Final

Night Story

“Hajima!!!”

 

Taemin semakin memojokkan diri diujung sofa. Tangannya yang memegang bantal untuk menutup sebagian wajahnya bergetar. Matanya terpejam kuat-kuat.

 

“Aaaaaaaaaa~”

 

Lengkingan panjang yang memekakan telinga terdengar saat sebuah tepukan mendarat di bahu Taemin. Samar-samar terdengar isakan kecil dari balik bantal.

 

“Hyung! Kau membuatnya menangis!”

 

Key melempar bantal yang dipegangnya. Mendarat mulus di wajah sang leader SHINee. Seolah terkena dorongan kencang, Onew terpental kebelakang. Tubuhnya mendarat di lantai dorm.

 

“Tak usah berlebihan, hyung.” serentak member yang lain bersuara, kecuali Taemin yang masih terisak.

 

Onew terkekeh ditempatnya sambil mengusap bokongnya yang terasa nyeri. Bangkit lalu duduk disamping Key.

 

Sang 'eomma' mengelus pelan punggung Taemin. Tatapan mematikannya masih ia lancarkan pada Onew. Lalu berganti pada Minho yang memulainya.

 

“Hentikan ceritamu, Choi Minho!”

 

“Tapi aku penasaran dengan lanjutan ceritanya.” Jonghyun merajuk. Benar-benar tak sesuai dengan wajahnya yang 'sangar'.

 

“Tidak!”

 

“Oh ayolah. Apa perlu akau mengeluarkan...”

 

“STOP!” teriakan keras keluar dari mulut Minho, Key, dan Onew. Oh bahkan Taemin juga.

 

Semua mata tertuju pada Taemin. Menunggu keputusan sang maknae. Memilih Minho melanjutkan ceritanya atau melihat aegyo dari Jonghyun. Pilihan yang sulit. Keduanya menyeramkan bagi Taemin.

 

“Aku akan tidur bersamamu, hyung.” Taemin mengapit lengan Key.

 

Semua menghela napas lega. Kecuali Jonghyun yang masih kesal. Separah itukah aegyo miliknya?

 

“Oke, aku lanjutkan.” Minho menarik napas lalu menghembuskannya. Menatap satu-satu temannya yang duduk diposisi masing-masing.

 

“Sosok itu ada disana lagi. Hanya berdiri melihat jalannya syuting. Seperti yang kubilang, kupikir dia salah satu dari kru. Penata rias misalnya. Tapi saat kutanyakan pada kru yang lain, mereka bilang tidak ada wanita dengan ciri-ciri seperti yang kusebutkan.”

 

Minho berhenti. Sekedar untuk beristirahat mengambil napas karena bercerita panjang lebar.

 

“Berarti dia...”

 

“Itu kemungkinan terbesar.” Minho menyahut seakan tahu apa yang ada dipikiran Jonghyun.

 

“Saat break, aku berniat untuk mencari wanita itu di salah satu bangsal yang baru saja kami pakai. Terlihat beberapa kru yang masih membereskan peralatan. Dan ia masih disana. Kali ini tepat menatapku.”

 

“Sungguh? Kau tidak takut?”

 

Bukannya mendapat jawaban, empat pasang mata dengan sorot kesal malah didapatkan oleh Onew.

 

“Mian. Mian.” Ia mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum kikuk.

 

“Cukup lama kami bertatapan. Hingga ia melesat keluar ruangan. Penasaran, aku pun mengikutinya. Ia terus melayang melewati koridor-koridor rumah sakit. Dan tiba-tiba ia berbelok menembus pintu rawat inap anak-anak. Saat aku membuka pintu itu, ia tidak ada.

 

Saat aku ingin keluar, aku melihatnya lagi. Kali ini ia berdiri di samping salah satu tempat tidur bayi. Beberapa bayi yang tadinya diam jadi menangis. Tapi bayi disampingnya tetap tertidur pulas. Menggeliat kecil saat wanita itu mengusap puncak kepalanya. Samar, namun kulihat bayi itu tersenyum.”

 

Minho meneguk air mineral yang diberikan Jonghyun. Ia mengubah posisi duduknya. Meluruskan kakinya dan memijatnya.

 

“Hyung, lanjutkan ceritanya.”

 

Taemin bersuara. Para hyung menatapnya heran. Baru saja beberapa menit yang lalu ia berteriak untuk berhenti bercerita. Tapi sekarang jadi ia yang tidak sabar untuk mendengar kelanjutan cerita Minho.

 

“Waeyo? Ceritanya jadi tidak seram.” ujarnya sambil meletakkan bantal dibalik kepalanya untuk bersandar.

 

“Dua perawat langsung masuk menenangkan para bayi yang menangis. Ada satu perawat yang menghampiriku. Ia bercerita kalau bayi yang tidak menangis itu tak memiliki ibu. Ibunya meninggal sesaat setelah melahirkannya.”

 

“Pendarahan hebat. Dokter telah menyarankan untuk merelakan bayinya, tapi ibu mana yang tega membiarkan anaknya pergi. Jadi ia memilih untuk tetap melahirkan sang bayi dan mengorbankan nyawanya. Kami yang membantu persalinannya sampai menangis. Tapi ia terus saja tersenyum, meski kami tahu betapa sakitnya penderitaan yang tengah ia rasakan. Dan saat bayi perempuan itu lahir, saat itu juga senyumnya memudar. Ia pergi untuk selamanya.”

 

Minho menghapus setitik air mata yang menggenang disudut matanya. Onew dan Key malah sudah bercucuran air mata. Jonghyun susah payah menahan air matanya keluar. Dan Taemin yang jarang terlihat menangis, sudah membasahi lengan bajunya yang dipakai untuk menutupi matanya.

 

“Kurasa ia hanya ingin mengingatkan betapa berjasanya seorang ibu.”

 

“Sembilan bulan membawa kita dirahimnya, itu bukan hal yang mudah.”

 

“Berada diantara hidup dan mati untuk melahirkan kita.”

 

“Rela tidak tidur untuk menjaga kita.”

 

“Dan selalu memberikan ayam yang lezat.”

 

“LEE JINKIIIIIIII!!!”

 

Lemparan empat bantal langsung menghantam Onew. Plus satu jitakan dari Key.

 

end.

 


 

Duh bang Jinki kena jitakan dari eomma /puk puk puk/ Makanya jangan mikir ayam aja. Kkkkk~

Nyok ah komen dulu ^^

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Namayou
#1
Chapter 1: Ahahahah...
LOL..
XD
XD
XD
ParkJung #2
Chapter 1: lucu thor...kyknya author cocok nulis cerita yg genre kyk gini...thumbs up!! fighting! ^^