s h o t

Miracle Exist to be Believed [Hunsica ver]

Bagaimana pun juga dua minggu akhirnya berlalu. Sehun sudah dapat melepas perban  di tubuhnya termasuk di kaki kanannya karena ternyata kakinya hanya luka-luka tidak ada patah tulang serius dan Sehun kini sudah dapat berlatih berjalan sendiri meggunakan tongkatnya. Itu semua karena Jessica yang mulai melatihnya menggunakan tongkat tersebut. Sejak saat itulah Sehun dapat bepergian sendiri tanpa bantuan Jessica. Akan tetapi jauh di dalam hati Sehun ia menyesal dapat menggunakan tongkat berjalan karena bagian dari dirinya entah mengapa lebih menyukai kalau Jessica membantunya duduk di kursi roda.

            Saat Sehun terbangun dari tidurnya, entah mengapa hal pertama yang terlintas di benaknya adalah untuk bertemu dengan Jessica. Bangun dari tempat tidur, ia meraih tongkat berjalannya. Ketika ia hendak membuka tirai, sebuah suara terdengar di gendang telinganya.

            “Cukup Xiu Luhan! Hubungan kita sudah berakhir!” sebuah suara yang ia yakin berasal dari pita suara Jessica itu terdengar, membuat wajahnya mengeras.

            “Tunggu dulu Jessica-ah. Aku masih menyukaimu, berilah aku kesempatan.” Sebuah suara namja bernama Xiu Luhan tertangkap oleh gendang telinganya.

            “Tidak ada kesempatan lagi, Luhan-ya. Semua rasaku telah mati semenjak kau meninggalkanku,membuangku!” kali ini suara Jessica terdengar sangat parau, di tepi-tepi akan menangis.

            “Jessica-ah, kumohon.”

            Percakapan mereka terus berlangsung hingga akhirnya berhenti setelah terdengar suara pintu yang tertutup dengan cukup keras. Setelah itu, hanya terdengar sebuah suara isakan.

            Sehun kemudian membuka tirai sekat dan melangkah menuju sumber suara tersebut. Ia kemudian meletakkan tongkat berjalannya pelan lalu berjongkok menyejajarkan mukanya ke muka yeoja yang sedang duduk di sofa. Tangannya berupaya meraih pipi Jessica lalu mengusap air mata yang mengalir dengan lembut. Saat itulah Jessica menghentikan tangisnya dan masih bingung dengan apa yang terjadi.

            “Noona...Ulijima...” kata Sehun pelan. Tangannya pun lalu menjelajahi muka Jessica, seakan-akan menikmati wajahnya dengan merabanya, mulai dari bagian wajah atas hingga bawah.

            “Noona pasti sangat cantik. Sangat sia-sia jika noona merusak wajah noona dengan menangisi namja bodoh bernama Xiu Luhan tersebut.” Ucap Sehun lirih. Di saat Jessica hendak membalas perkataannya, Sehun menempelkan telunjuknya ke bibir Jessica.

            “Ssst..”

            Kemudian tanpa sebuah keraguan, Sehun mengunci bibir Jessica dengan bibirnya membuat mata Jessica terbelalak, hampir membulat sempurna. Satu detik...Dua detik...Tiga detik..Sebuah ciuman statis pun terjadi. Sehun tidak ingin memperdalam ciumannya karena ia yakin saat itu bukanlah waktu yang tepat. Melepaskan ciuman tersebut, Sehun kemudian merengkuh bahu Jessica dan berdiri lalu memeluknya, membenamkan kepala Jessica ke dadanya. Membuat Jessica dapat merasakan kehangatan tubuhnya dan mendengarkan degup jantung Sehun yang terdengar cukup kuat dan semakin kuat. Dan entah mengapa Jessica diam saja dengan perlakuan Sehun di samping denyut jantungnya yang ikut menaik pulsasinya.

 

            “Eomma..Bisakah aku lebih lama berada di rumah sakit ini?” tanya Sehun lirih ketika eommanya sedang menyuapinya bubur untuk sarapan karena Sehun belum bisa makan sendiri dengan keadaan matanya yang seperti itu.

            “Aigoo..Sehun-ah. Sudah yang ke berapa kalinya kau meminta eomma untuk memperpanjang masa rawat inap? Apakah itu karena pasien sebelah? Arasso.” Eomma Sehun menggodanya kemudian terkekeh kecil.

            “Eomma! Lirihkan suaramu. Bagaimana kalau Jessica noona dengar?” protes Sehun dengan muka merah tomatnya.

            “Arrasso arasso.”

            Eomma Sehun sebenarnya sudah mengetahui sejak lama bahwa anaknya menyukai Jessica akan tetapi ia masih belum berani mengatakan kalau umur Jessica saat itu tinggal satu minggu lagi. ia tidak ingin mematahkan hati anaknya yang baru saja terluka karena ditinggal mantan kekasihnya, Kim Nari.

            “Suapan terakhir!”

            Setelah itu, eomma Sehun pun meninggalkannya karena urusan pekerjaan yang telah menantinya. Di saat ia berhasil keluar setelah saling bertukar salam dengan Jessica yang sedang melukis, ia menangis. Menangis mengingat Sehun akan kehilangan yeoja yang ia sukai lagi.

           

            Merasa sedikit canggung karena kejadian malam sebelumnya, Sehun tetap tidak bisa menahan diri untuk bertemu dengan Jessica yang kini sedang melukis.

            “Jessica noona..” Tidak ada jawaban. Sehun memanggilnya kembali.

            “Jessica noona..” Kembali tidak ada jawaban walaupun ia memperbesar volumenya. Ia pun berhenti ketika ia mendengar sebuah suara langkah kaki mendekatinya. Detik berikutnya, ia tersadar bahwa ada seseorang sedang memegang tangannya.

            “Pulanglah, Sehun-ah. Keluargamu menunggumu.” Ucap Jessica sambil melihat wajah Sehun yang sedang kebingungan stelah mendengar perkataannya.

            “Noona..” gumam Sehun, menundukkan wajahnya.

            “Noona..K-kau t-tahu..aku..” Sehun terbata-bata kemudian mendongakkan wajahnya.Menunjukkan Jessica sedikit harapan yang sebentar lagi akan ia hancurkan menjadi berkeping-keping.

            “Aku tahu, Sehun-ah. Kumohon, pulanglah.. Kau tidak boleh menyukaiku.” Lanjut Jessica sambil menutupi mulutnya dengan kedua tangannya, menahan agar tangisnya tidak jatuh ketika ia mengucapkannya.

            “Noona..” saat itulah saat-saat terperih bagi Jessica karena ia harus melihat air mata mengalir dari sepasang mata milik Sehun.

            Dan di satu minggu-minggu terakhirnya lah Jessica menghabiskan waktunya dengan kehampaan. Tanpa sosok Sehun, namja yang diam-diam telah merebut hatinya. Namja yang membuatnya tidak lagi menggalaui sosok Xiu Luhan. Namja yang memberinya semangat untuk menghadapi operasi.

            D-Day

            Seorang pemuda sedang menunggu di bangku ruang tunggu Rumah Sakit ditemani dengan ayah dan ibunya.

            “Sehun-ah. Akan ada yang mendonorkan matanya untukmu. Bersyukurlah sayang. Kamu akan dapat melihat lagi.” sang ibu memeluk anaknya dan mengusap lembut wajahnya sedangkan pemuda tersebut hanya tersenyum. Pikirannya sejak kemarin hanya terpusat kepada yeoja yang telah berhasil membuatnya susah tidur. Yeoja bermarga Park yang 3 minggu menemaninya.

            “Eomma..Bisakah aku bertemu dengan Jessica noona sebentar. Aku ingin mengabarinya tentang ini.” kata Sehun dengan nada gembiranya.

            “Sayangku Sehun..Eomma ingin menceritakan kepadamu sesuatu tapi janji, nae jangan marah kepada eomma?” ujar sang Ibu masih memeluk anaknya.

            Sehun mengangguk.

            “Pendonor mata itu adalah Jung Jessica, dan itu terjadi jika operasinya hari ini gagal.” Sehun terdiam. Ia terlalu shock,seakan-akan petir di siang bolong menyambarnya menjadi abu. Betapa bodohnya ia saat Jessica menyuruhnya untuk meninggalkannya dan ia benar-benar melakukannya. Ia merutuki dirinya sendiri saat itu. Mengapa di saat hari-hari terakhirnya ia malah tidak berada di sampingnya. Malah menjauhinya dan mencoba untuk melupakan cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

            Di detik itu juga, Sehun sadar ada satu kalimat yang belum sempat ia ucapkan kepada Jessica. Satu kalimat yang mewakili perasaannya. Satu kalimat yang selalu tersangkut di tenggorokannya, yang begitu sulit untuk ia katakan.

_______

            Keesokan harinya...

            Sehun akhirnya berhasil menyatakannya. Di detik-detik Jessica akan melakukan operasi, Sehun berhasil tiba di kamar Jessica ketika di sana Jessica sedang siap-siap untuk operasi. Mereka pun akhirnya saling berbalas kata-kata tentang perasaan mereka, tentang kalimat perpisahan mereka yang Sehun akhiri dengan sebuah ciuman di dahi Jessica. Iya, memang Jessica saat itu mengakui bahwa dirinya memiliki perasaan yang sama dengan Sehun akan tetapi sekarang terlambat sudah. Jung Jessica, yeoja spesial yang sangat Sehun cintai telah diambil kembali oleh yang di atas.

            Sedih.Jelas itu yang dirasakan oleh Sehun. Matanya yang sembap menangis semalaman ia tutupi dengan kacamata hitam saat kakinya melangkahkan dirinya ke sebuah tanah pemakaman. Diletakkannya bunga lili kesukaan yeoja kesayangannya tersebut di depan batu nisannya. Ia masih ingat betul saat yeoja bersuara merdu tersebut mengatakan bahwa ia menyukai bunga lili karena keanggunnya ketika air hujan membasahinya. Air bening yang ia kira telah habis terkuras kini mengalir lagi, membuat sungai bening di wajahnya. Menjatuhi tanah pemakaman yang masih basah dan bunga lili yang sudah diletakkannya.

            Sehun dan orang tua Jessica adalah dua orang terakhir yang tersisa di saat rombongan berbaju hitam berbondong-bondong meninggalkan lokasi. Sehun masih tampak tertunduk mendoakan Jessica sedangkan eomma Jessica masih saja menangis membuat suaminya terus menerus menenangkannya.

            “Ikhlaskan saja, yeobo. Itu akan membuat masa istirahatnya di sana menjadi lebih tenang.” Ucap sang suami dengan suara lembutnya meskipun wajahnya juga menunjukkan kesedihan yang sama dalamnya.

            Karena hari semakin gelap, eomma Jessica pun beranjak dari tempatnya.

            “Sehun-ah...Jessica menitipkan sesuatu kepadamu.Setelah ini atau mungkin besok, kau bisa mengambilnya di rumah kami.” Nyonya Park kemudian memberinya sebuah kertas yang bertuliskan alamat rumahnya kemudian ia tersenyum tipis.

_______

            Sehun’s POV

            Kulihat lekat-lekat lukisan yang Ny. Park berikan kepadaku. Tampak terlukis sosok namja mengenakan baju pasien rumah sakit dengan senyum tertempel di wajahnya menatap lurus ke luar jendela. Meskipun hanya tampak dari samping, Sehun sudah dapat menebak jelas bahwa itu adalah dirinya. Matanya kemudian tertuju kepada sebuah note di ujing lukisan tersebut.

            Tidak tahukah engkau bahwa tirai bilikmu yang di dekat jendela agak terbuka? Itu menguntungkanku, tahu. Karena dengan itu aku bisa dengan diam-diam melihat wajah tampanmu setiap pagi hingga aku lupa sarapan dan lupa mandi. Hihi

            Dan karena kau belum pernah melihat wajahku, aku lampirkan juga selfie-ku untuk penghantar tidurmu di balik lukisan ini.

            Sehat selalu, Oh Sehun.

            xoxo

Jessica Jung

 

            Aku pun tak elak menangis lagi. sesak rasanya mengingat yeoja yang kusayangi dengan sepenuh hati telah menghilang selamanya dari sisiku. Akan tetapi, meskipun aku tidak bisa menyandingnya sekarang, aku sudah cukup bahagia karena setidaknya perasaanku terbalas. Meskipun sosoknya telah tiada, kenangan yang telah kita buat akan selalu abadi.

            Kubalik lukisan pemberian Jessica noona dan kudapati sebuah foto memang terlekat di sana. Terlihatlah sebuah senyum indah oleh gadis berambut panjang di foto tersebut.

            “Betul kan,noona. Kau memang cantik.”

            Dan tangisku pecah lagi. Aku membungkukkan badanku menahan tangis yang seakan-akan meledak bagaikan bom atom.

            Sejak saat itu, aku, Oh Sehun, pelajar sebuah sekolah menengah atas di sebuah daerah di Seoul yang merupakan penggila berat pelajaran Matematika dan sangat sangat tidak menyukai pelajaran seni, memutuskan untuk menggeluti bidang seni dan menggunakan sepasang mata indah ini untuk melukis.

            End of Sehun’s POV

 

Maaf kalo pendek banget,banyak typo dan angst nya gagal. Soalnya bikinnya juga dalam tempoe yang sesingkat-singatnya (haha macam proklamasi)

Anyway, RCL yah. ^^

Thanks for reading ^^

Please nggak usah malu-malu buat komen. Semakin banyak komentar, semakin author semangat bikin ff Sehun atau Jessica lagi ^^ hehe

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet