Part 1

Important Time

Lee Hyeri, teman sekamar yang menjadi sahabat Bang Minah itu berbaring di kasur sembari menatap kosong langit-langit kamarnya. Nuansa tenang kamar mereka membuat Hyeri terus memikirkan harus bagaimana untuk menjalani tantangan nanti, ia sangat khawatir.

Waktu kelulusan sekolah penyihir adalah minggu depan. Seperti biasa, pihak sekolah penyihir memberi tantangan kepada setiap muridnya yang akan lulus, dan malam itu adalah waktunya.

Teng..

Teng..

Teng..

Lonceng raksasa yang ada di menara asrama berbunyi. Semua murid tahu itu adalah tanda kalau mereka harus cepat-cepat ke lapangan. Setelah berkumpul di lapangan, mereka saling mengobrol satu sama lain tentang tantangan yang akan diberikan nanti.

“Semua, bersiaaap!” aba-aba dari sang mandor terdengar dan semua murid mulai tenang.

Kepala sekolah penyihir datang dengan di kawal oleh dua orang prajuritnya. Ia menaiki podium untuk memberikan pidato.

“Murid-muridku yang tercinta, kalian berada disini adalah berkat kerja keras kalian. [Skip yaaa]. Setiap murid akan memiliki tantangan yang berbeda, tentu saya pilih berdasarkan kemampuan kalian, untuk itu silahkan periksa kantung jubah kalian masing-masing dan kalian akan menemukan kertas tantangan. Sekarang adalah waktunya, kalian harus berusaha sekuat tenaga untuk bisa lulus dan menjadi penyihir yang sesungguhnya! Sekian”

Kepala sekolah turun dari podium. Wajahnya yang tegas memberikan kesan yang meyakinkan sekali saat berpidato tadi.

Teng..

Teng..

Teng..

Lonceng kembali berbunyi. Semua murid di lapangan berpencar ke asrama masing-masing, bagi murid yang asramanya di lantai paling atas dan sangat jauh mereka memakai sapu terbangnya, bagi yang di lantai bawah mereka menaiki tangga, ada yang sangat bersemangat, ada yang malas-malasan, tapi kebanyakan hanya biasa-biasa saja sambil mengobrol dengan temannya.

“Huaaa aku takut sekali tidak sanggup melewatinya,” rengek Hyeri pada Minah.

“Kau pasti bisa. Semangat!” Minah mengepalkan tangannya memberikan semangat pada Hyeri.

“Itu tidak akan manjur bagiku. Kau tahu kan, aku paling lemah di kelas. Aku sangat ceroboh, nilaiku paling rendah di kelas” Hyeri menyandarkan dirinya di kasur.

“Sudah lah, kali ini kau pasti bisa, aku yakin. Kalau kau benar-benar ingin lulus, kau harus serius menghilangkan sifat cerobohmu, jangan terlalu buru-buru saat bertindak, kau juga harus pandai-pandai mengencerkan otakmu,” seru Minah panjang lebar. “Ah ya, waktu itu saat aku disuruh Mr. Oh mengembalikan peralatan ke ruangan sebelah ruangan kepala sekolah, tidak sengaja aku mendengar percakapan dari ruangan itu, dia bilang kau ini sangat pandai sebenarnya, loh!”

“Hah? Apa iya?” tanya Hyeri membelalakkan mata.

“Nggg” Minah menatap kosong wajah Hyeri, ia melamun.. ‘Sebenarnya waktu itu aku hanya lewat saja, tidak mendengar percakapan apa pun’

“Yaa! Kenapa melamun?!”

“Mwo? Ah aku serius, beneran deh! Makanya jalani saja nasihatku tadi. Sayang, kan, kau sudah melewati banyak tahun untuk sekolah di sini, tapi setelah lulus kau tidak menjadi penyihir. Apa gunanya kau sekolah di sini kalau begitu”

“Benar juga apa katamu” Hyeri kembali menatap langit-langit kamarnya. Ia menghela napas.

“Eh, Hyeri, kau dapat tantangan apa?” tanya Minah tiba-tiba.

“Tidak tahu. Aku saja belum menyentuh jubahku”

“Ishh kenapa tidak dilihat dulu? Nanti kalau keburu hilang bagaimana? Kepala sekolah pasti juga akan menguji ingatan kita, bukan?”

“Ah iya, kau benar!” dengan grasak grusuk(?) Hyeri buru-buru mengambil kertas yang ada di kantung jubahnya.

KARTU TANTANGAN

Kartu ini tidak dapat ditukar dengan teman kalian, kalau ada yang berani menukar kalian akan tanggung akibatnya sendiri. Untuk pemilik kartu ini, kau harus menemukan salah seorang di bumi yang tahun lalu adalah siswa di sekolah penyihir, dengan ciri-ciri:
1) Berkulit eksotis,
2) Memiliki jubah sekolah penyihir,
3) Memiliki simbol sekolah penyihir di pelipis kiri, dan
4) Memiliki kalung dengan bandul simbol sekolah penyihir.

Kami beri waktu hingga hari sebelum hari kelulusan tiba. Tidak ada negosiasi apapun. Bagi yang gagal atau melewati hari yang ditentukan, maka gerbang sekolah penyihir akan ditutup dan tertanda murid tersebut tidak lulus. Selamat berjuang!

“Apa ini? Hey, Bang Minah, di bagian bumi mana yang memiliki banyak penduduk berkulit eksotis?”

“Hah? Apa? Eksotis? Hahahaha memang apa tantangan untukmu?” Minah menghampiri Hyeri dan melihat kartu tantangannya.

“Wah, sepertinya kau murid pilihan, Hyeri! Tantanganmu tidak terlalu berbahaya tapi resikonya besar, pasti kepala sekolah punya alasan tersendiri,” Minah menggeleng-gelengkan kepalanya sembari membaca kartu tantangan Hyeri, yang ditanya hanya diam saja dengan mulut mengerucut.

“Tapi tidak lucu sekali, disana aku harus menemukan seorang mantan murid sekolah ini, lantas untuk apa dicari lagi? Lalu kalau sudah ketemu mau diapakan dia?”

“Berarti kepala sekolah masih berhati baik, kalau pun kau gagal melewati tantangan ini kau masih bisa pulang dengan dijemput adik kelasmu yang akan lulus itu, kalau mau diapakannya aku tidak tahu”

Hyeri meringkuk di kasurnya dengan kepala ditutup bantal.

“Hey hey, resiko ku juga besar, kok, bayangkan saja aku harus bertahan hidup melawan tikus-tikus gila, kalau aku tidak berhasil melewati tantangan aku bisa mati kau tahu!”

“…”

Hyeri hanya diam. Minah memutar kedua bola matanya malas.

-oOo-

Teng..

Teng..

Teng..

Semua murid berlarian menuju lapangan. Pagi ini sekolah penyihir akan memulai tantangan. Di lapangan tersebut sudah terdapat lima pintu yang diatasnya bertuliskan ‘Jungle’ ‘Earth‘ ‘Dragon’ ‘Crazy Mouse’ dan ‘Crazy Wolf’.

“Bagi semua murid diharapkan memilih pintu tujuan kalian masing-masing”

Suara perintah dari kepala sekolah terdengar menggema di lapangan. Minah dan Hyeri bertemu sebentar, mereka mengucapkan selamat tinggal dan memberi semangat satu sama lain, setelah itu masuk ke barisan masing-masing, Minah ke barisan ‘Crazy Mouse’ sedangkan Hyeri ‘Earth’.

Teng..

Teng..

Teng..

Grrrttttttt

Kelima pintu gerbang terbuka bersamaan. Satu persatu murid di tiap barisan itu memasuki gerbang dengan pelan dan mata tertutup, tujuannya tentu agar tidak timbul hal yang tidak diinginkan.

-oOo-

“Ahjussi, harga ikan ini berapa?”

“Ah baiklah, terima kasih”

“500 yen saja lah”

“…”

Hyeri menatap sekeliling dengan bingung, terlalu banyak orang, ini membuatnya pusing, belum lagi suara berisik orang-orang sekitar, orang berlalu lalang dengan cepat, dan bau amis yang bercampur bau-bau lainnya.

Brukkk

Astaga Hyeri terjatuh, kakinya melemas. Ia belum kuat untuk berdiri. Tapi, kenapa orang-orang tidak melihatnya? Apa orang-orang dibumi tidak kenal rasa kasihan atau apa? Hah, entahlah.

“Permisi permisi!”

“Kyaaaaa!” Hyeri menyingkir. Untung saja ia bisa bergerak cepat, kalau tidak, bisa terlindas gerobak yang di dorong ahjussi tadi.

Hyeri mulai bangkit, dia berjalan gontai mengikuti arah jalanan, ia tidak tahu harus kemana. Tunggu, dimana teman-teman satu sekolahnya? Yang dikirim ke bumi kan bukan hanya Hyeri, tapi kenapa hanya ada dia disini? Ah menyebalkan sekali.

Hyeri terus menyusuri jalanan, ia sadar sekarang kenapa orang-orang tidak melihatnya, itu karena ia masih memakai kalung dari sekolah penyihir. Sembari memainkan kalungnya Hyeri terus berjalan tanpa arah, hingga ia berada di suatu tempat dimana jalanan sangat ramai lalu lalang orang.

