Dandelion

Dandelion

Mereka adalah sebuah saksi nyata kisah cinta seorang yang wanita cantik yang selalu datang untuk menceritakan seluruh kisah hidupnya dan membiarkannya terbang bersama puluhan bunga-bunga dandelion yang berlarian kesana kemari terbawa angin.

“Aku sebal sekali. Siang ini Dongwoon oppa tidak menjemputku karena menjemput Hayoung.” Pandangan wanita itu tetap lurus dan kosong. “Nanti kalau Dongwoon oppa sudah menikah dengan Hayoung. Apakah oppa akan melupakanku? Haish tentu saja iya dia punya keluarga yang harus dia uruskan.” Dia mengacak-acak rambutnya dan berdiri.

“Yak! Son Naeun! Kau sudah dilangkahi Namjoo, Yookyung dan sekarang Hayoung! Kapan kau akan menikaaah!” Teriaknya. Nafasnya tidak beraturan. Sampai saat ini dia masih menunggu seseorang. Seseorang yang menjadi alasan atas segala keputusan hati kecilnya.

“Aku pulang.” Naeun melangkah masuk ke rumah dan melepaskan sepatunya dengan malas. Ibunya datang dengan membawa sendok sayur dan membiarkannya mendarat di kepala Naeun.

“Yak! Eomma!”

“Darimana saja kau?! Bukannya membantu Eomma untuk mempersiapkan pernikahan oppamu dengan Hayoung malah berkeliaran!”

“Eomma, aku tidak berkeliaran. Sehabis mengajar aku langsung ke bimbingan. Setelah itu aku istirahat sebentar di padang dandelion.” Lagi-lagi sendok sayur yang dipegang ibunya mendarat dikepalanya lagi, bahkan saat ini ibunya membiarkan sendok sayur itu terus menghantam kepala Naeun.

“Eomma!!” Naeun berusaha menutup kepalanya, perlahan hatinya ikut terpukul.

“Sampai kapan kau akan terus begini? Sampai kapan? Sudah Eomma bilang jangan datangi tempat busuk itu! Lihat kau sudah terlangkahi oleh Namjoo, Yookyung dan bahkan sekarang Hayoung! Kau sudah tua! Lupakan Tao!” Air mata membasahi sudut mata ibunya. Naeun berlari menuju kamar dan menutupnya dengan kasar. Ia terisak dibalik pintu, kepalan tangannya memukul dadanya berkali-kali, tidak terasa sakit bahkan tak seberapa dengan rasa sakit di dalam dadanya itu.

Ibunya Naeunpun tidak bergeming sama sekali dari tempat ia memukuli Naeun. Tubuhnyapun merasa lebih lemas hingga ia terduduk. Ia mengerti posisi anaknya yang teramat terpukul tersebut setelah lima tahun terakhir ini.

-flashback-

“Oppa! Aku ingin semuanya disini. Tapi jangan sampai dandelionnya terinjak. Kita pakai daerah sini saja yang rumputnya masih hijau. Kecuali foto praweddingnya aku ingin disana.” Jelas Naeun panjang lebar sembari menunjuk kumpulan dandelion itu.

“Oppa.” Naeun memastikan pria yang sedang memeluknya dari belakang ini masih mendengarkannya.

“Hm?”

“Oppa pasti tidak mendengarkan aku.” Tao tidak menjawab, matanya terpejam sedari tadi dengan dagunya yang bersandar dibahu Naeun.

“Aku mendengarkannya.”

“Aku bicara apa saja tadi?”

“Tentang pernikahan kita.”

“Haish. Oppa menyebalkan.” Naeun melepaskan kedua tangan Tao yang memeluk tubuhnya sedari tadi dan berjalan menuju kumpulan dandelion. Tao membiarkannya ia memperhatikan calon istrinya dari jauh. Sesekali ia mengabadikan foto calon istrinya itu didalam handphonenya.

Naeun menghampiri Tao dengan wajah yang muram, ia memeluk Tao.

“Oppa.”

“Hm?”

“Tidak apa-apa.”

“Selalu begitu.”

“Hm, tidak juga. Aku hanya merasa aneh saat ini. Aku tidak ingin jauh dari oppa.”

“Jadi, selama ini kau ingin jauh dari oppa?”

“Bukan begitu. Perasaanku tidak enak.” Tao terdiam, rasa sakit perlahan menjalar ke kepalanya.

“Hanya perasaanmu saja.” Tao memeluk Naeun erat.

“Naeun.” Panggilnya pelan.

“Iya, oppa?”

“Dengarkan aku. Berjanjilah, jangan lupakan tempat ini. Tempat yang didalamnya hanya ada kebahagiaan kita, kenangan kita. Para dandelion itu adalah saksi nyata atas cerita kita.” Tao terdiam lagi. Rasa sakitnya kini berkecamuk dikepalanya, ia menahannya sebentar.

“Jika suatu saat nanti kita tidak sampai pada keberhasilan kita. Berjanjilah kau akan menemuiku dikisah hidup yang baru nanti. Sampai nafas ini terhenti. Aku hanya mencintaimu, Son Naeun.” Rasa sakit dikepalanya menghilang diiringi dengan pelukan Naeun yang semakin erat di tubuhnya.

Beberapa jam kemudian

“Tao… Kau pasti kelelahan lagi. Ayo kita ke…….” Kris menangkap tubuh Tao yang lemas. Dengan segera Kris membawa Tao ke rumah sakit dan memasukkannya ke dalam Unit Gawat Darurat. Kris menggeretakkan giginya, ia benar benar khawatir akan keadaan Tao. Belum lagi beberapa minggu yang akan datang Tao akan menikah dengan Naeun.

Dokterpun keluar dari ruangan Tao.

“Maaf. Keadaannya tidak bisa tertolong lagi. Gegar otaknya sudah semakin parah. Kami….”

“Dia akan menikah dokter.”

“Maaf.” Dokterpun berlalu melewati Kris. Air mata Kris mengalir hangat di pipinya ketika para perawat membawa Tao yang telah tertutupi kain hingga ujung kepalanya.

-flashback:end-

Pernikahan Dongwoo & Hayoung

Naeun menatapi Hayoung yang cantik dengan wedding dressnya berjalan di altar yang kemudian keduanya saling mengucapkan janji sehidup mati. Kali ini Naeun merasakan hangat tubuh Tao yang mendekat dan memeluknya dari belakang sembari menutup matanya dan membiarkan dagunya bersandar dibahunya seperti biasa. Naeunpun sama menutup matanya seakan akan membuat semuanya terasa lebih nyata. Walaupun ia tau hal itu tidak akan pernah terjadi sampai kapanpun. Ia hanya akan selalu mengingat hangatnya pelukan itu. Sampai kapanpun.

한나 ©storyline

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet