First Love vs Second Love

First Love

Maaf jika typos bertebaran... Happy Reading.

_____________________________________________________________________________________________________________________

 

"Taec hyung, saranghee..."

"Woyoungi, mian, aku sudah punya seorang princess." 

 

 

Wooyoung terbangun. Mimpi itu datang lagi. Mimpi yang selalu datang ketika dia tidur di rumahnya di Busan. Hari masih gelap, tirai di kamarnya bergoyang di tiup angin, masuk kedalam kamarnya melalui lubang angin di atas jendela. Dingin sekali, Wooyoung ingin menarik selimutnya dan tidur lagi, tapi terdengar suara dari luar kamarnya, sepertinya datang dari dapur. Mungkin ibunya telah bangun dan sedang memasak sarapan. 

Wooyoung bangkit dan berjalan keluar kamarnya, menuju dapur. Dia melihat ibunya sedang mengaduk-aduk sesuatu yang ada di dalam panci di atas kompor. Wooyoung duduk di ruang makan yang menyatu dengan dapur, ibunya masih tidak mengetahui kedatangannya, karena terlalu asik dengan masakannya.

"Ibu sedang masak apa?" tanya Wooyoung lembut, takut mengagetkan ibunya.

"Oh kau sudah bangun, ibu sedang memasak sup ayam kesukaanmu. Kau mau sarapan sekarang atau menunggu ayahmu" tanya ibunya.

"Nanti saja ibu, aku mau mandi dulu." jawab Wooyoung sambil berjalan ke arah kamar mandi.

Setelah dia mandi dan berganti pakaian, dia pergi ke ruang makan lagi, dilihatnya ayanya sudah duduk sambil membaca koran, sedangkan noonanya sedang membantunya di dapur.

"Ayah selamat pagi"diciumnya pipi ayahnya, "noona tumben kau sudah bangun." kata Wooyoung bercanda, kemudian dia memeluk noonanya dari belakang.

"Yach Uyongie, kau itu sudah tua, tapi masih saja seperti anak kecil. Bisa tidak sih kau berubah?" teriak noonanya sayang dan mengeliatkan badannya agar Wooyoung melepaskan pelukannya.

"Noona aku kan anak bungsu jadi wajar kan kalau aku masih bermanja-manja denganmu."

"Sudah-sudah." ibunya melerai keributan mereka. "Wooyoungie duduklah. Kita sarapan sekarang." Ibunya menaruh semua makanan yang sudah di masaknya tadi. 

Sudah lama sekali, mereka tidak sarapan bersama seperti ini, Wooyoung sudah lama tidak pulang, dia pindah ke Seoul ketika dia mendapatkan beasiswa, dia masih duduk kelas 9 junior high school dan dia 14 tahun waktu itu. Tapi setelah dia mendapatkan ijasah sarjananya dia tetap tidak bisa pulang ke Busan karena dia diterima bekerja di Seoul.

Sarapan itu menjadi ajang tanya jawab, orang tua dan noonanya menanyakan kabarnya dan apa yang sedang di rencanakan untuk masa depannya. Wooyoung menjawab apa adanya, tanpa menutupi apa pun, dia tahu mereka khawatir dengan keadaannya yang sudah lama tinggal di Seoul.

Setelah sarapan Wooyoung meminta ijin keluar, untuk berkeliling kampung dan dia ingin bertemu teman-teman sekolahnya dulu. Ibunya menambahkan jika banyak teman-temannya yang sudah menikah dan mempunyai anak yang lucu-lucu. Wooyoung tersenyum mendengarkan penjelasan ibunya. Dan senyumnya itu masih tertinggal di wajahnya, ketika dia meninggalkan rumahnya.

Wooyoung berjalan menuju taman yang ada di kampungnya, taman tempat dia bermain bersama teman-temannya, dan tempat dia menyatakan cinta pada seseorang yang merupakan cinta pertamanya dulu.

 

 

 

Ok Taecyeon adalah bintang di sekolanya. Ketua siswa dan bintang di lapangan basket. Banyak youja yang menyukainya, tapi dia belum memutuskan satupun dari mereka untuk menjadi pasangannya. Ok Taecyeon sudah duduk di kelas 2 di senior high school, sedangkan Wooyoung masih duduk di kelas 9 junior high school. Taecyeon juga merupakan hyung dari teman akrabnya yaitu Junho. Melalui Junho, Wooyoung sering mencari tahu apa kegiatan Taecyeon, siapa pacarnya, apa hobbynya dan apa cita-citanya. Tapi Junho selalu menjawab seadanya yang makin membuat Wooyoung penasaran.

Wooyoung mencintai Taecyeon diam-diam, dan dari jauh saja. Dia sadar, dia hanya seorang namja yang tidak pantas menjadi pacar dari seorang Taecyeon. Namun perasaannya itu meluap tak tertahankan, hingga kesempatan itu datang menghampirinya.

Wooyoung berlari pulang, dia lupa membawa payung, dan hari itu hujan deras, karena ingin pulang cepat dan ingin meyelesaikan pr nya yang menumpuk, Wooyoung menerobos hujan. Tapi dia menghentikan larinya ketika dia melewati taman itu dan di lihatnya Taecyeon duduk sendirian di ayunan, di bawah guyuran hujan. Wajahnya yang tampan tampak sedih. Wooyoung mendekatinya lalu berhenti di hadapan Taecyeon.

"Taec hyung, kau sedang apa? sendirian disini, hujan-hujanan, nanti kau sakit." kata Wooyoung penuh perhatian.

"Wooyoungie" sapanya ramah, dia kenal Wooyoung, karena dia teman adiknya dan sering bermain ke rumahnya. "Tidak apa Wooyoungie, aku hanya menikmati hujan." dia menjawab pertanyaan Wooyoung.

"Tapi kau kelihatannya sedih sekali." Apakah ada yang menganggumu?" 

"Bukan apa-apa, dan itu juga bukan urusanmu."

Wooyoung kaget dengan jawaban kasarnya.

"Mana Junho, kenapa kau tidak pulang dengannya?" tanya Taecyeon.

"Junho masih ada pelajaran tambahan, jadi aku pulang sendirian.

"Oh, kalau begitu aku pergi ya."

"Taec hyung tunggu." teriak Wooyoung sambil meraih tangan Taecyeon dan membalikkan badan besarnya.

Taecyeon kaget dengan kekuatan yang di miliki Wooyoung, badannya kecil tapi mampu menarik dan membalikkan badannya.

"Ada apa?"

Wooyoung gugup, dia menundukan wajahnya, pipinya yang chubby memerah. Dia sangat cute, Taecyeon tahu banyak teman sekolahnya yang menyukai Wooyoung.

"Taec hyung saranghee." Wooyoung menatap mata Taecyeon malu, tapi binar matanya setulus pernyataannya. Jika Taecyeon tidak mempunyai pacar, akan diterimanya pernyataan cinta yang indah ini.

"Wooyoungie, mian, tapi aku sudah punya seorang princess." tolak Taecyeon, sambil meninggalkan Wooyoung yang masih shock mendengar penolakannya.

Wooyoung hanya bisa memandangi kepergian Taecyeon, hatinya merasakan sesuatu yang dia tidak tahu apa, seperti di remas-remas. Kata princess di akhir perkataannya menjelaskan bahwa di bukan seorang gay. Wooyoung menangis dan berjongkok, memegang dadanya yang terasa sakit. Dihapus air matanya yang jatuh di pipinya yang chubby, lalu mulai berlari lagi, meninggalkan taman sambil menangis, kali ini dia membiarkan air matanya jatuh, bercampur dengan air hujan, dan meluruhkan semua perasaannya.

Sejak saat itu, Wooyoung jarang bermain dengan Junho, dan selalu menolak jika dia mengajaknya bermain kerumahnya. Wooyoung tidak ingin bertemu Taecyeon, dia masih merasa malu dengan penolakan Taecyeon yang spontan itu. Tidak lama kemudian, tawaran beasiswa itu datang, untunglah orang tuanya tidak melarang kepergiannya. Wooyoung kemudian meninggalkan kampung yang sangat di cintainya, meninggalkan keluarganya, dan meninggalkan cinta pertamanya.

 

 

 

Wooyoung memasuki taman itu, banyak anak-anak yang sedang bermain di sana. Wooyoung menaruh perhatian lebih kepada seorang wanita cantik  yang sedang menyuapi makan anaknya. Dia sedang hamil, dan itulah yang membuatnya begitu bersinar. Wooyoung berjalan mendekati ayunan yang kosong, lalu mendudukinya. Di gerakkannya perlahan ayunan tersebut, sambil memperhatikan anak-anak yang sedang bermain, sampai dia tidak menyadari ada seseorang yang memanggil namanya.

"Wooyoungie, Wooyoung, kaukah itu?" Tapi karena panggilanya tidak di jawab, lalu dia menghampiri Wooyoung dan memegang pundaknya.

Wooyoung kaget, dia mendongak, dan bertambah kaget  begitu dia mengetahui siapa yang menyentuh pundaknya. Matanya membesar dan mulutnya terbuka.

"T..Taec hyung" teriaknya keras tanpa sadar. Orang yang tidak ingin di jumpainya, namun tetap saja bertemu.

"Woo, kapan kau pulang ke Busan, lama sekali kau pergi, sudah berapa tahun ya?" tanya Taecyeon.

"12 tahun hyung. Kau sedang apa disini hyung?"

"Aku hanya ingin menjemput istri dan anakku." Taecyeon mengedarkan matanya mencari istri dan anaknya.

"Yeoboe." panggilnya kepada wanita yang sedang hamil tadi, 

Setelah wanita itu dan anaknya mendekat, Taecyeon memperkenalkan mereka, "Yeoboe, kenalkan ini temannya Junho, ketika dia masih sekolah disini dulu, tapi sekarang tinggal di Seoul." kata Taecyeon menjelaskan keadaannya kepada istrinya. Dilihatnya tangan Taecyeon yang melingkar di pinggang istrinya sambil mengelus perutnya yang buncit dengan lembut.

Mungkin kalau dia dulu pemandangan itu melemahkan hatinya, tapi sekarang tidak lagi.

"Hai aku Eun jung." terdengar suaranya yang merdu. "Kau sangat tampan Wooyoungie." lanjutnya lagi sambil tersenyum manis.

"Salam kenal noona, aku Wooyoung."

"Dan ini adalah anakku yang pertama, umurnya 4 tahun, Eun hyuk beri salam pada paman." Anak itu lalu keluar dari belakang ayanya, lalu menjulurkan tangannya yang kecil kepada Wooyoung.

"Halo paman, aku Eun hyuk dan umurku 4 tahun." katanya dengan suara yang kecil.

"Halo juga Eun hyuk, kau mirip sekali dengan ayahmu." balas Wooyoung. 

"Wooyoung kau tidak ingin bertemu Junho, dia kangen sekali padamu?" kata Taecyeon.

"Sebenarnya aku akan pergi kerumahmu, tapi aku tertahan di taman ini"

"Kau ingin mengenang masa lalu ya?" kata Eun jung.

"Mungkin, kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa Taec hyung, noona, Eun hyuk."

Wooyoung berjalan meninggalkan taman itu, menuju perkebunan dan area persawahan, niatnya untuk bertemu dengan teman-temannya dan Junho menguap begitu saja. Dia hanya ingin menjernihkan pikirannya yang sempat kacau, dan melupakan kejadian yang tidak diinginkannya tadi di taman. Dibantunya seorang petani yang kesulitan mendorong gerobaknya yang tersangkut sebuah batu, dia juga membantu pasangan suami istri yang sedang panen sayuran tanpa meminta bayaran, tapi setelah selesai petani tersebut memberikannya sebuah sawi yang sangat besar, lalu dia bergabung bersama anak-anak remaja yang sedang bermain di sungai, mengingatkan dia juga sering bermain di sungai itu bersama teman-teman dulu.

Hari telah menjelang sore ketika dia sampai di rumahnya, dijelaskan kepada ibunya apa yang dilakukannya di luar ketika ibunya  bertanya kenapa dia baru pulang sekarang. Dia memberikan sayuran yang dia bawa, dan meminta ibunya untuk membuatkan Kimchi kesukaannya yang akan di bawanya nanti kalau dia pulang ke Seoul.

Sejak kejadian di taman itu, Wooyoung tidak berani keluar dan berkeliling kampung lagi. Dia hanya tinggal di rumah, dan membantu ayahnya membetulkan kandang ayam yang rusak, ayahnya takut jika tidak di betulkan dengan segera ayam-ayamnya akan kabur. Dia juga suka membantu ibunya di dapur sambil menanyakan resep-resep masakan kesukaannya. Dan dia juga sempat menemani noonanya yang pergi bersama-sama teman sekantornya ke gunung dan bermain air terjun.

 

 

Hari sudah larut ketika dia sampai di apatemennya di Seoul. Dia membuka pintu lalu masuk dan melihat lampu ruang tamu masih menyala. Pasti pacarnya belum tidur.

"Khunieee aku sudah pulang." teriaknya gembira karena dia begitu merindukan pacarnya yang tampan.

Nichkhun keluar dari dapur, lalu menghampiri Wooyoung. Wooyoung meloncat dan memeluk Nichkhun erat, kakinya melingkar di pinggang Nichkhun, lalu di ciumnya Nichkhun denga sangat bernafsu, Wooyoung membuka mulutnya agar lidahnya dan lidah Nichkhun bisa bertemu. Tautan itu akhirnya berhenti ketika mereka kehabisan napas.

"Honey, kalau kau selalu seperti ini ketika pulang dari Busan, maka sering-seringlah kau kesana." kata Nichkhun dengan napas yang masih terengah-engah.

"Mungkin, tapi aku akan mengajakmu, jika aku pulang lagi nanti." Wooyoung turun dan mengecup bibir Nichkun.

Nichkhun memgiginkan lebih, dia ingin menyeret Wooyoung kekamar mereka dan langsung melampiaskan keinginannya yang sudah tertahan selama 1 minggu, tapi dia tahu pacarnya pasti capek dan butuh istirahat setelah perjalanan jauh yang dia tempuh.

"Mandilah, aku sudah masak spagetti kesukaanmu."

"Baiklah. Oh khunie aku membawa kimchi buatan ibuku tolong kau masukkan ke dalam lemari es ya." katanya cutely,lalu masuk kekamar mereka.

Setelah Wooyoung mandi mereka makan. Nichkhun membereskan bekas makan mereka sedangkan Wooyoung berada di ruang tamu menonton tv. Setelah Nichkhun selesai membereskan dapur, dia menyusul Wooyoung ke ruang tamu, tapi dia melihat Wooyoung sudah tertidur di sofa. Nichkhun membawa Wooyoung ke kamar mereka dan membaringkannya dengan lembut di kasur, dia juga membaringkan tubuhnya di sebelah pacarnya. Di pindahkannya kepala Wooyoung ke atas lengannya, di cium keningnya dengan lembut, lalu diapun menyusul tidur.

 

Wooyoung terbangun ketika dia masih dalam dekapan Nichkhun. Diangkat wajahnya untuk melihat wajah malaikatnya tidur, dia suka melihat dan memandangi wajah Nichkhun ketika dia tidur dikecupnya dagu Nichkhun, lalu di letakkan telinganya ke atas dada Nichkhun untuk mendengarkan detak jantungnya, yang seperti alunan musik dan selalu menenangkannya. Dia merasakan gerakan-gerakan di bawahnya. Nichkhun sudah terbangun akibat kegiatan kecilnya.

"Selamat pagi khunie." Wooyoung mengecup bibir nichkhun dengan lembut.

"Hai, honey, selamat pagi juga." kata Nichkhun disela-sela kecupan mereka.

"Khunie, kenapa kau tidak menjawab ketika aku mengajakmu ke Busan tadi malam. Apakah kau tidak mau pergi ke sana?" Tanya Wooyoung penasaran.

"Siapa bialng aku tidak mau. Tapi sebelum kita kesana, aku akan membawamu ke Thailand dan mengenalkanmu pada keluargaku, lalu setelah itu baru kita ke Busan bersama orang tuaku."

"Kenapa kita pergi ke Busan bersama orang tuamu." Wooyoung tambah bingung mendengar rencana Nichkhun itu.

"Tentu saja untuk melamarmu, sayang," jawab Nichkhun yang membuat Wooyoung terkejut.

"Khunie, benarkah?""Kau ingin melamarku?" tanya Wooyoung.

"Wooyoung, maukah kau menikah denganku?" Nichkhun berkata dalam satu tarikan napas.

Wooyoung tidak menyangka Nichkhun akan melamarnya, memang dia selalu menunggu lamaran Nichkhun, tapi setelah dia mendengarnya langsung, tetap saja itu mengagetkannya. Dia memeluk Nichkhun erat, menganggukan kepalanya, tanda dia menerima lamaran itu.

Wooyoung berpikir betapa takdir mempermainkan perasaan cintanya. Namun dia menyadari cinta pertama tidak selalu indah. Walaupun Nichkhun adalah cinta kedunya, tapi dia tahu itu adalah cinta terakhirnya. Cinta yang akan selalu membahagiakannya. Selamanya....

_____________________________________________________________________________________________________________________

 

 

end.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
pipikya #1
Chapter 1: ini oneshot kan? alurnya agak terlalu cepet sih menurutku, padahal aku nikmatin banget ceritanya, agak gimana gitu jadinya(?)
teorinya cinta pertama itu jarang ada yang berhasil lol
awalnya aku kira ini cuma menceritakan tentang sakit hatinya wooyoung aja, tapi baru inget kalo judulnya ada second love-nya kk
terus berkarya authornim. karya selanjutnya ditunggu ^^
LenkaChakhi
#2
Chapter 1: Onnie yg ini mau jadi one shot atau lanjut ? Kalo lanjut ? Di update jga dong . Kalo one shot ? Minta sequelnya dong . Inikan critanya bgus , lenka kira ini bkal di lanjut , tpi kok lama bgt ??
angangbooungeeowl
#3
Chapter 1: wah kaget sama kemunculan khunn dsini, ak kira khun sma woo blm knal.kkk
but bagus kok, tapi apa woo masih pnya perasaan sam Taec, sebenernya masi gak rela nh taec nikah sama cewek, kasian minjun jadi nujungan tua dong nanti,,*abaikan..haha
mannuel_khunyoung
#4
Chapter 1: Wow Weow Wowww

keren god job ?!

hehehe
thor boleh minta tolong???

mau nggak jadi Co-author aku di FF aku yg judulnya "sad end ? "

itu kan bertema Oneshoot gitu thor?

hehehee,biar FF aku keren thor ?

kalau mau Wall aku yah thor

Ghamsa^^
mannuel_khunyoung
#5
Chapter 1: Wow Weow Wowww

keren god job ?!

hehehe
thor boleh minta tolong???

mau nggak jadi Co-author aku di FF aku yg judulnya "sad end ? "

itu kan bertema Oneshoot gitu thor?

hehehee,biar FF aku keren thor ?

kalau mau Wall aku yah thor

Ghamsa^^
rikayoung
#6
Chapter 1: alurnya cepat dan singkat hehehe.. tp bagus ^^ good job author-nim
rin_26 #7
ditunggu update'y,,
2pm_4ever #8
Di sarankan update secepatnya....ok!!!!
Gilliocato #9
I like this idea, update soon, neh? ^^