Red umbrella

Love is Magic

*******TYPO BERTEBARAN*******

''YAKHH!!!! Park Jinyoung! kenapa kau melepaskannya? Susah payah kugantung teru-teru bozu itu!'', seorang namja keturunan Thailand berteriak kesal pada namja manis yang dipanggilnya Park Jinyoung.

Park Jinyoung memutar bola matanya malas lalu melemparkan sebuah boneka gundul yang digambar dengan raut menyedihkan ke arah namja Thailand yang meneriakinya. Namja Thailand itu bersungut-sungut menangkap boneka buatannya.

''Bambamie~ jangan gantung boneka menyedihkan itu dijendela kelas! Suasana jadi tambah menyedihkan kalau kau menggantungnya'', Jinyoung mendudukkan tubuhnya dibangku paling belakang kelasnya.

Jinyoung benar-benar sebal. Kenapa hujan turun disaat jam pulang sekolah akan datang. Kenapa tidak nanti saja setelah dia sampai dirumah agar dia bisa tidur nyenyak. Jinyoung tidak membenci hujan, hanya saja setiap hujan datang maka moodnya jadi benar-benar buruk. Gagal sudah rencananya untuk bermain futsal bersama anak-anak komplek sebelah.

''aku menggantungnya agar cuaca cerah kembali tau! Kau payah, tidak tau mitos Jepang'', Bambam mengerucutkan bibirnya seraya kembali menggantungkan teru-teru bozu dijendela dekat tempat duduknya.

''omong kosong!''. Bambam mendelik mendengar perkataan Jinyoung sedangkan Jinyoung hanya menjulurkan lidahnya mengejek.

''YO manis-manis! Ada apa ini? Kalian terlihat mengerikan dicuaca yang indah ini hmp?'' Jinyoung dan Bambam menoleh kearah suara yang terdengar sangat manis itu.

Seorang Nam Woohyun berjalan kearah mereka dengan senyum charmingnya. Jinyoung menaikkan sebelah alisnya saat guru sastra Korea mereka itu duduk dibangku depannya dengan tatapan yang lurus kearahnya.

''seongsaengnim aneh! Cuaca buruk begini dibilang indah'', Bambam mendorong bahu Jinyoung supaya bergeser.

Oh ayolah.... Siapa yang tidak suka pada guru sastra tampan bermulut manis mereka ini. Jinyoung terpaksa menggeser tubuhnya agar Bambam bisa duduk disebelahnya.

''aku tidak aneh, kalian tahu mitos tentang hujan?'', Woohyun menatap dua murid manisnya yang kini sedang menggelengkan kepala.

''apabila hujan datang saat jam pulang sekolah, maka hal-hal baik akan menghampirimu. Lalu saat kau menggunakan payung berwarna merah maka cinta sejati itu akan datang'', Woohyun mengerlingkan matanya jenaka saat melihat kedua muridnya menunjukkan reaksi yang berbeda.

''itu omong kosong Nam seongsaengnim! Mana mungkin cinta sejati akan datang saat memakai payung merah! Itu hanya omong kosong kelas sastra'', Jinyoung melipat tangannya didepan dada sambil menatap guru sastranya jengah.

Bukan hanya temannya yang gila mitos tapi guru sastranya sama pembualnya.

''ishhh jangan dengarkan perkataan si bodoh Jinyoung ini seongsaengnim! Aku percaya kok, itu benar-benar menarik'', Bambam tersenyum ceria kearah Woohyun.

Jinyoung menjitak kepala Bambam karna kesal dikatai bodoh sedangkan Woohyun hanya tertawa dengan tingkah lucu dua muridnya itu.

''kalian berdua tidak ada kegiatan klub? Kalau tidak ada lebih baik pulang saja, sudah hampir jam 4 sore. Percuma menunggu hujan reda, hujan seperti ini biasanya awet'', Woohyun berdiri dari tempat duduknya lalu mengacak rambut kedua muridnya gemas.

Woohyun kembali tertawa dengan tingkah Jinyoung yang menepis tangannya seraya merapikan rambutnya, sedangkan Bambam hanya menikmati perlakuan guru tampan mereka.

''segera pulang anak-anak atau kalian akan sangat membuat Nam Woohyun ini cemas karena dua murid manisnya menghilang'', Woohyun menatap muridnya bergantian dengan tatapan memelas dibuat-buat.

''nde Seongsaengnim! Percayalah padaku!'', Bambam menjawab cepat sambil mengeluarkan aegyo andalannya.

''oke, kupercayakan padamu malaikat manisku. Sampai jumpa besok ne'', Woohyun mengedipkan sebelah matanya kearah Bambam yang langsung berteriak heboh, lalu berjalan keluar kelas A1

. ''dasar makhluk-makhluk hiperbolis'', Jinyoung membereskan barang-barangnya tidak mempedulikan Bambam yang sudah melempari kepalanya dengan gumpalan kertas.

Setelah selesai dengan barang-barang mereka, Jinyoung mengambil asal salah satu payung yang ada di tempat penyimpanan payung dikelas mereka. Dia tidak peduli siapa pemilik payung yang diambilnya. Hujan diluar benar-benar mengerikan dan dia tidak mau berlarian menuju rumahnya menerjang hujan karena lupa membawa payung. Jangan salahkan dia karena memakai salah satu payung itu, salahkan pemiliknya yang menaruhnya dikelas dan bukan diloker yang sudah disediakan.

Bambam hanya menggelengkan kepalanya melihat Jinyoung asal mengambil barang orang lain, tidak mau ambil pusing Bambam segera berlalu keluar kelas dan pergi kearah lapangan basket indoor yang kini sedang ada pertandingan antara kelas A1 melawan A3. Jinyoung membuka payung yang dari tadi dibawanya saat akan keluar gedung sekolah.

Payung merah.... Terlintas dipikirannya tentang perkataan guru sastranya tadi. Dia tersenyum meremehkan lalu mulai berjalan menyusuri trotoar menuju salah satu halte bus.

Rumahnya terletak beberapa blok dari sekolah, biasanya Jinyoung membawa sepeda atau menumpang pada sepupunya Im Jaebum menggunakan motor audynya tapi hari ini sepedanya sedang dalam perbaikan dan Jaebum sedang mengikuti pertandingan basket antar kelas jadi dengan sedikit terpaksa Jinyoung harus menunggu sebuah bus sendirian ditepi jalan raya. Ditatapnya butiran air hujan yang jatuh beramai-ramai. Ingat gurauan yang pernah dikatakan teman monsternya Pyo Jihoon, Jihoon bilang dia tidak takut hujan asalkan hujan tidak keroyokan. Dasar Jihoon bodoh, kalau datangnya satu-satu kan bukan hujan lagi namanya.

Terkadang Jinyoung juga merasa iri pada hujan yang memiliki banyak teman, mereka tidak pernah sendirian. Selalu datang bersaamaan dan hilang bersamaan. Solidaritas yang tidak akan didapatkan pada mahasiswa yang terlibat tawuran.

Jinyoung mendudukkan pantatnya disalah satu bangku kosong begitu sampai dihalte bus. Hanya ada dia sendiri saat itu, oleh karena itu Jinyoung tidak menutup payungnya dan tetap memakainya.

Berjaga-jaga apabila busnya berhenti melewati haltenya. Jinyoung mengatur nafasnya pelan, mencoba meresapi suasana hujan. Meresapi bau tanah basah yang katanya bisa menenangkan pikiran. Dipejamkannya matanya saat pikirannya mulai tenang, dengan telinga tetap waspada mendengarkan suara deru mesin mobil dijalanan yang sepi.

Entah berapa lama Jinyoung terpejam saat ada air dingin menetes dipipinya. Jinyoung menautkan alisnya bingung. Tidak mungkin kan atap halte ini bocor, lagi pula payung juga masih bertengger manis dipundaknya. Dikepalanya muncul bayangan-bayangan mengerikan seperti adegan film horor yang biasa ditonton hyungnya Park Jaebum.

Jinyoung membuka matanya takut-takut. Samar-samar dilihatnya sesosok wajah yang saat ini mencondongkan wajah kearahnya. Wajah orang itu semakin dekat dan kini Jinyoung mengenali pemilik wajah itu adalah seniornya dikelas A3.

Jinyoung berusaha memundurkan kepalanya saat wajah senior itu semakin mendekati wajahnya. Hembusan nafas hangat dengan bau mint itu tepat mengenai pipi merah Jinyoung yang kedinginan.

Jinyoung hampir berteriak saat tiba-tiba senior itu menarik tengkuknya dan membungkam mulutnya dengan bibir, dengan bibir berbau mint itu. Bibir kenyal tapi dingin... Jinyoung terbelalak tanpa mampu melakukan apapun. Jinyoung meremas gagang payungnya saat bibirnya dilumat dan digigit-gigit kecil menggelitik.

Sebelah tangan Jinyoung yang bebas bergerak untuk mendorong tubuh seniornya menjauh. Tangan Jinyoung berjengit saat menyentuh baju basah seniornya.

'dia kedinginan?', Jinyoung membatin bingung.

Dia bingung pada dirinya sendiri karena merasa kasihan pada sosok yang kini sedang melakukan pelecehan pada bibir perjakanya. Tapi Jinyoung harus tetap mendorong senior sialan ini saat dirasanya nafasnya tersengal. Diam saja saat berciuman itu bisa membuatmu mati, kau harus membalasnya agar bukan hanya kau yang mati nantinya. Hai ini akan Jinyoung catat di notebooknya.

Dengan keras disodoknya rusuk senior itu dengan gagang payung yang sejak tadi digenggamnya.

''AWWHH! Yakh! Kau mau membunuhku? Ishh sakit sekali! KDRT!'', senior yang kini disadari Jinyoung berambut merah dan sangat terkenal mesumnya itu melepaskan tautan bibirnya dan kini sibuk menggosok-gosok tulang rusuknya.

Jinyoung mendelik kesal.

''harusnya aku yang bilang begitu! Kau mau membunuhku? Aku tercekik tau! Dan apa itu? KDRT? Memangnya siapa yang berumah tangga denganmu?!'', Jinyoung berteriak kesal masih sambil mengatur nafasnya.

''tentu saja kita beb, aku suamimu dan kau huswifeku yang paling manis, bibir manis, pipi merona yang manis, mata yang manis, kaki yang y, dada yang y, dan jangan lupakan marsmallow berjalanmu yang kurasa sangat kenyal! Ah sayang sekali saat ini kau sedang duduk, kalau tidak aku kan bisa mer.. AWWHH!! Berhenti menyodok perutku! Kau mengenai rusukku!'', senior itu kembali berteriak saat Jinyoung menyodokkan ujung gagang payungnya.

Jinyoung memerah. Malu mendengar seseorang yang mengatakan hal-hal mesum tentang tubuhnya.

''biar sekalian kupatahkan seluruh tulang rusukmu itu! Dasar otak cabul!'', Jinyoung akan kembali menyodokkan gagang payungnya saat senior itu menahannya.

Jinyoung gelagapan saat senior itu kembali mendekatkan wajahnya dengan mimik yang dibuat serius.

''hey kau tidak seriuskan? Aku sudah kehilangan satu tulang rusukku saat kau lahir dan kau ingin mematahkan tulang rusukku yang lain? Oh... sebenarnya aku rela memberikan semua tulang rusukku padamu tapi tidak sekarang'', Jinyoung memalingkan wajahnya tidak mau berhadapan dengan seniornya. Dia tahu wajahnya memerah tanpa kontrolnya sendiri.

''anak sastra bermulut manis! Hiperbolis!'', Jinyoung bergumam kecil yang tentu saja bisa didengar seniornya yang saat ini berjongkok dihadapannya.

''Mark Tuan! Kau bisa memanggilku Mark-hyung kalau kau mau.... Honey jua tidak masalah kok'', senior itu membisikkan namanya ditelinga Jinyoung.

Yahh sedikit jilatan dan tiupan hangat tidak apa-apa dong. Jinyoung bergidik, reflek menutup telinganya dengan tangan dan memalingkan wajahnya tapi sayang timingnya kurang pas karna saat dia menoleh bibir seniornya yang bernama Mark itu tepat mengenai pipinya. Mark menyeringai senang. Dicubitnya pipi merona Jinyoung gemas.

''Ya ampun baby~ kau tidak perlu melakukan trik murahan begitu agar mendapatkan ciumanku, katakan saja dan aku berikan sebanyak apapun yang kau mau'', Mark menjilat bibir bawahnya sambil menyeringai mesum ke arah Jinyoung.

Jinyoung membelalak untuk yang kesekian kalinya saat melihat bibir merah Mark, ciuman ganas Mark diawal tadi kembali terlintas diotaknya. Rambut basah Mark menambahkan kesan y pada namja berambut merah itu.

''namja cabul! Aku tidak peduli siapa namamu! Dan jangan memanggilku 'baby'!!! aku bukan bayimu!!'', Jinyoung berteriak sebal saat Mark sibuk dengan smartphonenya dan tidak mempedulikan perkataan Jinyoung.

Dengan sebal Jinyoung berdiri, berjalan ke halte berikutnya mungkin lebih baik daripada bersama seorang namja cabul yang terus-terusan melakukan pelecehan padanya.

''mau kemana beb? Busmu datang tuh, aku juga harus kembali ke lapangan..... Aishh pertandingannya tidak bisa ditunda lagi'', Mark mendekati Jinyoung yang akan bersiap-siap menghindar.

Ditangkapnya lengan Jinyoung cepat lalu memeluknya.

''hati-hati dijalan beb, aku tidak bisa mengantarmu pulang.... Sampai jumpa besok Jinyoungie~'', Mark membisikkan nama Jinyoung.

Jangan lupakan hembusan nafas menggoda dan tangannya yang meremas pantat Jinyoung gemas.

''brengsek kau!'', Jinyoung mendorong kasar tubuh Mark.

''WOWW benar kan kenyal sekali'', Mark sempat-sempatnya takjub sambil menatap tangannya yang tadi kurang ajar.

Jinyoung sudah bersiap dengan botol minum ditangannya untuk dilemparkan kewajah mesum Mark jika saja Mark tidak segera berlari kembali ke gedung sekolah sambil sesekali melayangkan flying kiss kearahnya.

''ARGGHHH MATI SAJA KAU SENIOR CABUL!!!!''

 

**************************************

 

Cinta itu bisa hadir dari tidak kesengajaan.

Mitos yang tidak kau percaya sama sekali bisa saja menjadi sesuatu yang mendekatkanmu pada takdir.

Jinyoung merebahkan tubuhnya dikasur favoritnya.

Lelah dengan aktifitasnya seharian, dia butuh istirahat.......

Semua mitos yang didengarnya hari ini memang omong kosong! jauh dari hal baik.....

Lelah dengan pelecehan yang diterimanya....

Benar-benar lelah.....

Jinyoung telah terlelap, tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi hari ini.

Hujan masih dengan ikhlasnya mengguyur seluruh kota.

Sebuah payung merah juga masih bertengger didekat pintu masuk rumahnya.

Payung yang sudah menjaganya dari percikan air hujan dari sekolah tadi

. Payung merah yang jika kau perhatikan baik-baik digagangnya terdapat secarik kertas yang tertempel bertuliskan 'MARK TUAN' .

 

*****************TBC******************

 

Aaaaaa abal-abal -3- maaf kalau kurang memuaskan, ff ini masih lanjut.....

Pengen masukin banyak mitos disini, forewordnya belum masuk dicerita ini jadi bakal lanjut terus...

makasih udah komen dan subscribe ff abal ini dan maaf kalau kurang memuaskan :)

sankyuu :*

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
giovanigloria #1
Chapter 3: knapa blm ada di updet author??? ufh lama nunggu lhoo.
jgn PHP donk.. -_-
dwiputrihandayani #2
Chapter 3: Huaaa, ini dilanjut dobg author.
Penasaranoh hhem
farindsahi #3
Chapter 3: waaaaaaa Adorabel... lanjut.. lanjut.. lanjut.. lanjut... lanjut author san... fict nya keren.. bikin penasaran ae...ae..... semangat menulis...
yongri_shin #4
Chapter 3: please lanjut ya ㅠㅠ
mtuan93_ #5
astaga sweet lucu hahahaha.
lanjuttt dong hahhaha
jesikamaria #6
Chapter 3: baguss kokk..
dilanjut ya..
Nayoung-ssi #7
Chapter 3: KERENNN !!
Cepet apdet yah kak :D
vickywahyu #8
Chapter 3: ahahaha kocak bgt. Mark mah nyium Jinyoungnya ga liat2 tempat ya
Lanjut ya
AStar7
#9
Chapter 3: update lagi thor X) keren bnget