[Vignette] I'll Be There

Description

Title: I’ll Be There

Author: Kim Liah

Length: Vignette

Genre: Romance, tragedy

Main Cast: Kim Myungsoo, Yoon Eun Hye

Rating: PG-13

Warning: Kejadian dalam Fanfiksi ini hanya fiktif belaka. Bila terjadi kesamaan, itu hanya kebetulan. No plagiarism.

Summary: “Kau masih punya aku. Aku akan menjadi mata bagimu. Aku akan membantumu melihat dunia lagi. Aku akan slalu disampingmu, menemanimu menatap dunia dan membuat duniamu berwarna lagi. I’ll be there, Eun Hye-ya”

Foreword

 

Bruukkk…

Lagi-lagi yeoja itu menabrakkan dirinya ke dinding. Bukan sengaja menabrakkan, tapi tak sengaja. Gila? Ia tidak gila, ia terbilang cantik untuk yeoja seumurannya. Satu kata untuknya ‘Sempurna’, dagunya yang lancip, bibirnya yang mungil dan tubuhnya yang tinggi semampai. Namun kalian tidak akan sadar kalau dibalik kesempurnaanya ada sebuah kekurangan.

Ia hanya punya satu warna dalam hidupnya ‘Hitam’, warna yang paling ia benci. Ia tak mampu melihat dunia yang indah ini. Cacat lahir? Tidak! Ia pernah menikmati indahnya berbagai warna dari kedua bola mata hazelnya. Lama cukup lama sampai usianya menginjak 21 tahun. Kalau ia boleh meminta ia ingin selamanya menangkap banyak warna dari kedua mata indahnya.

Yeoja itu terduduk lemah dilantai, rambut panjangnya menjuntai menutupi wajah cantiknya. Sebulir cairan bening menetes di pipinya, sebuah isakan kecil menghambur dibalik keramaian gedung yang dipenuhi warna putih itu. Ia berada di lorong sebuah bangsal rumah sakit.

Sepuluh menit yang lalu ia terbangun dari tidurnya, tepatnya tersadar setelah seminggu koma. Ia tervonis penyakit berbahaya, Glaukoma, sebuah penyakit yang membuat ia tidak bisa menatap indahnya dunia untuk selamanya bahkan melihat wajah tampan Myungsoo, namjachingu yang sangat berarti untuknya.

Tangan seorang namja merengkuh wajahnya “Eun Hye-ya, gwenchana?” ia menatap gadis dihadapannya penuh kekhawatiran.

Gadis itu Eun Hye, membalas tatapannya, bukan membalas tepatnya mencoba melihat wajah pria yang suaranya sangat tidak asing baginya. Gagal, hanya kegelapan yang ia dapat. Tangisnya semakin memuncak dan ia tenggelamkan wajahnya didada bidang namja yang sangat mencemaskannya itu.

“Oppa” bisiknya lirih dengan sesenggukan.

“Gwencaha Eun Hye-ya, gwenchana” namja bermata elang itu mengusap lembut punggung Eun Hye.

***

Di sebuah kamar yang masih sama bernuansa serba putih, Eun Hye duduk termenung memeluk lututnya diranjang. Semangkuk bubur menu makan malamnya sama sekali belum  tersentuh. Ia hanya menunduk mengamati sprei putih diranjangnya.

Suara decit pintu terbuka menampilkan sesosok namja dengan setangkai bunga mawar putih ditangan kanannya dan meletakkannya di vas kaca. Mengganti bunga yang layu dan membawa aroma wangi mawar putih dikamar yang hening ini, aroma bunga kesukaan Eun Hye.

Namja itu duduk ditepi ranjang, menyibak rambut panjang Eun Hye yang tergerai tak beraturan dan merapikannya.

“Rambut indahmu jadi berantakan begini, ah biar aku bantu mengikatnya. Tadaa … aku membawakanmu kuncir pororo. Kau bilang kau ingin membelinya kemarin”

 Ia merogoh sebuah kuncir rambut dengan bertempelkan boneka pororo dan menguncir rambut Eun Hye ke belakang.

Tak ada reaksi, Eun Hye hanya diam mematung. Sebuah senyum merekah diwajah namja itu “Kyeopta” dan masih sama tak mendapat reaksi dari yeoja remaja itu. Ia menghela nafas kesal, bukan kesal karna diacuhkan, tapi karna sikap Eun Hye yang sudah beberapa hari hanya diam mematung.

Ia merengkuh wajah Eun Hye dan menatapnya lekat “Eun Hye-ya, jebal, bicaralah padaku. Jangan mendiamkanku seperti ini. Ungkapkan semuanya padaku seperti biasanya. Aku merindukan suaramu yang selalu berceloteh padaku, yang merengek manja padaku, dan yang memanggilku oppa” ucapnya parau.

Mata itu berkedip dan membalas tatapan Myungsoo, meskipun berupa kegelapan, ia menangis. “Oppa” tangisnya membuncah, ia memeluk erat Myungsoo. “Eun Hye-ya, gwenchana, oppa disini” balas Myungsoo dengan suara yang mulai parau.

Myungsoo melepas pelukannya dari Eun Hye, ia menatap bola mata Eun Hye yang menatap lurus ke depan. Ia mengusap air mata diwajah Eun Hye dengan ibu jarinya. “Jangan menangis Eun Hye-ya, kau akan baik-baik saja. Oppa akan slalu bersamamu” ucapnya yang dibalas tangisan dari Eun Hye. “Tidak oppa, aku sungguh buruk, aku… aku buta oppa. Aku buta” teriak Eun Hye, ia mencoba bangkit dari ranjangnya dan kedua tangannya meraba-raba udara.

 “Eun Hye-ya kau mau kemana?” myungsoo mencoba mencegah Eun Hye berjalan namun tangan gadis itu mendorong bahunya. “Lepaskan oppa, lepaskan” Eun Hye mendorong bahu Myungsoo dan berjalan menuju pintu.

Bruuukk….

Bahunya menabrak dinding, ia terduduk lemas sambil membentur-benturkan kepalanya ke dinding. “Eun Hye-ya hentikan”myungsoo menahan kepala Eun Hye dan memeluknya, ia menatap langit-langit tuk menahan bulir air mata mengalir disudut mata elangnya. Tangisan Eun Hye semakin keras “Opp..ppa, aku buta, aku buta. Aku tak bisa lagi…”.

***

Flashback On____

“Oppa, jangan bergerak, tetaplah tenang seperti itu, ara?” Eun Hye menggoreskan kuasnya di kanvas putih dihadapannya. Ia sangat suka melukis, apalagi melukis wajah Myungsoo, namjachingu-nya. Lukisannya terlihat sangat nyata untuk ukuran pemula seperti dia. Myungsoo mengeliat pelan, mengubah posisi dan mimik wajahnya “Yaaa oppa, aku bilang jangan bergerak” Eun Hye berkacak pinggang, sebal dengan ulah Myungsoo yang tidak menghiraukan perintahnya.

“Oppa capek Eun Hye-ya” keluh Myungsoo sambil kembali ke posisi semula, duduk tenang dengan ekspresi dinginnya. “Mian oppa, tinggal beberapa goresan saja” Eun Hye menggosok-gosokkan telapak tangannya sambil memasang wajah ibanya. “Geureu” Myungsoo tak mampu menolak permintaan yeoja yang sangat ia cintai.

“Sudah oppa” Eun Hye meletakkan kuasnya dan menatap bangga akan hasil lukisannya yang terbilang sangat mirip dengan pemilik wajah aslinya. Myungsoo menghembuskan nafas lega dan menghampiri Eun Hye. Ia memeluk punggung Eun hye dan menyandarkan kepalanya di bahu Eun Hye. “Otte?” Eun hye menoleh ke Myungsoo.

Mata elang namja itu menatap lekat kanvas bergambar didepannya. Ia mengamati dengan seksama tiap goresan berwarna yang telah memantulkan wajahnya “Daebak, apa ini kembaranku? Ternyata aku tampan juga”. “Yaa oppa kau ini sungguh menyebalkan” Eun Hye mencubit pipi myungsoo pelan dan dibalas kecupan kecil dipipi Eun Hye.

***

Pagi yang indah dengan cahaya mentari yang menghangatkan. Mereka berada disebuah taman yang dipenuhi bunga sakura yang bermekaran, disana juga da sebuah kolam kecil berisi ikan koi yang sangat cantik.

Eun hye duduk di bangku taman tepat dibawah pohon sakura, ia menatap kolam ikan yang berjarak 2 meter darinya. Ia memang sedang tertarik dengan objek didepannya itu, apalagi disana ada Myungsoo yang sedang asik pula dengan kamera DSLR-nya. Membidik ikan-ikan koi yang saling berebutan makanan ikan yang telah ia lempar.

“Oppa, kau duduk saja disana” Eun Hye menunjuk batu besar yang ada didekat kolam dengan kuasnya. Myungsoo menurunkan kameranya “Yaa bukannya kau mau melukis ikan-ikannya”. Ia memang sedikit terusik dengan permintaan Eun hye, karna ia sama tertariknya dengan Eun Hye untuk membidik objek ikan koi disana.

“Tentu saja ikan-ikan yang lebih tampan dari oppa itu, tapi akan lebih menarik lagi kalau ada oppa disana” Eun Hye terkekeh pelan. “Araseo araseo, tapi jangan menyuruhku duduk diam disini, aku juga ingin mengabadikannya” kamera Myungsoo membidik ekpresi kesal yeoja yang berdiri berkacak pinggang disamping kanvas.

“Aissh, geureu” Eun Hye mengiyakan argumen Myungsoo. Ia kembali membubuhkan cat di kanvasnya, kolam ikan itu telah tergambar disana. Sekarang ia tinggal menambah sosok Myungsoo dilukisannya. “Oppa bisakah kau membidik ikannya lagi, aku akan mengambil gambarmu” ia menatap Myungsoo yang sedang memperhatikan hasil jepretannya.

Bruuk… kuas yang ia pegang tergeletak ditanah. Ntah mengapa ia merasa pusing dan pandangannya kabur. Sosok Myungsoo yang ia lihat sedikit memudar “Mungkin aku terlalu kecapekan” gumamnya pelan seraya mengambil kuasnya ditanah. Namun lagi-lagi pandangannya kabur, yang ia ambil bukan kuas melainkan ranting kecil.

“Waeyo Eun Hye-ya?” Myungsoo mengamati tingkah Eun Hye yang terdiam menatap ranting kecil ditangannya.

“Aniyo oppa” Eun Hye membuang ranting ditangannya dan ia memasang aegyo dengan tangan kanannya membantuk huruf V.

“Aissh, wajah aegyo-mu sungguh membuat kamera kesayanganku ini jatuh cinta” Myungsoo menekan tombol bidik dikameranya.

Eun Hye hanya terkekeh pelan “Tentu saja, bahkan pemiliknya sampai tak bisa berkedip memandangku”.

***

Kali ini Eun hye sedang melukis mawar putih ditaman depan rumahnya. Ia sungguh beruntung karna ada sepasang kupu-kupu sedang hinggap di salah satu mawar putihnya. “Ah kyeopta, kalian romantis sekali menyerap sari bunga bersamaan begitu” ia sangat terpesona dengan kedua kupu-kupu kuning itu, tak mau kehilangan kesempatan berharga segera saja ia celupkan kuasnya ke palet warna.

Tapi ia terlihat bingung, palet warna itu mulai kabur dan palet warna itu jatuh berceceran ditanah. Ia berlutut berusaha membereskan genangan warna yang sudah bercampur tanah, namun rasa sakit menghantam kepalanya. Ia memegangi kepalanya erat, menekan rasa sakitnya dan ia berakhir terkulai tak sadarkan diri.

Flashback Off____

***

…“Kau masih bisa Eun Hye-ya. Kau masih punya aku. Aku akan menjadi mata bagimu. Aku akan membantumu melihat dunia lagi. Akk..kkuu akan slalu disampingmu, menemanimu menatap dunia dan membuat duniamu berwarna lagi. I’ll be there, Eun Hye-ya” Myungsoo tak mampu lagi membendung tangisnya, ia-pun ikut terisak pelan di bahu Eun Hye.

***

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet