Be Back | WooGyu | OneShot

Be Back | WooGyu

Sunggyu’s POV

 

“My Sunshine... bolehkah aku mendekati dia? Sebentar saja.”

Tidak! Aku tidak salah mendengar, itu jelas suara Nam Woohyun, seseorang yang selalu menghiasi hari-hariku sejak empat tahun yang lalu. Ia dengan manja merangkul pundakku, lalu memasang gaya merayunya yang selalu membuatku luluh, tapi tunggu dulu, aku akan menjelaskannya pada kalian semua, kalau sebenarnya ia tidak sedang merayku, tapi ia sedang merayu untuk orang lain agar ia bisa mendekati pria di ujung sana itu, sudah jelas bukan ia begitu jahat padaku? Jika dibandingkan denganku, pria manis di ujung sana memang bukan style-ku. Woohyun pasti menyukai pria itu karena pria itu jauh lebih menarik dan mungkin tak semembosankan diriku. Aku bisa melihat dengan jelas betapa cantiknya mata pria itu, dagu yang tirus, wajah mulus, juga jangan lupakan kakinya yang jenjang indah. Kurasa bukan hanya Woohyun akan tertarik pada pria itu, semua pria mungkin akan tertarik padanya. Sedangkan aku? Tubuhpun tidak bagus, berat badanku akhir-akhir ini terus bertambah, mungkin Woohyun sudah merasa risih berada di sampingku dengan keadaanku seperti sekarang. Ah, malang sekali nasibku.

 

Aku tak segera menjawab permintaanya, toh ini pun bukan yang pertama kalinya ia mengatakan hal demikian.‘Bolehkah aku mendekatinya? Sebentar saja.’ Sudah jelas ini gila, bagaimana perasaanku? Apakah Woohyun tak memikirkan perasaanku. Kalau kau sudah bosan dan ingin mencari yang lain, putuskan saja aku, bodoh!

Entahlah..aku ingin sekali menangis di hadapannya saat orang yang kucintai dengan terus terang meminta ijin padaku untuk mendekati pria lain, bukankah itu keterlaluan? Tapi..anehnya aku tidak bisa marah atau mungkin berteriak keras di hadapannya, atau mungkin juga manamparnya, rasanya ini sulit sekali, Mungkinkah Woohyun sudah benar-benar merasa bosan bersamaku? Sebenarnya bukan hanya Woohyun, akupun merasakan hubungan ini sedikit menjadi aneh, aku seolah kehilangan sosok Woohyun empat tahun lalu. Jadi sebenarnya hal-hal apa saja yang sudah kita lakukan selama ini?

 

 

***

 

 

Aku menatap kosong jalanan Hongdae yang tampak begitu lengang, tak banyak orang berlalu-lalang di sekitar sini. Wajar saja langit sudah semakin sore di susul cahaya bulan yang muncul secara perlahan menampakan keindahannya. Tidak seperti diriku, ah! Benar, mungkin selama ini aku tak menampakan keindahanku padanya, jadi Woohyun ingin aku berubah? Dan aku merasa bodoh tak menjawab permintaan Woohyun dan tidak juga meng-iya-kan permintaannya. Kenapa rasanya sulit sekali untuk sekedar mengatakan “Apa kau sudah bosan bersamaku?”

 

Empat tahun yang lalu saat pertama kali aku bertemu dengan Woohyun di depan toko kue Bungoppang, tak sengaja aku menabraknya karena Sungyeol terus mengejarku. Jujur saja saat itu entah kenapa hatiku mendadak berdesir kuat, padahal hari itu juga kita barus saja bertemu. Di hari berikutnya seolah ini sudah menjadi takdir, kita pun berjumpa lagi, kali ini tidak lagi aku yang menabraknya, tapi ia yang mengajakku untuk makan kue bungoppang bersama. Aku pun tak mengerti kenapa ia mengajakku makan bersama, aku tahu ini aneh dan bukan kebetulan. Tapi saat itu aku tak menolak ajaknya, setelah tahu kenapa ia mengajakku makan kue bersama, ternyata ia barusaja putus dengan pacarnya, oh malang sekali. sejak saat itu kami menjadi dekat dan menjadi sepasang kekasih. Tapi sekarang sepertinya perasaan Woohyun padaku sudah berubah, waktu memang sudah merubahnya tanpa aku sadari.

 

Sepanjang jalan kepalaku pusing sekali. pandanganku juga tiba-tiba sedikit memudar. Aku baru sadar  kalau aku sudah sampai di depan rumah sejak lima menit yang lalu, kukira ini bukan rumah bibi Lee. Sepertinya aku sudah mulai putus asa, Woohyun-ah, kenapa kau lakukan ini padaku? Dalam keadaan lusu, hampir saja aku menabrak pintu kamar kalau saja Sungyeol tak segera menyusulku ke atas. “Hyung, kau darimana? kau baik-baik saja?” tanyanya, dengan wajah heran, aku tahu Sungyeol sepertinya khawatir padaku, aku sudah menceritakan semuanya pada Sungyeol tentang renggangnya hubunganku dengan Woohyun. karena aku tak punya siapa-siapa lagi selain Lee Sungyeol, anak dari Bibi Howon teman dekat Eomma-ku semasa sekolah dulu.

 

Aku mengabaikan pertanyaan Sungyeol membiarkannya terus mengekor di belakangku. Kalau ia tahu, aku sedang tidak ingin berbicara dengan siapapun. Dunia ini rasanya kejam sekali. hubunganku selama empat tahun harus berkahir seperti ini hanya karena bentuk tubuhku yang sudah semakin membengkak, kau lihat saja Woohyun, aku akan berubah menjadi yang kau inginkan, tapi sebelum itu aku harus melakukan sesuatu yang besar. Tapi, hal besar apa yang harus aku lakukan?

 

Cklek!

 

Dengan lemas aku membuka pintu kamarku, tak mengindahkan pertanyaan Sungyeol, aku jawab baik-baik saja pun percuma saja, kalau kenyataannya aku sedang tidak baik-baik saja.

 

“Putuskan saja Woohyun, lalu pindah bersama paman Jungyeop ke Busan.” Ujarnya, ketus. Baru saja aku ingin merebahkan tubuhku, Sungyeol sudah mengatakan sesuatu yang tak ku mengerti, Seolah Sungyeol sudah mengetahu segalanya apa yang hari ini aku rasakan, ia duduk disamping balkon, tempat favoriteku saat menatap senja di sore hari.

“Putus dengan Woohyun? kau kira itu gampang, Yeol-ah?” aku bangkit mendekati Sungyeol. Kalau saja aku bisa, dari dulu mungkin aku sudah berhasil mengatakan ‘Kita putus’ toh Woohyun juga sepertinya sudah tak peduli lagi padaku.

 

“Kau hanya perlu mengatakan, kita putus..mudah kan? percuma saja kau mempertahankan Woohyun, sedangkan ia sendiri justru meminta ijin padamu untuk mendekati pria lain, Hyung, tidak kah kau merasa di permainkan olehnya?” suara Sungyeol semakin meninggi, membuatku semakin tak berdaya saja. Aku ingin menangis sekarang. Aku harus bagaimana ya Tuhan?

 

“Dan..aku tidak bisa Yeol-ah hiks..hiks.. aku masih mencintainya..” tangis yang kutahan sejak siang tadi akhirnya tumpah jua. Sungyeol mungkin benar, katakan putus pada Woohyun lalu pergi dari sini sejauh yang kubisa. Tapi apakah aku bisa melakukannya? Aku masih mencintainya, ini tidak semudah membuat omelet keju di pagi hari. Harusnya kau mengerti aturan itu yeol-ah hiks..hiks..hiks..

 

 

***

 

Sudah dua hari Woohyun tak memberiku kabar. Biasanya setiap pagi Woohyun selalu mengirim pesan singkat, walau hanya sekedar mengirimkan teks, ‘Selamat pagi honey’ tapi lihatlah sekarang, ponselku bahkan sejak kemarin tak ada pesan masuk dari siapaun. Mungkin Woohyun benar-benar ingin mengakhiri hubungan ini. kau benar Yeol-ah, harusnya sekarang aku katakan putus saja lalu pergi dari sini.

 

“Gyu. Makanlah, kau tidak makan dari semalam, apa kau sakit?” tanya bibi Lee, khawatir. Bibi Lee memang sosok ibu yang menghangatkan. Terimakasih bibi Lee, aku akan membalas kebaikanmu suatu saat nanti. Ah..Sungyeol pasti sangat beruntung mempunyai ibu sebaik bibi Lee. Tapi haruskah aku menjawab ‘Ya benar aku sakit, dan yang paling sakit adalah hatiku,’ itu memalukan. Aku tidak mungkin mengatakan itu kecuali pada Sungyeol saja.

 

“Aku tidak apa-apa, hanya tidak berselera saja, bi.” Apa boleh buat aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya pada bibi Lee. Bibi Lee, maafkan aku. Sudah dua hari ini aku selalu mengabaikan masakan yang sudah susah  payah bibi masak. Semuanya karena Woohyun, Nam.Woo.Hyun.  menekankan suku kata namanya.

 

***

 

Aku berjalan malas menaiki anak tangga, hari ini aku memilih tidak berngkat kuliah. Percuma saja, aku hanya tidak ingin pak dosen melemparkan penghapus ke wajahku seperti hari kemarin saat tiba-tiba aku seperti orang gila berteriak histeris, seperti ini, “Nam Woohyun!!! kenapa kau lakukan ini padaku?”

 

Oh ya Tuhan, pantas saja kalau JungRyul Seongsaengnim dan semua anak kelas melihatku dengan tatapan tajam dan menusuk. Benar-benar memalukan.

 

Pip.

 

Kurasa ponselku berbunyi. Tiba-tiba bibirku membuat lengkungan indah. Sebuah sms masuk ke ponsel cantikku, itu pasti Woohyun. Woohyun pasti mengajakku bertemu hari ini.

 

[Pelanggan yang terhormat, saat ini E-Mart sedang mengadakan Discount 50% untuk setiap pembelian Bulgogi asap pedas. Silakan berkunjung ke E-Mart dan dapatkan discount menarik lainnya. Terima kasih]

 

“Mweoya ige?”

 

Aku mengelah nafas, memainkan ujung rambut yang mencoba menghalangi pandanganku. Kukira Woohyun mengirimiku pesan. Kau kira hari ini aku akan pergi market ahhh? Jangan harap! Aku bahkan tidak berselara makan sampai berat badanku nanti turun 10kg, kau puas ahh?

 

Brak..

 

Mengenaskan, ponselku sekarang sudah tak berbentuk. Aku benci hidup ini. Aku benci cinta. Aku benci Nam Woohyun.

 

 

***

 

 

Other side

 

Woohyun datang ke kampus dengan wajah berseri-seri. Seolah hari ini ia akan mendapatkan jackpot besar, ia melangkah ringan menuju kelas Sunggyu. berharap kabar gembira yang ia berikan tak akan membuat jantung Sunggyu lepas dari asalnya. Senyum manis bahkan tak pernah pudar dari lengkungan bibir sensualnya sejak ia menginjakan kaki di Seoul Univesity beberapa menit yang lalu. Woohyun dan Sunggyu adalah mahasiswa tingkat akhir di salah satu universitas Seoul. Dan Woohyun mengambil jurusan yang sama pula dengan Sunggyu.

 

Sudah dua hari ini Woohyun juga tak melihat penampakan Sunggyu. ia juga merasa khawatir dengan keadaan Sunggyu dan juga hubungan mereka. Perbuatannya ini memang sangat keterlaluan. Selama ini Sunggyu tidak pernah sadar kalau ia sedang membohonginya.

 

Mengedarkan padangan ke berbagai penjuru dan nihil Woohyun tak melihat Sunggyu dimanapun. Di sudut perpustakaan, Woohyun melihat Sungyeol sedang berbincang-bincang bersama Myungsoo, jadi tidak ada salahnya jika ia bertanya pada Sungyeol, toh Sungyeol juga orang serumah dengan Sunggyu, ia pasti tahu dimana Sunggyu sekarang, pikirnya.

 

“Yeol-ah annyeong, Sunggyu eodi?”

 

“What? Kau bertanya Sunggyu dimana? Kau tidak salah Woohyun? Ya! Apa kau kira aku tidak tahu ah? Kau pecundang!!!”

 

“T-tunggu dulu. Apa yang terjadi Yeol-ah. Kenapa kau berbicara seperti itu?”

 

“Ck! Sudahlah tidak usah basa-basi, kau mencampakan Sunggyu Hyung, kan? dan berusaha mengejar Key tapi tak perna berhasil, kan? Sunggyu seperti orang gila sekarang. Dan semua itu karenamu. Kuharap kau tinggalkan Sunggyu Hyung sekarang. Dia pantas bahagia meski bukan bersamamu, kau paham?”

 

“Myungsoo, kaja...” lanjutnya. Myungsoo yang tak tahu apa-apa ia hanya mengekor saja di belakang Sungyeol. Woohyun tercengang dengan perlakuan Sungyeol. Sesekali ia mengusap dadanya.

 

“Heol! Sungyeol keterlaluan, kalian hanya tidak tahu hal besar apa yang aku lakukan untuk Sunggyu selanjutnya. Lihat saja nanti.”

 

Woohyun mendatangi kediaman bibi Lee, rumah Sungyeol. Sebab sejak tadi ia tak bisa menghubungi Sunggyu. ia berharap Sunggyu ada disana dan saatnya memulai kejutan besar untuk Kim Sunggyu.

 

Mendengar bel rumahnya terus berbunyi, wanita paruh baya itu meninggalkan dapurnya dengan apron biru yang masih melekat di tubuhnya. Bibi Lee melihat layar kamera rumahnya sekilas dan ada Woohyun disana. Segera saja bibi Lee membukakan pintu dan mempersilakan Woohyun masuk.

 

“Annyeonghaseyo bi, wah..sepertinya bibi sedang sibuk ya?” sapa Woohyun ramah. Kedatangan Woohyun kerumahnya tentu sudah tak asing lagi bagi Howon sejak Sunggyu menetap di rumahnya. Howon tahu Woohyun adalah kekasih Sunggyu, teman dari anaknya Lee Sungyeol. Semua sudah cukup jelas, sampai bibi Lee melupakan pertanyaan untuk apa Woohyun kemari? Sunggyu bahkan sudah membawa koper lima belas menit yang lalu. Oh! Bibi Lee pikir Sunggyu tak memberi Woohyun kabar tentang kepergiannya ke Busan.

 

“Kau tidak mengantar Sunggyu? Dia ingin pergi ke Busan, kau tidak tahu?” tanya bibi Lee, heran. Apakah mereka sedang bertengkar? Daya ingat Woohyun tak cukup baik hari ini, ia tak juga pergi menyusul Sunggyu. kenapa Sunggyu tak memberitahunya kalau ia akan pergi, lalu kenapa harus ke Busan?

 

Beberapa detik kemudian Woohyun tersadar, Sunggyu mungkin sudah menuju halte. Tanpa mengatakan apapun  Woohyun pergi mengejar Sunggyu. membuat bibi Lee semakin bingung saja.

 

 

***

 

 

Sunggyu’s POV

 

Busan, mungkin untuk saat ini kembali ke Busan adalah pilihan satu-satunya agar aku bisa melupakan Woohyun. bersamaan dengan koper ini kuseret langkah berat menuju halte. Aku juga tak memberitahu Sungyeol kalau aku akan ke Busan untuk beberapa saat. Biarkan saja, toh ini juga ide darinya.

 

Kurang lebih 200 meter lagi aku sampai di halte depan. Aku sengaja memilih menggunakan bus, aku malas menggunakan subway. Traumaku bersama subway beberapa tahun yang lalu membuatku enggan untuk menaiki subway lagi. Terakhir aku kembali menaiki subway bersama Woohyun, itu pun karena Woohyun memaksaku, Woohyun tidak bisa pergi jauh menggunakan bus, ia pasti akan mabuk berat. Kita sebenarnya sangat berbanding terbalik. Woohyun yang romantis dan aku yang terlalu menganggap hal-hal kecil memanglah sepela. Itulah mengapa aku merasa nyaman berada di samping Woohyun, tapi sepertinya sekarang aku harus siap-siap kehilangannya.

 

Sunggyu..

Sunggyu-ya..

Berhenti Sunggyu..

 

Aneh. Seseorang seperti memanggil namaku. Aku menoleh dan jantungku tiba-tiba saja hampir lepas. Woohyun mengejarku tergopoh-gopoh sembari mengatur nafas, oh jadi apakah dia lari mengejarku?

Aku berharap perpisahan pahit yang selama ini aku bayangkan tidak akan terjadi. Apakah ini artinya Woohyun akan mengakhiri hubungan ini? ya Tuhan tolong aku, aku belum siap dan tidak akan pernah siap karena aku hanya mencintai Woohyun.

 

Ia berhasil meraih tanganku, lalu menahannya. Desiran hebat mulai menjalar di hatiku. Woohyun ku mohon jangan mengatakan apa-apa atau hal-hal keji yang tidak ingin pernah ku dengar sepanjang hidupku.

 

“Apa yang kau lakukan? Untuk apa kau ke Busan, urusan kita belum selesai, Gyu.” Tanyanya tak sabaran.

 

Ia masih tak melepaskan pergelangan tanganku, Woohyun bilang ‘urusan kita’ belum selesai. Oh please, jadi kau ingin mengatakan kita putus terlebih dulu lalu kau akan bilang, “Selamat tinggal Sunggyu...” seperti di melodrama yang aku tonton bersama bibi Lee setiap weekendnya, begitu?. Adegan yang sama sekali tidak aku sukai.  

 

Aku menatapnya tajam, perlahan ku hirup napas dan mengeluarkan teratur, inilah saatnya keputusan terberat dalam sejarah hidupku, “Kalau kau ingin mengakhiri hubungan ini, baiklah. Aku tak mengapa. Tapi kumohon berikan satu alasan yang sebenarnya kenapa kau berpaling dariku dan memilih pria cantik itu? katakan saja yang sejujurnya sekarang, aku sudah siap dan kita akan berpisah baik-baik, kan?” woah! Betapa hebatnya diriku bisa mengatakan kalimat panjang yang selama ini menjadi kalimat keramat karena aku tak sanggup berpisah dengannya. Aku bahkan berpaling darinya setelah mengatakan kalimat keramat itu.

 

“Dorawa, dorawajwo jebal! Kau tak perlu lagi menggunakan busway atau bus, aku sudah mendapatkannya untuk kita.”

 

Siapapun itu, tolong sadarkan lamunanku, apa yang baru saja Woohyun katakan? Dorawa? Kembalilah? Ada apa lagi? Apakah ia masih tidak puas mempermiankan hatiku?

Oh, lihat sekarang! Bahkan dia memelukku tanpa aba-aba, ini seperti Woohyun-ku empat tahun yang lalu. Apa yang terjadi? Pelukan ini, pelukan yang sudah lama aku rindukan, aroma tubuhnya kembali bebas memasuki rongga penciumanku, Woohyun ayo jelaskan padaku sekarang sebelum aku kehabisan oksigen karena pelukan mautmu ini.

 

“Lepaskan, semua orang melihat kita. Aku malu.” Titah ku pelan. Dan benar saja, Woohyun melonggarkan pelukannya, ia mundur beberapa langkah ke belakang, dan merogoh saku celananya. Hei? Apalagi yang akan bocah gila ini lakukan?

 

Woohyun mulai memainkan ponselnya dan memutar sebuah lagu asing yang tidak pernah aku dengar sebelumnya. Aku tidak tahu perbuatan konyol apa saja yang akan ia lakukan selanjutnya, detik berikutnya ia letakan ponsel itu di jalan, dan menyuruh seorang ajussi untuk merekamnya menggunakan camera pemberian ulang tahunnya dariku. Musik itu mulai mengalun santar seiring dengan irama gerakan tubuh Woohyun.

 

Dance...

 

[Dorawajwo, i want to back, back, back, back.

Back, back, back, back, back

neowa nae gieok nal signae matgyeojima.

Dorawajwo, i want to back, back, back, back.

Back, back, back, back, back

gidarilke na yeogi namgyeojin chae doraseon chae i say save me

 

aku memerhatikan Woohyun yang terus menari di hadapan semua orang. Hal bodoh lainnya adalah sekarang ia berlutut di hadapan ku dengan seikat bunga mawar merah. Ia berjongkok percis adegan-adegan telenovela, “Kim Sunggyu-ssi jebal dorawajwo. Nal saranghae. Neomuna saranghae. Gajima jebal...” ucapnya lirih. Tak ingin mempermalukan Woohyun, aku segera meraih bunga mawar merah itu dan segera menariknya kedalam pelukanku, sangat erat. Tak peduli orang-orang menonton gratis adegan kami, toh aku juga menikmatinya. Meskipun Woohyun tak mengatakan apapun tentang hal-hal kemarin, tapi aku percaya padanya, ia hanya mencintaiku. Woohyun hanya mencintaiku.

 

“Saranghae Sunggyu-ya...”

 

“Nado, nado saranghae Nam paboya..”

 

 

END

 

 

Epilogue

 

Satu minggu sebelum Woohyun melakukan ide gila itu, Woohyun sudah memenangkan hati Key. Woohyun tak memiliki perasaan apa-apa terhadap Key, ia hanya ingin membantu kawan lamanya untuk mendapatkan cinta dari Key dengan imbalan sebuah mobil mewah untuknya. Siapapun pasti tidak akan menolak tawaran itu, terlebih selama ini Woohyun tak pernah membawa Sunggyu kemana-mana menggunakan kendaraan pribadi. Mereka selalu menggunakan kendaraan umum, dan bagi Sunggyu itu tak jadi masalah, asalkan Woohyun selalu disisinya. Tentu saja ini menjadi kesemapatan Woohyun untuk mendapatkan mobil mewah itu secara Cuma-Cuma meskipun resiko yang ia tanggung adalah kehilangan Sunggyu dengan alasan karena berselingkuh dengan yang lain. Tapi toh selama ini ia terbukti tidak pernah melakukan itu bahkan rasa cintanya kepada Sunggyu semakin kuat saja. Jadi hari ini semuanya sudah selesai. Tak ada lagi misi untuk tersakiti.

 

Woohyun mempersilakan Sunggyu memasuki mobil mewah itu. tak banyak tanya dari Sunggyu. ia hanya tidak tahu harus berkata apa selain bahagia dan terharu. Woohyun melakukan semua ini untuknya. Air mata itu mengalir di pipi chubby Sunggyu, kenapa selama ini ia tak mempercayai Woohyun? kenapa ia justru mengambil tindakan bodoh menuduh Woohyun akan mengakhiri hubungannya. ‘Aku benar-benar bodoh.’ Gumamnya.

 

“Jangan menangis lagi. Aku sudah ada disisimu untuk selamanya, honey.” bisikan Woohyun membuat hatinya tenang, Sunggyu memeluk Woohyun erat. Menenggelamkan kepalanya di dada bidang Woohyun. perasaan bahagia kini benar-benar membuncah dihatinya. Ia seperti menjadi orang paling bahagia hari ini atau mungkin di dunia ini.

 

“Kita akan kemana Woohyun?” tanyanya, manja. Inilah sosok Kim Sunggyu yang tak pernah membuat Woohyun bosan, manja dan merajuk. Woohyun mulai menstater mobil barunya, lalu tersenyum sekilas kepada Sunggyu kemudian menjawab pertanyaan kekasihnya itu.

 

“Ke Altar. Kau bersedia?”

 

“Okay...”

 

THE END

 

 

*Typo harap maklum. Mind to review boleh? Jangan timpuk saya pake gas elpiji 3kg kalau storynya ga ngfeel please, saya buat ini ketika insom semalam sampai pagi subuh hehe, jadi commentnya saya tunggu ya okay?

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
cassie_greg #1
Chapter 1: It's a little weird. But, hahahh! The fact is .. i love reading indo fanfics especially the stories by you. #jieunkim congratulation XD
The best story from you to me is 'Falling In Love With My Anti-fan' its really pretty nice to me :) good job haahh... btw, i'm from malaysia actually ^^
fyeahbulletproof
#2
Chapter 1: ke altar? omo... :O
dwiyomi #3
Chapter 1: keren... ngefeel bacanya ;-)
gyuomi #4
Chapter 1: YaTuhan, mereka ke altar naik mobil??? Kedalam gereja???!!! Woohyunnie must be crazy ~ /sigh/ but I love this kind of fanfics ><
shin-pads
#5
Chapter 1: Owah... OwO

Endingnya asik banget dah xDD.

"Kita akan kemana?"

"Ke altar. Kau bersedia???"

Wkwkwkkwkw... Maniiiss deeh~
kay_yayah #6
Chapter 1: Back back back....
Haha..nasib baik gyugyu tak sempat naik bus...
Woohyun-ah kamu memang menjengkelkan tau...
How dare you hurt gyugyu...???
Tapi akhirnya kerna mau mendapatkan mobil itu untuk kesenangan gyugyu,pergi menikah sekarang... Noona beri restu pada mu berdua..
Yoni_Maharani #7
Chapter 1: JOAAAAAHHH....aku suka banget!!
seperti biasa FF-nya selalu kereeeen maksimal <3
#WINK