cintaku memang butuh waktu lama untuk terwujud. Tapi aku yakin ada secercah harapan untukku. Harapan untuk menarik cahaya kecil dari sebuah jurang tanpa dasar.

Cintaku memang membutuhkan pengorbanan yang tidak sedikit. Tapi, aku yakin pengorbanan itu akan bertukar dengan kebahagiaan. Kebahagiaan yang walau bukan aku tokohnya.

~ FINISH ~

DI Singgasana 24 September 2014_22.45 WIB

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet