Pertemuan Singkat

Pertemuan Singkat

“Jebal! Seungyeon-ah, jebal! Kajjima! jeongmal kalsikeoyeyo? Jebal! Kkajima.”

Sudah hampir setengah jam kata-kata itu terucap dari bibir tipisnya. Merajuk, memohon bahkan bersimpuh agar sang kekasih menarik kembali kata-kata yang ia lontarkan.

Tak habis cara, kini ia memeluk erat yeoja itu berharap tak benar-benar akan pergi. Namun yeoja itu masih terdiam. Tanpa ada suara, butiran bening menghujam turun.

“Ku mohon! Jangan diamkan aku seperti ini. Apa kau benar-benar akan meninggalkanku?”

Kali ini, yeoja bernama Seungyeon itu memandang datar kearahnya. Sedikit senyum sangat tipis terbentuk oleh bibirnya. “Mianhaeyo Sunggyu-ya! Keputusanku sudah bulat. Aku tak bisa memilihmu. Aku akan pergi bersama Eunhyuk oppa.” ucapnya datar.

Namja bermata sipit itu merasa kalah. Bagaimanapun ia memohon, rupanya Seungyeon tak akan mendengarkannya. Ia menatap lekat kedua kristal coklat Seungyeon. “Baiklah kalau memang itu maumu! Aku tak bisa terus menahanmu! Semoga kau akan bahagia dengannya.” tubuhnya bergetar dan air mata yang sedari tadi ditahannya pun hancur mengalir pelan.

∞∞∞

Sayup-sayup suara musik menyentuh halus indra pendengaran Sunggyu. Perlahan mata sipitnya membuka, ia menggeliat pelan sebelum menyadari bahwa hari telah berganti.

“Ah, ini pasti si Myungsoo menyalakan musik keras sekali.” Umpatnya.

Sejenak ia merenggangkan otot-ototnya yang kaku lalu turun dari tempat tidur. Langkahnya berhenti didepan tirai jendela dan membukanya pelan. Cahaya kuning menerobos masuk memberikan sensasi kehangatan.

Bibirnya tersenyum, matanya menyorot lurus kedepan. Setengah berbisik ia berkata, “Apa kabarmu baik-baik saja Han Seungyeon? Semoga kau lebih bahagia sekarang.”

Lagi, bibirnya menyebut nama itu disetiap pagi. Setahun sudah mereka berpisah. Namun nama Han Seungyeon tetap terukir dihati dan pikiran Sunggyu.

“Hyung! Apa kau sudah bangun? Ppali ireona!” sebuah suara berteriak dari balik pintu. Sunggyu menoleh sebentar sebelum kembali fokus keluar jendela.

“Hyung! Ppali ireona! Aku mau berangkat sekolah ini!” sepertinya suara itu tak mau kalah dengan kediaman Sunggyu.

“Aku sudah bangun! Berangkatlah!” sahut Sunggyu.

Lima menit berselang tak didengar lagi suara teriakan. Sunggyu beranjak dari tempatnya lalu melangkah malas kekamar mandi. Mengguyur tubuhnya berharap dinginnya air dapat menenangkannya.

 

Jemari lentik Sunggyu memutar-mutar bolpoin yang dipegangnya. Sekali-kali suara berirama dari ketukan bolpoin dan meja kayu. Kertas-kertas didepannya dibolak-balik dengan bibir bergumam membacanya.

Sunggyu adalah seorang eksmud yang dituntut untuk selalu tampil sempurna. Meski kenyataannya hatinya rapuh, tapi tak ada yang tahu kecuali dongsaengnya dan sahabatnya dikantor.

Seperti sekarang, ia tengah mempelajari dokumen-dokumen untuk presentasi nanti. Sekilas ia melirik jam ditangannya. Pukul dua siang, ia ingat bahwa perutnya belum diisi sama sekali. Lantas ia meletakkan dokumen itu lalu menelpon  seseorang.

“Yeoboseyo? Woohyun-ah! Temani aku makan siang. Aku lapar. Eoh, dikantin kantor saja. geurom.” Tak lama kemudian ia meninggalkan ruang kantornya.

Tempat yang dituju Sunggyu tidaklah jauh. Cukup berjalan lima menit sampai pada kantin tempat janjiannya dengan Woohyun bawahan dan juga sahabatnya. Namja sipit itu meminta Woohyun untuk menemani makan. Terkadang, bibir tipisnya itu menumpahkan keluh kesahnya kepada Woohyun. Woohyun sangat bisa dipercaya, dia akan merasa tenang setelah bercerita kepada Woohyun.

“Hyung!” sosok yang ditunggu Sunggyu muncul dengan senyum mengembang.

“Eoh! Duduklah! Temani aku makan.”                                

“Kau baik-baik saja kan hyung?” tanya Woohyun. Sunggyu mengernyitkan dahinya tak mengerti.

“Niga mwonde?”

Tak menjawab, Woohyun malah menarik bibir tebalnya melengkung.

“Makanlah! Aku yang akan bayar.” Ujar Sunggyu tak menanggapi serius Woohyun dan berfokus pada makannya.

“Oh ya hyung! Kau mau ikut aku jalan-jalan?” tanya Woohyun memecah keheningan ketika mereka sibuk makan.

Sunggyu mendongak sekilas lalu kembali lagi menyantap makanannya. “Kemana?”

“Ke pusat perbelanjaan? Temani aku mencari sepatu hyung!”

“Sirheo! Kenapa kau mengajakku?”

“Aku tidak punya teman hyung! Ayolah! Ya ya ya. Hitung-hitung refreshinglah! Kau tidak bosan? Berkutat dengan dokumen terus?” Woohyun mengeluarkan semua jurus aegyeonya untuk membujuk Sunggyu.

“Terserahlah! Kapan?” daripada harus berdebat Sunggyu memilih mengalah.

Cengiran lebar terpampang diwajah tampan Woohyun. “Nanti malam hyung!” jawabnya semangat.

“Baiklah!”

∞∞∞

Malam ini, Sunggyu menemani namja bertubuh atletis itu berbelanja sepatu. Tidak biasanya Woohyun akan mengajak Sunggyu berbelanja. Woohyun akan memilih berbelanja dengan Dongwoo ataupun dengan kekasihnya Chorong.

Mata Sunggyu ataupun Woohyun sama-sama memperhatikan deretan sepatu. Woohyun terampil mengambil, meneliti detail lalu mengembalikan. Sedang Sunggyu hanya berjalan seraya memperhatikan.

Lama Woohyun memilih sepatu membuat Sunggyu bosan menunggu. Ia memutuskan untuk berjalan keluar toko setelah bilang kepada Woohyun. Kaki rampingnya melangkah tak tentu. Dan akhirnya ia berhenti pada pagar besi dan melongokkan kepalanya kebawah, melihat orang-orang berjalan dilantai bawah.

Sorot mata tajam Sunggyu menghujam kasar kearah dua sosok yang tengah bergandeng tangan. Dua sosok itu saling bergandeng tangan dan tertawa lebar.

“Rupanya kau benar-benar sudah bahagia.” Gumamnya lirih. “Aku ikut senang dan sepertinya aku juga harus bisa melupakanmu seperti kau melupakanku.”

Kembali ia memandang lantai bawah dengan wajah yang memanas menahan sakit hati. Pandangannya berubah sendu, ada sedikit genangan air dipelupuk matanya yang hampir saja terjatuh. Namun satu titik membuatnya terpaku lagi.

Satu titik itu menarik perhatian Sunggyu. Mata bulan sabitnya menatap lekat-lekat titik itu. Wajah cantiknya, senyum mengembangnya dan aura positif nan ceria yang terpancar dari dirinya. Sunggyu merasakan lagi, rasa yang mula muncul sebelum cinta. Degup jantungnya beradu cepat.

“Hyung! Kajja kita pulang.” Woohyun menepuk pelan pundak Sunggyu. Sunggyu tak bergeming, tatapannya masih terfokus pada yeoja itu. Happy virus, ia menyebutnya demikian.

“Hyung! Kajja!” ajak Woohyun lagi. Namun masih sama, Sunggyu tetap terfokus kepada Happy Virusnya itu. “Hyung!” suara Woohyun sedikit meninggi.

“Eh? Iya sebentar.” Sunggyu menengok kearah Woohyun yang telah mengekspresikan kekesalannya. Sesaat kemudian ia kembali melihat Happy virusnya. Kepalanya berputar, wajahnya berubah celingukan ternyata happy virusnya telah menghilang.

“Hyung! Kau lihat apa sih?” Woohyun penasaran dan ikut melongok kebawah. Tapi ia tidak mampu menangkap objek yang tengah menarik perhatian Sunggyu.

“Ani! Kajja kita pulang.” Sunggyu menarik tangan Woohyun yang masih penasaran.

∞∞∞

Semburat-semburat putih keemasan membelai lembut kulit mulus Sunggyu. Sejenak ia mengerjabkan kelopak matanya berkali-kali demi menghilangkan rasa kantuknya.

Berbeda dari hari sebelumnya, ia langsung kekamar mandi tidak berdiam diri ditepi jendela. Setelah merasa segar, ia turun untuk sarapan bersama dongsaengnya.

Tatapan aneh diterima oleh Sunggyu. Bagaimana tidak sudah setahun ini ia jarang sekali sarapan bersama dengan sang pemilik tatapan. Bahkan setiap pagi ia harus membangunkan Sunggyu tetapi tidak bertatap muka.

“Waeyo? Kenapa kau memandangku seperti itu?”

“Kau aneh hyung!” balas donsaeng Sunggyu –Kim Myungsoo-.

“Aneh?” alis Sunggyu bertemu.

“Eum, tidak biasanya kau akan turun lalu sarapan bersama. Dan juga! Wajahmu terlihat lebih cerah dari kemarin-kemarin.” Ucapnya santai.

Sunggyu tak menanggapi perkataan adiknya. Memang ia juga sedikit merasa lebih tenang dari biasanya. Apa mungkin semua karena si Happy Virusnya? Ia juga tak tahu. Semoga saja iya, harapnya.

Seperti biasa, kini ia berkutat dengan dunia kerjanya. Mau tak mau ia harus menggantikan Ayahnya mengurus perusahaan di Korea setelah sang ayah memilih untuk menetap di Jepang.

Bibir tipisnya mengerucut sebentar lalu tersenyum lagi. Kursi yang ia duduki berputar sesuai gerakan tubuh Sunggyu. Ia tengah membaca beberapa dokumen. Sekitar sejam ia bergelut dengan dokumen itu, membuatnya jenuh dan memutuskan untuk merehat sejenak pikirannya.

“Eoh, Hyung! Eodiga?” tanya Woohyun saat berpapasan dengan Sunggyu dilorong kantor.

“Eh? Aku mau jalan-jalan ke taman sebentar! Aku jenuh.” Jawab Sunggyu.

“O, geurae! Selamat berjalan-jalan.” Balas Woohyun seraya mengedipkan sebelah matanya yang kontan membuat Sunggyu bergidik ngeri.

‘Dasar! Namgrease ini memang!’ umpatnya dalam hati.

Disebuah taman dekat kantor Sunggyu menenangkan dirinya dari kejenuhan. Earphone telah terpasang sempurna dikedua telinganya, alunan musik mengalun indah disertai suara Sunggyu yang ikut bernyanyi. Mata segaris namja itu beredar, menyapu taman. Namun sesaat kemudian, sebuah benda menimpuk tengkuknya. Ia mendesah kesal, kepala berbalik mencari sosok yang telah membuatnya kesal.

“Mianhamnida, adik saya tidak sengaja melakukannya. Mianhamnida.” Suaranya, wajahnya dan gerakan tubuh itu menyihir Sunggyu sampai ia sama sekali tak berkedip.

“Tuan! Mianhamnida!” ucapnya dengan penuh rasa bersalah. Tubuh rampingnya membungkuk dalam-dalam.

Sunggyu masih menatap tak berkedip sosok didepannya ini. Tuhan, apa kau memang mengirimnya untukku? Batinnya bergumam. Sosok yang telah menyihirnya itu adalah Sang Happy Virus.

“Ah, gwaenchana! Aku tidak apa-apa.” Ucap Sunggyu dengan gugup. Wajah manisnya berusaha menutupi degup jantungnya yang berdetak kencang.

“Sekali lagi, saya minta maaf. Gomabseumnida sudah memaafkan adik saya.” Senyumnya mengukir manis diwajahnya. “Permisi.” Pamitnya sebelum melangkahkan kakinya kembali kearah dongsaengnya.

Tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya, Sunggyu menarik tangan yeoja itu. Sehingga ia kembali membalikkan badannya.

“Ada apa tuan?” tanyanya lembut.

Sunggyu gelagapan, dengan cepat ia melepas genggamannya dan menunduk dalam. “Mianhamnida, tidak apa-apa. Kembalilah!” tukas Sunggyu.

Ia hanya tersenyum dan meninggalkan Sunggyu lagi.

Kedua mata kecil Sunggyu tak berhenti memonitori gerak lincah serta gelak tawa yang tercipta dari sosok menggemaskannya. Si Happy Virus datang kepadanya, lebih dekat dengannya dan lebih memanjakannya. Namun, tak banyak keberanian Sunggyu untuk mendekatinya secara nyata.

Berhari-hari sudah ia melewati sendiri. Tak jarang bahkan hampir setiap hari ia menyempatkan waktu sibuknya untuk berdiam diri, sekedar mencari udara segar. Sekedar? Bukan! Sunggyu berharap dapat bertemu kembali dengan sang Happy Virusnya itu. Tetapi sejak pertemuan itu, ia tak kembali bertemu. Apa memang hanya sampai itu saja?

∞∞∞

Mendapat panggilan dari sang ayah, mau tak mau Sunggyu berangkat ke Jepang. Dan kini pun langkah kakinya tegap menyusuri bandar udara Internasional Tokyo. Dengan siulan pelan mengalun dari bibir tipisnya, ia melangkah menuju coffe shop untuk sekedar menghilangkan jetlagnya.

Mata sipit Sunggyu pun mengedar keseluruh penjuru. Banyak orang yang lalu lalang. Dikeramaian ini Sunggyu mendengar suara gelak tawa yang tak asing baginya. Reflek, ia memutar kepala, mencari sayup-sayup suara itu.

Dan Tuhan memang berkata lain, ia menemukannya. Menemukannya diantara puluhan orang yang berlalu lalang.

Apa ini sebuah takdir?

Tanpa ragu lagi, Sunggyu segera melangkah menuju suara itu.

Entah apa yang membuat Sunggyu begitu berani saat itu. Rasa rindukah? Rasa sayangkah? Atau bahkan rasa cinta?

Tak lama setelah itu, Sunggyu lantas.

‘Greb’

Memeluk yeoja itu, Happy Virusnya yang telah menghilang beberapa minggu.

“A-apa yang anda lakukan tuan?” suara itu, suara yang dirindukan Sunggyu meski terdengar ketakutan.

“Tu-tuan lepaskan saya! Aku mohon tuan.” Suaranya bergetar dan ia mencoba meronta. Namun, Sunggyu masih memeluknya erat.

“Biarkan aku memelukmu sebentar.” Ucap Sunggyu.

“Apa maksud tu-tuan? Jebal! Lepaskan saya! Jebal.” Suara bergetar berirama dengan sesenggukan. Ya! Happy Virrusnya menangis. Mengetahui itu lantas Sunggyu melepas pelukannya.

“Ah! Mianhaeyo membuatmu takut! Aku tak bermaksud....” belum selesai Sunggyu mengucapkan permohonan maaf, yeoja itu berlari menjauh.

Sunggyu terdiam, ingin mengejarnya tetapi otaknya menolak. Ia tahu, pasti yeoja itu akan takut bila melihatnya.

‘Tuhan, apa aku salah? Walaupun ia ketakutan, setidaknya aku bertemu kembali dan dapat memeluknya. Apa kisah cintaku akan di mulai Jepang? Entahlah....’

‘Pertemuan singkat! Walaupun hanya sekejap kau mampu meluluhkan hatiku, mengganti semua isi dihatiku. Apa takdir akan mempertemukan kita lagi? Semoga....’

END

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!
DeerLuvian
Ada yg mau sequel ? please komennya yaa ..

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet