Susu Kental Manis dalam persahabatan

Susu Kental Manis dalam persahabatan

Teriakan histeris Anamika terdengar ke seluruh rumahnya. Semua anggota keluarganya hanya kaget sementar untuk kembali lagi melakukan kegiatan mereka sebelum menggeleng atau mendecak memaklumi kelakuan anak bungsu yang satu itu.

    “Duh! Gimana nih!?”, teriaknya sambil menjambak rambutnya dengan kesal. Biasanya Anamika hanya akan bangun setelah jam delapan pagi pada hari sabtu, tapi sabtu ini sangatlah berbeda dengan hari yang lain. Sebelumnya , dia dengan malas mematikan alarmnya yang membangunkannya terlalu ‘pagi’ dan kembali tidur sampai lewat jam delapan. Dia akhirnya terbangun saat matahari bersinar tepat di mukanya. Dalam kepanikannya , dia akhirnya memutuskan untuk meminta maaf sebesar-besarnya nanti kepada sahabatnya. Hari ini adalah hari spesial sahabat Anamika. Hari ulang tahun Nilima ke tujuh belas. Dengan terburu-buru, dia berhasil mandi selama sepuluh menit yang biasanya membutuhkan lebih dari itu.

    “Agh!” Anamika meringis kesakitan saat lutut kanannya membentur pintu dengan cukup keras. Dia berjalan terpincang-pincang ke lemari bajunya dan memilih baju yang paling nyaman untuk dia pakai hari ini. Kaus putih lengan panjang dengan doodle yang kreatif di depannya, ditambah dengan sweater yang kebesaran berwarna merah gelap, dan jeans yang sengaja dirancang penuh dengan gaya robekan dan panjangnya berakhir di tengah betisnya. Anamika dengan tergesa-gesa memasukan sepasang baju training, dengan atasan merah dan bawah hitam, bersama beanie hitam tersayangnya ke dalam ransel. Dia membuka pintu kamarnya dan turun ke lantai pertama. Anamika langsung disambut dengan raut kebingungan ibunya dan ayahnya yang dengan tenangnya melakukan rutin paginya; membaca Koran.

    “Kok tumben bangunnya pagi, Mika?” Tian, ibunya, berumur empat puluhan ke atas masih terlihat cukup muda walaupun umurnya tidak.

   “Mika telat ketemuan sama temen, padahal temennya mika lagi ulang tahun.” Anamika mengambil dua helai roti dengan tangan kanannya kemudian mengigit roti tersebut sembari menyandang ranselnya ke dua lengannya. Ia lalu mengambil tiga kantong plastic yang berisi bahan-bahan untuk membuat kue dan yang satunya lagi adalah hadiah ulang tahun Nilima.

   “Jadinya gak akan makan pagi di rumah nih? Padalah sudah dibuat spageti buat Mika.” Anamika pun berhenti tiba-tiba saat ingin meraih kunci motornya. Dia berputar dan menghadap muka ibunya dengan senyum ragu dicampur rasa bersalah. Tian sudah tahu bahwa salah satu makanan Favorite Anamika adalah spageti, dan hari ini dia telah memasak itu khusus untuk Anamika. Ditambah lagi, Anamika lemah akan spageti. Tetapi tidak kali ini, karena dia benar-benar telat.

   “Maafin Mika ma, abisnya Mika beneran telat banget hari ini. Mika janji akan habisin spagetinya kalau sudah sampai rumah lagi.” Mika berburu-buru menyalim ibunya dan ayahnya.

   “Pa, Mika keluar dulu ya.” Mika berpamit dan hanya dijawab dengan anggukan dan sebuah ‘Mhm’ dari ayahnya.

   “Ya udah deh, tapi hati-hati ya?”

   “Iya ma, Duluan ya.” Mika menutup pintu rumah setelah selesai memakai sepatu adidas berwarna putih. Dia pun berlari-lari kecil ke vespa putihnya. Dia menaruh ketiga plastic yang ia bawa di bagian depan dan memasang helmnya. Dia menyalakan mesin motornya dan mengebut keluar dari garasi rumahnya dan memasuki jalan kompleksnya.

   “Semoga gak telat-telat banget..” Mika mengatakan itu sepanjang jalan menuju tujuannya. Dia harus berhenti di pinggir jalan karena salah satu plastiknya hampir jatuh karena Mika tak konsentrasi penuh pada jalannya. Mika baru kembali jalan saat ia sudah menenangkan dirinya kembali. Mika menjadi lebih santai saat mengingat kembali kalau sahabatnya juga mempunyai kebiasaan yang sama. Yaitu bangun telat setiap hari sabtu, tapi hari sabtu ini mungkin..tidak. kemudian dia kembali khawatir.

   “Makasih ya pak.” Mika harus berhenti ke gas pom bensi untuk mengisi kembali bensinnya. Ia baru sadar kalau bensinnya hampir empty saat sedang menghadapi kemacetan yang sering sekali terjadi setiap hari sabtu.

   “Ya ampuuun! Tolong jangan macet buat hari ini doang!” Mika kembali bertemu dengan macet setelah mengisi bensinnya. Dia dengan tidak sabar melihat teru-menerus ke jam tangannya. Sudah jam setengah Sembilan. Dia seharusnya sampai ke tujuannya sepuluh menit yang lalu. Dalam hati dia memarahi diri sendiri atas kebiasaan lama yang susah sekali dihilangkan. Dengan kesal dia mengetuk-etuk jari telunjuknya kepada paha kanannya; salah satu kebiasaannya juga kalau sedang tidak sabar.

    “Akhirnya!” Mika dengan cepat memarkir vespa putihnya. Dia telah sampai tujuannya yang pertama. Yaitu, membuat kue cokelat dengan krim moka di atasnya untuk ulang tahun Nilima. Dan dia akan membuatnya di rumah Iren. Iren adalah sahabatnya yang selalu setia. Saat Iren mendengar kalau mereka sendiri yang akan membuat kue ulang tahun buat Nilima, Iren senang bukan main. Iren dan Mika telah berencana membuat kuenya dari minggu lalu, dan saat Mika mengingat betapa gembiranya Iren , dia rasa bersalah amat sangat besar. Rasanya ingin mencubit diri sendiri. Tapi ia tak bisa.

    “Permisi..” ternyata Iren telah menunggu di depan pintunya sejak Mika memasuki pagar rumahnya. Mika meringis saat melihat muka Iren yang tampaknya tidak bisa dibaca. Denga ragu-ragu, dia berjalan mendekati Iren. Iren dengan tidak sabar mengetuk kaki kirinya ke lantai. Raut wajah Iren berubah saat melihat rambut Anamika yang berantakan dan keringat yang mulai muncul di pelipis Anamika.

   “Sorry banget Reeen. Tadi bangunnya telat abisnya ya , kamu tau lah, terus ternyata bensin vespaku ternyata hampir empty jadinya aku harus isi bensin dulu, terus tadi macetnya parah banget, kamu tahu kan-“

   “Iya kok gak apa-apa. Aku tau kok. Udah yang penting kamu udah ada di sini.” Iren memotong omongan Anamika yang nyerocos terus. Anamika malah terlihat semakin bersalah pun kembali berbicara.

   “Maaf ya Ren. Aku gak liat jam pas bangun. Aku gak bermaksud kok.” Melihat ekspresi Anamika yang putus asa, Iren bukannya semakin marah atau memaafkan melainkan dia tak bisa tahan ketawanya. Mika pun mengeluarkan naps lega saat melihat senyuman di muka Iren. Iren bisa jadi sangat mengerikan kalau ia marah tapi Ia adalah orang yang tak bisa tahan ketawa kalau melihat eksperesi Mika yang putus asa.

   “Yaudah cepet masuk ke dalem Ana, masa mau didepan pintu terus.” Hanya ada beberapa orang yang memangil Anamika dengan Anna. Kebanyakan orang memanggilnya hanya Mika. Mikapun dipersilahkan masuk sambil menerima cekikikan dari Iren.

   “Kamu bawa hadiah sama bahan-bahannya kan?” Tanya Iren saat mereka masuk ke dapurnya Iren. Mika mengangkat plastic yang dia bawa dan manaruhnya di mejanya Iren.

   “Oke , kita tinggal campurin terigu dan telurnya lalu aduk-aduk aja kan?” Tanya Mika setelah memakai celemek shocking pink, Iren berwarna Biru. Mika melihat muka Iren yang berkata ‘cocok banget sama kamu’ dengan sarkastik. Mika pun mendengus dan menjawab Iren dengan ‘Terserah kamu’. Mika terkenal di sekolahnya sebagai salah satu anak yang tidak menyukai warna pink dan termasuk anak Athletic dan tomboy. Kebalikan dengan Nilima yang menyukai hal-hal yang feminim dan sangat menyukai memasak. Irenlah yang menyatukan Nilima dan Mika. Iren terkenal sebagai cowok yang paling ganteng di angkatan dan sikapnya yang sangat suka bersosialisasi.

   “Hm..kayaknya..”Iren mengangguk dengan ragu.mereka berdua mulai menaruh bahan-bahan yang diperlukan dan mengaduknya dengan mixer. Mereka berdua dengan santainya menaruh bahan-bahannya tanpa disadari sudah membuat dapurnya penuh dengan terigu dan meizena.

   “Telurnya butuh berapa?” Iren mengangkat satu telur dari plastiknya dan menanyakan Mika.

   “Kayaknya butuh empat deh.” Mika menjawab sambil membersihkan bekas terigu dari pipi kanannya. Iren mengangkat bahunya lalu meretakan satu telur ke dalam adonannya. Mika melakukan hal yang sama ke 3 telur yang lain. Iren mengambil mixer dari laci dapurnya. Mika menaruh mangkok besar yang berisi adonan di lantai kemudian duduk di sebelahnya. Iren menyalakan alat mixernya  selama lima menit lebih ke adonan tersebut. Setelah selesai, Mika kembali menaruh adonan tersebut di meja. Mereka berdua mengangguk dengan senang saat melihat adonanya sudah mengembang. Mata Iren teralihkan saat melihat dua set susu kental manis di dalam plastic.

   “Eh! Ini susu kental manisnya gimana?” Tanya Iren

   “Hah?”

   “Jangan-jangan ketinggalan?”

   “…” mereka berdua mendecak kesal dan baru mulai mengaduk kembali adonannya bersama susu kental manis saat sebuah suara mengatakan

   “Hey!” sayangnya suara mixer itu menenggelamkan suara-suara lainnya. Mika dan Iren tak memerhatikan.  Sosok dari suara itu memasuki rumah dan melihat Mika dan Iren dengan seriusnya mengaduk sebuah adonan. Dengan kebingungan dia melanjutkan langkahnya ke dalam dan walaupun sudah dekat Mika dan Iren masih tak melihatnya. Dengan senyum jahil, sosok tersebut muncul dan mengagetkan mereka berdua dari belakang.

   “AGH!!!!!!!” Mika dan Iren teriak sekuat tenaga saat merasakan tangan orang lain di punggung mereka. Susu kental manis yang dipegang Mika bocor karena Mika meremasnya terlalu ‘bersemangat’. Iren yang memegang mixernya tak sengaja mengangkatnya dari adonan dan mengenai susu kental manis. Hasilnya , seluruh tubuh Mika, Iren, dan sosok misterius itu dipenuhi dengan susu kental manis.

   “…..” Mereka bertiga tidak mengatakan apa-apa selama beberapa dekit. Mika dan Iren lalu menengok ke belakang dengan mulut berbentuk ‘O’ besar dan mata terbelak. Ternyata sosok yang mengagetkan mereka adalah Nilima. Dia membunyai ekspresi yang identik dengan keduanya. Ketiganya tak tau harus bilang apa. Sampai akhirnya Mika dengan muka datar mencolek sedikit susu kental manis dari rahangnya Iren dan mencicipinya.

   “Enak lho ternyata!” seru Mika. Saat itu Iren dan Nilima langsung jatuh ke lantai dan tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Mika yang begitu tak peduli apa yang baru saja ia lakukan. Mika pun bingung tetapi lama-lama tertawa melihat muka Nilima dan Iren yang sudah memerah karena terlalu banyak tertawa. Mereka bertiga menghabiskan waktu lebih dari dua menit tergelak di lantai sambil tertawa habis-habisan.

   “Kok kamu di sini sih?” Akhirnya Mika menanyakan setelah mereka bertiga selesai tertawa.

   “Aku tau kalian pasti ada di sini karena aku dikasih tau sama Revel kalau kalian ada surprise buat aku di sini.” Jawab Nilima. Dia cekikikan saat melihat Iren mencicipi susu kental manis dari pelipisnya Mika sedangkan Mika memutar bola matanya saat mendengar perkataan Nilima. Dari dulu Mika dan Revel selalu berdebat akan hampir semua hal tetapi mereka sangatlah dekat dari TK sampai SMA.  Walaupun Iren adalah cowok terganteng seluruh angkatan bahkan seluruh SMAnya tetapi dia tiada apa-apanya dengan Revel. Revel bersekolah di tempat lain karena keinginan orang tuanya.

    “Ck, Revel selalu gitu. Ngehancurin surprise orang melelulu.” Nilima tertawa kencang sambil menepok paha kirinya Mika.

   “Terus gimana nih? Kan ini seharusnya surprise buat kamu Nilima.” Tanya Iren sambil mengangkat salah satu alisnya.

    “Gak gimana-gimana. Lanjutin aja, tapi aku juga ngebantu. Yang penting kan kalian udah ada usaha buat ngebikin Kue untuk aku. Walaupun Revel tak ikut, dia pasti ingin membantu juga.” Nilima tersenyum dengan gembira saat melihat ekspresi Mika dan Iren yang menunjukan ‘Oh yasudah’.

   Tiba-tiba setelah keheningan yang sementara, Mika melempar sisa susu kental manis ke Iren tepat di rambutnya. Mika dan Nilima meledak tertawa sambil melihat rambut Iren semakin lengket itu. Iren tersenyum jahil dan mulai melempar susu kental manis balik ke Nilima dan Mika. Mulai dari situ mereka perang susu kental manis habis-habisan. Saaat mereka kehabisan amunisi mereka beralih ke semua bahan yang ada di plastic. Saking ributnya mereka saling melempar bahan-bahan mereka tak mendengar satu orang lagi masuk kerumah. Mereka baru menyadari nya saat sosok tersebut masuk ke dapur. Semunya berhenti seperti seseorang baru saja memencet tombol pause. Revel terlihat sangat menawan seperti biasanya walaupun hanya memakai kaus putih dengan V neck dan jeans hitam bersama belt kulit yang simple. Dia terpaku saat melihat sekujur tubuh teman-temannya dipenuhi dengan susu kental manis dan terigu lalu berbagai macam bahan lainnya untuk membuat kue. Dia hampir tak bisa membedakan yang mana Mika dan yang mana Nilima kalau bukan rambut panjangnya Nilima. Awalnya dia tertawa kecil melihat Iren mukanya ditutupi dengan susu kental manis lalu baru meledak tertawa dengan puas sampai mukanya mulai merah. Iren melihat kesempatan tersebut dan dari ujung sudut matanya ia juga tahu kalau Mika merencanakan hal yang sama. Bersama-sama Iren dan Mika mulai mendekati Revel yang masih bersih dan belom terkontaminasi susu kental manis. Revel yang akhirnya sadar dari ketawa melihat Iren dan Mika yang semakin mendekat.

   “Wowowow… tunggu dulu. Jangan deketin aku. Aku gak bawa baju ganti.” Revel mengangkat kedua tangan ke depan sembari mundur setiap kali Iren dan Mika mendekat. Tetapi si duo tersebut tidak berhenti malahan mendekati dengan cepat. 

   “Agh!” Revel dengan kesal terpaksa lari keluar dapur. Akhirnya satu melawan tiga tidak bisa menang karena Nilima pun akhirnya ikut membantu. Revel yang tadinya bersih menjadi salah satu dari pasukan susu kental manis. Revel masih terlihat sangat menawan walaupun mukanya terlihat kesal tapi akhirnya dia ikut tertawa saat melihat cengiran dari ketiga sahabatnya itu. Mereka berempat akhirnya saling mengeluarkan senyuman yang lebar.

   Setelah mereka mandi dan membersihkan baju mereka yang penuh susu, mereka berempat membersihkan dapurnya Iren yang sudah ancur seperti kapal pecah. Awalnya mereka menganggap ini salah satu karya mereka yang ‘indah’ tetapi akhirnya mereka membersihkannya sampai kembali bersih seperti awal. Mereka pun merayakan Ulang tahun Nilima yang ke 17 bersama-sama dengan susu kental manis tersayang.    

 

 

 

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Allstal #1
Chapter 1: bahagia nya, seandai nya aku dan shbat ku sperti ini,ini pasti menyenang kan,
Trus selalu berkarya
Aku menunggu .. :)