Brukkk

“Aw”

Lagi-lagi Hyeri terjatuh, untung di bangku bukan lantai seperti tadi. Ia menyenderkan punggungnya di sandaran bangku lalu menghela napas. Ternyata di bumi tidak semudah yang aku pikirkan, batinnya.

Tiba-tiba Hyeri merasakan seseorang duduk di sebelahnya. Ia melihat ke samping, ternyata benar, seorang laki-laki dengan jas kuning terang sedang memanggul tas dan memakai headset. Kok, tampan, ya? batin Hyeri. Hyeri menatap lelaki itu.

Lelaki itu menatap Hyeri, tatapannya bersahabat sekali.. Tapi tunggu, lelaki itu kenapa menatap Hyeri lama sekali? Hyeri menengok ke sisi satunya tetapi tidak ada siapapun.

Karena merasa canggung, Hyeri kembali menatap jalanan dan menyenderkan punggungnya. Lelaki itu juga kembali menatap jalanan, tetapi sembari senyum-senyum. Hyeri yang melihatnya tidak dapat menghindari rasa malu dan bingung tentunya.

Tidak lama, lelaki itu pergi setelah mendapat pesan dari ponselnya. Sebelum pergi, ia memberi senyuman pada Hyeri dan membuatnya semakin kebingungan.

Hari mulai gelap, sedari tadi Hyeri hanya duduk di kursi itu. Ia benar-benar bingung harus kemana, tidak ada teman, tidak ada asrama, tidak ada petunjuk. Karena tidak ada pilihan, Hyeri memberanikan diri membuka kalung sekolah penyihir dan pergi ke tiap rumah yang ia temui untuk meminta izin tinggal.

“Maaf, kami tidak menerima orang asing”

Brak

“Eeeeeugh!! Kenapa orang-orang bumi pelit sekali, sih!” Hyeri mengepal kedua tangannya geram. “Tidak menerima orang asing lah, tidak cukup kamar lah, banyak alasan! Dasar pelit!”

“Bukan pelit, mereka hanya mencegah kejahatan, karena daerah Seoul sekarang ini rawan sekali orang jahat”

Hyeri menengar suara berat khas laki-laki, ia menoleh. “Eoh?” Hyeri membelalakkan mata. Itu kan laki-laki tampan yang senyum padaku tadi, batin Hyeri.

Hyeri melihat sekeliling lalu dengan cepat ia lari. Ia tidak tahu harus bagaimana berhadapan dengan orang itu, ia ditatap balik, ditertawakan, bahkan ia diikuti! Aigoo.

Hosh, hosh

Hyeri berhenti lari, lumayan jauh jarak dari tempat tadi. Ia tidak ingin berlari lagi karena ia sudah tidak kuat lagi untuk bernapas.

“Terpaksa deh malam ini tidur jalan” Hyeri cemberut. Ia merogoh kantung celananya, ia ingin mengenakan kalung itu kembali.

Tapi..

“DIMANA KALUNGKU?!!”

-oOo-

Cit cit cit

“Suara apa itu?” Minah membuka mata, sekelilingnya saat itu adalah hutan belantara yang hanya diterangi oleh rembulan, ia dapat merasakan dinginnya hutan itu.

Cit cit cit

“Ini kah tempatnya?”

Cit cit cit,” suara tikus yang tiba-tiba muncul dari belakang Minah mengagetkannya.

“Hyaaaa!” Minah cepat tanggap lalu memukul tikus itu dengan tongkat ajaibnya dan tikus itu pun lari ke lain arah. “Wah, besar sekali, tingginya saja hampir sama denganku”

Minah tidak bisa diam disana, ia harus mencari tempat yang aman untuk ditinggali, ia yakin sekali pasti di daerah sini ada teman-temannya yang lain, maka dari itu ia menelusuri jalan setapak yang ada di hutan itu. “Pasti jalan ini bekas tantangan tahun lalu, berarti kalau aku menelusuri jalan ini akan ketemu tempat yang aman untuk di tinggali? Tepat!”

Cukup lama Minah menelusuri jalan, ia menemukan tempat yang dimaksud, beruntunglah kau Minah, batinnya, ia tersenyum puas.

“Baiklah, strategi apa yang harus aku susun, ya? Ah iya berhubung aku tidak sendirian disini, aku harus punya alat komunikasi dengan mereka, tapi pakai apa, ya?” Minah mengeluarkan semua barang bawaannya, ada tongkat ajaib, bubuk penglihatan, dan..

“Apa? cuma segini? Sepertinya aku bawa barangnya banyak, deh, kenapa hilang semua?!!

Menyebalkaaan!

Baiklah, aku tidak bisa terus-terusan kesal, tapi saat ini sepertinya lebih baik aku tidur dulu”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet