The Story

You Don't Know Love

Woohyun turun dari bus yang baru saja ditumpanginya. Tak ada kerjaan, hari ini lelaki itu berusaha mencari kesibukan. Sabtu dan Minggu memang saat-saat tanpa kegiatan untuknya yang biasa mendekam di studio music, menulis lagu. Itulah profesi Woohyun, seorang song-writter. Namun kini pria itu meluangkan waktu untuk menghirup udara segar diluar; udara yang selama ini ia hirup sudah terkontaminasi dengan kuman-kuman dari pendingin ruangan.

            Woohyun menyusuri trotoar taman kota Seoul dengan santai. Pria tersebut menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpanya serta dedaunan yang berguguran. Kebetulan sekarang juga sedang musim gugur. Setelah berkeliling cukup lama, ia menjatuhkan diri diatas bangku taman dan menarik nafas panjang. Udara segar kota kembali menyelimuti paru-parunya. Woohyun merindukan hal ini.

            Hanya saja sekarang sepasang mata yang dimilikinya terpaku pada sebuah café kecil diseberang jalan. Salah satu alisnya terangkat ketika melihat bayangan seorang gadis dari dalamnya. Pikirannya mulai bergulir kearah masa lalu. Tanpa sadar Woohyun tersenyum kecil. Tangan kanannya bergerak menyentuh dada, merasakan detak jantung yang kian cepat berdenyut. Rasanya sama seperti dahulu ia melihat gadis itu. Bahkan pada jarak sejauh ini sekalipun. Senyumannya melebar; hatinya masih bernyawa untuk mencintai gadis itu.

            Tak lama setelahnya kenangan-kenangan yang selama ini tersimpan mulai mengalir dalam pikirannya seperti potongan-potongan film romansa pendek, cukup untuk membuat Woohyun terlarut. Memorinya bersama kekasihnya, Park Chorong

 

            “ Kau tahu? Aku selalu menyukai musim gugur” ucap Chorong tertunduk dalam senyuman kecil. Woohyun menoleh kearahnya.

            “ Kenapa? Bukannya justru menyebalkan? Jalanan kotor karena dedaunan yang menumpuk” tanya lelaki tampan itu. Chorong tak langsung menjawab, malah menatap langit-langit. Tangannya mungilnya terangkat untuk meraih daun yang jatuh.

            “ Tergantung dari sisi mana kau memandangnya” jawab gadis cantik berambut coklat gelap itu. “ Bagiku, ini seperti pembaharuan. Menghilangan segala sesuatu yang telah mati dan menggantinya dengan yang baru”

            Woohyun memincingkan matanya. “ Aneh kan? Yang telah mati harusnya dihidupkan kembali. Bukannya diganti!”

            “ Jika dihidupkan kembali, pasti sifatnya akan sama seperti dahulu. Buruk. Akan lebih bagus kalau diganti dengan wujud yang sama persis hanya saja dengan sifat yang lebih baik”

            Setelahnya sepasang kekasih ini duduk berdampingan dibangku taman. Chorong menyandarkan kepalanya dibahu Woohyun dengan tangan yang sibuk memainkan jemari ramping kekasihnya. Tangan Woohyun yang menganggur mulai bergerak mengelus-elus puncak kepala gadisnya. Keduanya terhanyut dalam musim gugur.

           

            Woohyun terhenyak mengingatnya. Suaranya ketika berkata demikian masih terdengar nyata di telinganya hingga kini. Pembaharuan? Memang harus ada yang diperbaiki dalam hubungan ini. Banyak hal, terlebih segala keegoisan diantara mereka. Terutama dalam diri Woohyun.

 

            “ Kau mengagetkanku, tahu” ucap gadis cantik yang tengah berdiri didepan jendela. Woohyun terkekeh pelan. Tangannya yang melingkar dipinggang Chorong semakin mengerat, pelukan dari belakang. Woohyun menumpukan dagunya di bahu sang kekasih.

            “ Tidak kedinginan? Ini sudah musim dingin dan kau malah tetap bertahan dengan gaun tidurmu yang tak terlalu tebal”. Woohyun berbicara dengan sedikit berbisik, tentu saja karena bibirnya sudah berada disamping telinga Chorong. Chorong menggeleng pelan. Tangannya kini menggenggam tangan Woohyun.

            “ Aku punya kau untuk menghangatkanku” ujarnya pelan. Woohyun mendaratkan ciuman ringan pada pipi Chorong.

            “ Ya, aku akan selalu ada untukmu” katanya mantap. Chorong tersenyum bahagia. Tangan kanannya melepas genggaman dan bergerak menulis sesuatu diatas embun kaca jendela.

            “ Dan berjanji tidak akan berubah menjadi musim dingin?” tanya Chorong memastikan. Woohyun mengejap-ejap sesaat.

            “ Maksudnya?”

            “ Aku tidak suka musim gugur yang berganti dengan musim dingin. Musim dingin itu….seperti salju yang menutupi jalanan. Mungkin bermaksud hadir, tapi dingin. Banyak tapi menyakitkan. Aku tidak mau itu”

            Woohyun tersenyum. “ Tenang saja, aku selalu ada untukmu dan memberi kenyamanan. Bukan kesakitan”

            Ketika itu juga Chorong menoleh, membiarkan Woohyun merengkuh dagunya. Yang gadis itu rasakan selanjutnya adalah lumatan lembut penuh cinta dari bibirnya yang berpadu dengan milik Woohyun.

 

            Woohyun menumpukan diri pada sandaran bangku taman dan menutup matanya. Chorong, sosok manusia dari sebuah misteri. Ia melihat segala sesuatu melalui kacamatanya sendiri. Tak terdefinisi. Tidak mudah ditebak bahkan ketika mereka sudah saling mengenal selama 5 tahun lebih. Lain lagi bagi Chorong, ia mengetahui segala hal tentang pria itu secara mendetail. Yang menjadi pertanyaan, apakah Chorong yang terlalu ‘gelap’ untuk dibaca ataukah Woohyun yang memang buta dan tidak peka?

            Hubungan mereka berakhir begitu saja dengan cara aneh. Saling mengamuk satu sama lain kemudian kehilangan kontak. Bodoh bukan? Mereka itu sudah berjalan dipijakan yang sama selama 5 tahun dan 3 tahun diantaranya mereka jalani sambil terikat oleh benang kasih. Semudah itukah segalanya sirna?

            Angin berhembus kian kencang, suaranya seperti tawa mengejek ditelinga Woohyun. Ia sadar, ia memang bodoh. Bertahan dalam keegoisan tanpa mempedulikan apa yang sungguh-sungguh ia butuhkan. Kegoisan yang menuntunnya hidup dalam himpitan udara tercemar serta kesuraman.

            Chorong adalah jawaban dari segala kesulitannya. Satu-satunya lentera di kegelapan yang diderita lelaki itu selama ini. Woohyun membutuhkan Chorong, sama seperti ia membutuhkan oksigen untuk bernafas. Tanpanya, Woohyun harus bersiap mengakhiri buku kehidupannya.

 

            Woohyun menaiki ranjang empuknya dan bersiap untuk terlelap. Namun ia harus mengurungkan niatnya saat tangan Chorong melingkar dipinggangnya. Lelaki itu merasakan bahunya sudah menjadi sandaran kepala sang kekasih.

            “ Aku merindukanmu” bisik Chorong parau. Kelihatan sekali gadis itu baru bangun karena kedatangan prianya. Kini dada Woohyun meletup-letup hebat. Tubuhnya seperti dibakar api yang tak kasat mata. Deru nafasnya bahkan tak terdengar normal.

            “ Benarkah?” sahut Woohyun dingin. Alis Chorong saling bertaut, tak biasanya Woohyun begini. Bagaimanapun lelahnya dia, lelaki itu pasti tetap bersikap lembut pada Chorong.

            “ Something wrong, Tiger?” tanyanya. Tanpa Chorong ketahui, Woohyun tersenyum sinis. Ya, posisi Woohyun yang membelakanginya memang tak memungkinkan bagi Chorong untuk melihatnya.

            “ Kau masih memanggilku dengan nama itu setelah apa yang kau lakukan hari ini?” tanya Woohyun balik. Ekspresi Chorong berubah bingung.

            “ Memang apa yang aku lakukan?”

            Mata gadis itu mengejap-ejap ketika Woohyun tiba-tiba bangun dan terduduk. Ia menghela nafas panjang dan mengusap-usap wajahnya. Mau tak mau Chorong ikut bangun. Perasaannya semakin tidak enak saat Woohyun menepis tangannya yang menyentuh bahu lelaki tersebut.

            “ Bagaimana rasanya? Berciuman dengan boss setampan itu pasti membanggakan ya”.

            “ Maksudmu?”

            “ Apa dia lebih hebat dariku? Apa ciumannya lebih lembut? Atau…..lebih liar?”.   Chorong menatap Woohyun tajam, marah dan tersinggung begitu jelas terpancar disana. Bersyukur sebab pengendalian diri Chorong yang bagus, ia bisa meredam hasratnya untuk menampar wajah Woohyun. “ Omong kosong apa yang kau bicarakan ini, hah?!”

            Woohyun memutar bola matanya malas. “ Sudahlah, jujur saja. Aku melihatnya tadi. Kau dan Suho. Di Bioskop. Dia mencondokkan tubuhnya padamu dan kalian berciuman. Jangan pikir kalau aku buta”

            “ Huh? Aku tidak ingat. Sepanjang film diputar aku tertidur”. Chorong terdiam, berusaha mengingat-ingat kejadian tadi siang.

            Hari ini mereka punya janji untuk menonton film bersama, sudah lama pasangan ini tidak pergi berdua. Mengingat betapa sibuknya Woohyun, Chorong berinisiatif berangkat terlebih dahulu dan menunggu Woohyun. Hampir 2 jam ia duduk diam di lobby gedung bioskop, tak ada sedikitpun tanda-tanda kehadiran kekasihnya. Sms dan telpon dari Chorong pun tidak ada satupun yang direspon.

            Bisa disimpulkan bahwa Woohyun memang tak akan datang. Chorong mengedikkan bahunya dan bangkit dari kursi tanpa sedikitpun rasa kesal atau marah. Sudah biasa juga. Ia bisa mengerti, sangat bisa malah. Tapi saat Chorong ingin pergi dari situ, seseorang tiba-tiba menghampirinya dengan senyum merekah. Pemilik café tempat ia bekerja, Kim Joonmyun atau yang akrab disapa Suho.

            Suho membawa dua tiket (ia bilang hadiah dari adik perempuannya), sebelumnya ia bingung harus diapakan tiket yang satunya. Berhubung ia bertemu Chorong maka diajaklah gadis itu. Chorong menyanggupi saja. Siapa yang tak mau ditraktir?. Tapi memang begitulah tabiat Chorong, jika menonton dengan orang lain selain Woohyun, ia pasti jatuh tertidur karena bosan.

            “ Lagipula kau tidak datang, bagaimana bisa menebar gossip semacam itu?!” geram Chorong.

            “ Kata siapa aku tak datang?”. Woohyun membalas tatapan gadisnya dengan lebih ganas. Setajam ribuan pisau yang baru diasah. “ Aku mau menghampirimu tapi kau sudah bersama si Suho itu, jadi aku membuntuti kalian saja”

            “ Tapi kau tak bisa menuduhku seperti itu! aku saja tak tahu kalau aku dicium olehnya!”

            “ Kau harusnya bisa merasakan!”

            “Bagaimana caranya, hah? Aku tidur!”

            “ Siapa suruh kau tertidur?!”

            “ Kau tahu persis kalau aku tak bisa bertahan menonton film jika bukan denganmu!”

            Untuk kali ini Woohyun terhenyak. Ia tahu hal itu, hanya saja tidak mengingatnya. Ekspresi kerasnya berlahan mengendur. Chorong memang tak bisa disalahkan sepenuhnya. Tapi mau bagaimana? Ia sudah terlanjur emosi.

            “ Ah ya….aku lupa”

            Chorong berdecak. “ Ya, sama seperti kau melupakan janji kita. Melupakan semua sms dan telponku. Melupakan kehadiranku jika pekerjaanmu sukses, tanpa peduli aku yang khawatir menunggumu di rumah”

            “ Hey, aku tak sepenuhnya salah! Kau tahu aku sangat sibuk” sergah Woohyun. Chorong hanya bisa tersenyum lemah.

            “ Aku tahu. Kau dan keegoisanmu, aku tak mungkin mendapat tempat diantaranya kan?. Kau terlalu egois bahkan untuk sekedar mempercayaiku. Padahal aku percaya padamu, walau aku tahu kau berdusta. Aku tetap percaya. Dan sekarang kau menghujatku karena kesalahpahaman ini. Tidak bisakah kau bertanya lebih dahulu?”

            Woohyun menghembuskan nafas keras hingga bisa terdengar oleh Chorong. Pria itu membanting tubuhnya di kasur dan menutup matanya. “ Aku lelah. Simpan dulu ocehanmu”

            Chorong menandangi wajah kekasihnya dengan wajah sedih. Matanya nanar, tapi tak ada setetespun air mata yang jatuh. “ Keegoisanmu selalu berkuasa hingga kau sendiri melupakan sebuah kata penting yang mereka sebut ‘maaf’”. Gadis itu turun dari tempat tidur mereka dan berjalan memakai mantelnya.

            “ Aku pergi dulu. Ada baiknya kita berpisah hingga kau menyadari semua kesalahan yang kau perbuat. Dan lagi aku sudah letih dengan semua keegoisanmu. ‘Kehadirannya’ hanya menorehkan luka”

            Chorong melepas cincin yang melingkar dijari manisnya dan meletakannya diatas meja kemudian pergi dari sana.

 

            Woohyun membuka matanya dan kembali duduk tegak. Ia menertawai dirinya sendiri ketika sadar kalau selama memorinya bergulir, ia menangis. Dihapusnya tetesan kristal itu cepat-cepat. Mau di taruh dimana wajahnya jika ada yang melihatnya dalam keadaan seperti ini?. Tapi untuk sekarang ia ingin membunuh sisi egoisnya karena harus diakui bahwa hidupnya tanpa Chorong hampir sama seperti hidup diluar angkasa. Tanpa udara, tanpa relasi, melayang tiada arti.

            Chorong……….mungkin tidak sempurna, namun ia adalah segala yang Woohyun butuhkan dalam hidup. Sosok yang mewakili segala impian dan keinginannya. Lebih dari itu, Chorong bagai jantung yang berdetak indah dibalik rongga dada seorang Nam Woohyun. Tanpa itu, ia mati.

            Lelaki itu terus memaki dirinya sendiri perihal rasa gengsi dan ingin menang sendiri yang mengendalikan hampir 70% sifatnya dalam hubungan percintaan. Ia menolak menelpon Chorong meski resikonya ia harus mendengarkan rekaman nyanyian gadis itu diponselnya semalaman. Ia bersikeras tak mau bertemu gadisnya, yang berujung menghabiskan waktu semalaman sambil memandangi wallpaper laptopnya. Gambar Chorong.

            Pernah suatu ketika ia melihat sosok gadis cantik itu sewaktu menunggu kereta. Woohyun ingin menghampirinya, tapi terlalu angkuh untuk mau berjalan kearah Chorong. Sampai-sampai ia terus menabrak orang karena pandangannya tak bisa lepas dari kekasihnya itu. Entah berapa kali ia harus minta maaf. Bodoh memang. Salahkan Woohyun, kesombongan, dan otak dangkal yang ia miliki.

            Matanya terarah lagi pada café kecil tadi, Chorong kini sedang mengelap meja-meja yang berada diluar. Gadis itu…..bagaimana ia bisa terlihat begitu sempurna hanya dengan baju terusan putih selututnya?. ‘Kembang api’ meledak-ledak di dada Woohyun dan membuatnya tersenyum. Ini saatnya memperbaiki semua kesalahan yang pernah terjadi. Dengan mantap lelaki itu bangkit dari kursi taman lalu berjalan ke suatu tempat.

***

            Chorong keluar dari cafenya untuk membersihkan tempat diluar. Panda café, hasil perjuangan dari dia dan ke-enam sahabatnya. Sejak insiden bertengkar dengan Woohyun, Chorong memutuskan untuk keluar dari café milik Suho dan membuka café sendiri. Yah, walaupun masih dengan bantuan dari mantan boss sekaligus sahabatnya itu.

            Waktu baru berjalan sekitar 3 menit saat ia mengelap meja pelanggan, tapi rasanya kedua mata Chorong ditarik paksa untuk mengarah ke objek lain. Ia mengikuti keinginannya, menatap bangku taman. Indra penglihatannya mengejap sebentar sewaktu otaknya menyimpulkan sesuatu. Itukah…..Woohyun? yang berjalan pergi itu benar-benar dia? Jika dilihat dari belakang dan gaya berpakaiannya, Chorong yakin betul itu adalah Nam Woohyun.

            Buru-buru ia menepis pikirannya. Chorong tak mau ambil resiko jikalau tubuhnya mulai bergerak sesuka hati dan mengejar lelaki itu demi memastikan apakah dia Woohyun atau bukan. Ya, gadis bermarga Park ini merindukan kekasihnya setengah mati. Hanya saja Chorong tak ingin sakit hati lagi. Sudah terlalu banyak sayatan-sayatan dalam hatinya yang merintih pilu tiap kali pusat pikirannya terarah pada pria tersebut. Lebih baik tak usah mengingatnya lagi. Bukan karena ia benci. Err……..yang Chorong benci dari Woohyun hanyalah keegoisannya saja, selebihnya Chorong menyukainya. Apapun itu.

            “ Unnie….”. Gadis ini menoleh saat mendengar suara Hayoung di belakangnya. Perhatiannya tersita oleh sesuatu yang dibawa adiknya.

            “ Huh? Sejak kapan Zelo jadi romantis dan memberimu bunga?” tanya Chorong ditengah keterkejutannya. Namun tatapan Hayoung untuknya menyiratkan hal lain.

            “ Ini memang bukan dari Zelo, tapi dari orang lain” jawab Hayoung. Disodorkannya bunga itu pada Chorong. “ Untukmu, unnie. Seseorang menitipkannya padaku tadi”

            Kini dahi Chorong berkerut bingung. “ Untukku? dari siapa?”

            Hayoung hanya bisa mengangkat bahunya.

            “ Mollayo unnie. Aku tak mengenal orang itu”

            “ Ya sudahlah. Sana masuk, bantu Bomi di dapur sebelum terjadi kebakaran” suruh gadis tertua diantara pada pekerja Panda café itu. Ditatapnya sebuket bunga yang sekarang ada dalam pelukannya bingung. Dari siapa bunga-bunga lilly putih ini?.

            “ Itu dariku”

            Chorong menoleh kebelakang begitu mendengar suara. Seketika Bumi berhenti berotasi seperti nafas Chorong yang putus tiba-tiba. Matanya membelalak kaget sampai-sampai buket Lilly itu hampir lepas dari dekapannya. Otaknya disfungsi, jantungnya unjuk rasa, paru-parunya mogok kerja. System tubuhnya kacau balau begitu melihat sosok itu dihadapannya. Seorang pria dengan balon-balon terbang dalam genggamannya yang kini tersenyum manis.

            “ Woo….Woohyun?” ucapnya terbata-bata. Bibirnya bergetar setelah ia merasakan air mata menitik jatuh di pipi mulusnya. Lelaki itu mengangguk pelan.

            “ Ya, ini aku……gorgeous” balas Woohyun lembut. Air mata Chorong semakin deras mengalir. Woohyun masih mengingat nama itu rupanya. Sekarang Woohyun merentangkan tangannya dan berjalan dengan langkah gontai kearah Chorong, mendekap gadis itu erat-erat seperti tak ingin kehilangan untuk kedua kali. Ia membenamkan wajahnya dibahu Chorong yang hanya diam menerima perlakuan ini.

            “ Tak ingin memelukku?”

            “ Jika aku memelukmu dan diesok hari kita berpisah lagi, aku tak tahu kerusakan apalagi yang akan diterima hatiku”

            Jawaban Chorong begitu polos hingga Woohyun tersenyum miris. Ia juga merasakannya. Hati yang cacat tanpa kehadiran gadis itu disisinya. Tapi dekapan ini tetap tak ingin ia lepaskan, masih ingin melepas segala kepenatan dalam dirinya selama gadis itu menghilang. Oke ralat, selama ia bersikeras mempertahankan keegoisannya.

            “ Woohyun-a” panggil Chorong pelan.

            “ Hm?” sahutnya.

            “ Untuk apa balon-balon ini?”

            Woohyun pun melepaskan pelukannya dan menatap Chorong dengan wajah cerah. Disodorkannya sebuah jarum kecil kearah gadisnya.

            “ Ambil saja dulu” ujarnya ketika melihat raut bingung Park Chorong. Gadis itu menurut saja. “ Sekarang pecahkan balon-balon ini. Anggap saja dengan begini kau telah menghancurkan sifat-sifat burukku”

            Chorong tersenyum sesaat. “ Baiklah” . Tangannya terarah pada balon berwarna merah.

            “ Pertama. Aku benci kau yang sering membuat kesimpulan tanpa mempertanyakan kebenaran”

            Duar!. Woohyun menyunggingkan senyuman. Sifat itu hilang sekarang.

            “ Kedua. Aku benci kau yang tak mempedulikanku”

            “ Ketiga. Aku benci rasa gengsimu yang besar itu. Terlalu besar hingga kau tak ingin mempertahankanku hari itu”

            “ Keempat. Aku benci keegoisanmu yang seolah mengendalikanmu….”

            “ Dan yang terakhir, aku benci kau yang tak mempercayaiku…..seperti aku mempercayaimu”

            Tangan Chorong bergerak memecahkan balon terakhir dalam genggaman Woohyun. Kemudian dari benang pengikat balon itu, turun sebuah cincin ketangan Woohyun. Satu tarikan nafas kaget berasal dari Chorong. Itu cincin yang ia tinggalkan, cincin pengikat keduanya. Ia menatap Woohyun tak percaya.

            “ Satu hal yang harus kau ketahui……dibalik semua sifat burukku, aku menyimpan keseriusan yang begitu besar untukmu” ucap Woohyun. Lelaki itu berjalan mendekat lalu kemudian berlutut dihadapan gadisnya (yang sekarang tengah kehabisan nafas). “ Maukah kau kembali padaku?”

            Lagi-lagi air mata mengalir dari pelupuk mata Chorong. Ia pun menyerahkan tangannya yang bergetar pada Woohyun, membiarkan lelaki itu menyematkan kembali cincin di jari manisnya. Setelahnya Woohyun bangun dan menatap wajah Chorong dengan malu-malu.

            “ Jadi, kita kembali bersama k…….”

            Kata-katanya terhenti saat ia merasakan bibir Chorong berpadu dengan bibirnya sendiri dalam satu ciuman lembut tepat setelah gadis itu menarik kerah baju Woohyun. Mata Woohyun membelalak kaget, berbeda dengan Chorong yang tenang dan menutup mata. Tidak lama, karena Chorong melepas kontak keduanya dan mendekap tubuh Woohyun erat-erat.

            “ Sekarang aku sudah bisa memelukmu….karena aku tahu diesok hari, kau tak akan melepau lagi” ucapnya riang, menciptakan sebuah tawa yang berasal dari Woohyun. Lelaki itu membalas pelukan gadisnya.

            “ Ya…..tidak akan pernah”

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
NanaJungCass #1
Chapter 1: So touching~ sweet and meaning full....
Daebak!! Aku suka diksi nya.
Sampe nangis bacanya :')
Aku shipper baru couple ini, and I'm so glad I can find and read this kind of story of them.
Terus menulis ya authornim, buat lebih banyak hati yg tersentuh dengan ceritamu... :')
Kidneypea #2
baguuuusss ;_; suka sama otp dan ceritanya. nyaris nangis bacanya! authornya daebak!
dezizi
#3
Chapter 1: I Love it,,

Pertama saya hampir nangis, tapi langsung senyum ngebaca endingnya ~~
Woorong <3
iheartpink2day #4
Chapter 1: can you translate it to english author-nim?...:))) kekeke...
riyu_rinho
#5
Chapter 1: So sweeeet. . . . . . .