SPRING IN LOVE

Description

Spring In Love

Genre : Sad, romance
Length : Oneshoot
Rate : General
Cast : Cho Kyuhyun
Han Saejin

Twitter : @yenikusma

 

 

Seoul, April 2012
Kyuhyun Apartement
------------...-------------

“Berhenti, berputar-putar disekitarku. Aku muak melihatmu nona Han” seorang gadis cantik membeku ditempatnya saat mendengar kalimat yang mengalun dari mulut seorang pria yang berdiri tak jauh dari hadapannya. Pria tampan berkulit seputih susu, yang begitu dipujanya, hingga ia mengesampingkan harga dirinya sendiri sebagai seorang wanita.

Mengesampingkan harga diri? Yah, itulah yang dilakukan oleh gadis itu. Ia terus saja mengejar pria itu terang-terangan. Penolakan bahkan kata-kata kasar yang sering keluar dari mulut sang pria, tak mampu mengentarkan niatnya sedikit pun untuk membuat sang pria berdiri disampingnya. Han Sejin. Inilah nama gadis berperawakan rupawan itu. Gadis cantik berkulit putih dengan rambut panjang hitam yang tergerai indah, namun kecantikan yang dimikinya tak mampu membuat seorang Cho Kyuhyun meliriknya.

Semua kisah ini berawal dari musim semi empat tahun silam di Tokyo. Musim penuh cinta yang mempertemukan kedua anak manusia ini sehingga menjadi awal kisah cinta yang memiluhkan dan menyayat hati.
***

Flash Back
Jepang Tokyo, April 2008
--------------...----------------

Spring, musim dengan nuansa hangat dan penuh cinta. Musim yang di selalu dinantikan masyarakat dibelahan bumi manapun. Akan ada kebahagian tersendiri yang muncul setiap musim ini tiba di Jepang, khususnya Tokyo. Perlahan tapi pasti suhu dingin mulai beranjak menghangat, lalu bunga-bunga pun mulai bermekaran dengan indah, mulai dari ume, sakura hingga tulip akan mewarnai penjuru jepang.

Disebuah taman yang dipenuhi pohon bunga sakura, tampak seorang gadis cantik yang mengenakan yukata berwarna merah muda dengan motif bungan sakura dan tak lupa sandal kayu tradisional jepang yang biasa disebut geta, menghiasi kakinya. Gadis itu memejamkan matanya menikmati semerbak wewangian yang menguar dari tiap kelopak bunga sakura.’Menyenangkan’ batinnya.

“Sumimasen Ojousan, sudah waktunya kita pulang” gadis yang sedari tadi terpejam itu, membuka kelopak matanya saat mendengar suara wanita paruh baya yang berdiri tepat dibelakangnya. Wanita paruh baya itu tampak seperti seorang pelayan pribadi. Gadis itu mengembuskan nafasnya sesaat. Raut wajahnya yang sedari tadi ceria sekejap mata berubah menjadi murung. Sepertinya gadis itu tampak sangat keberatan dengan ucapan wanita paruh baya itu.

“Obasan, bisakah kita sedikit lebih lama lagi disisni. Aku masih ingin menikmati keindahan bunga sakura disini. Kau tahukan, aku datang jauh-jauh dari korea hanya untuk melihat ini” gadis itu kembali menengadakan kepalanya dan kembali menatap kelopak-kelopak bunga sakura yang begitu cantik.

“Shikasi ojousan,,,,”

“Tenanglah obasan. Aku yang akan bertanggung jawab pada appa nanti” sela gadis itu, senyum kemenangan terpampang jelas diwajahnya. Sedangkan sang wanita paruh baya hanya mengangguk patuh tanpa berniat membantah ucapan majikannya sama sekali.

“Hai. Wakarimasu ojousan”

Gadis itu melangkah menyusuri setiap sudut taman yang dipenuhi oleh puluahan pohon bunga sakura dan sang wanita paruh bayah terus mengekori dan mengawasi gerak-gerik majikannya dari belakang. Langkah gadis itu terhenti saat merasa beberapa orang menatapnya dengan tatapan yang aneh. Gadis itu memundurkan langkahnya hingga kini ia berdiri tepat disamping sang wanita paruh baya.

“Obasan, apa kau tahu mengapa mereka menatapku seperti itu?”

“Itu karena yukata yang ojousan kenakan” jawab wanita paruh payah itu dengan suara lembutnya namun terkesan tegas.

“Ne?”

“Disini yukata dikenakan saat musim panas dan ojousan mengenakannya pada musim semi. Mungkin itu yang membuat mereka memperhatikan ojousan sedari tadi”

“Hanya karena yukata ini? Apa salah jika aku mengenakan yukata ini. Kau tau obasan, dari dulu aku sangat ingin mengenakan yukata seperti ini saat musim semi dan berdiri dibawah pohon bunga sakura”

“Kalau begitu lakukan sesuai keinginanmu ojousan. Jangan pedulikan mereka”

“HAI” teriak gadis itu lantang meniru gaya prajurit kekhaisaran yang mau tak mau membuat wanita paruh baya dihadapannya tertawa kecil.
***

“Ojousan, apa yang akan kau lakukan” pekik sang wanita paruh baya.

“Tenang saja obasan, aku sudah biasa mengendarai ini dengan baik” ucap sang gadis. Gadis beryukata itu bersiap-siap menaiki sepeda putih yang terparkir tepat disampingnya.

“Shikasi ojousan, kau akan kesulitan mengendarainya karna saat ini kau tengah mengenakan yukata”

“Percayalah padaku” gadis itu mengibaskan tangannya didepan wajahnya, seakan berkata kalau semua ini tidak apa-apa dan ia akan baik-baik saja. Gadis beryukata itu mulai menaiki sepedanya dan perlahan-lahan mulai mengayuh pedal sepeda itu.

“Kau lihatkan obasan, aku bisa melakukannya. Huyuuuu, Han Saejin selalu bisa melakukan apa pun” teriaknya bahagia dari atas sepeda. Gadis bermarga Han itu masih berputar-putar disekitar tempat itu, saking asiknya saejin tak menyadari jika ada batu besar dihadapannya hingga,,,,.

BUGH

Saejin menabrak batu itu, sepeda yang dikendarainya oleng hingga ia kehilangan keseimbangannya dan pada akhirnya gadis itu terjatuh.

“Appo” ringisnya. Saejin merasakan ngilu yang teramat sangat di lutut dan sikunya. Dan benar saja, saejin menyibakan yukata dan mendapati darah segar mengalir dari lututnya.

“Manhi appo” ringisnya lagi. Gadis itu bahkan kesulitan untuk sekedar berdiri.

“Gwenchana?” Saejin yang sedari tadi meringis menengadakan kepalanya saat mendengar suara berat seorang pria. Untuk sesaat dunia terasa berhenti berputar. Seajin terpaku seperti orang bodoh saat melihat ciptaan tuhan yang begitu rupawan berdiri tepat dihadapannya. Gadis itu seperti melupakan rasa perih yang sedari tadi menggerogotinya dan lebih paranya lagi, ia bahkan lupa bagaimana caranya bernafas dengan baik dan benar.

Dalam jarak sedekat ini ia bahkan bisa mencium bau tubuh pria itu. Perpaduan bau coklat dan kayu manis. Terasa sangat manis dan menenangkan.

Pria itu berjongkok dihadapan saejin lalu tanpa mengeluarkan sepata kata lagi, sang pria merobek ujung kemeja kotak-kotak yang dikenakan dan membalut luka dilulut gadis itu. Saejin merasa detak jantungnya betalu-talu dan ada sensasi aneh yang timbul, saat kulit pria itu bersentuhan langsung dengan kulitnya. Perasaan apa ini? Ia belum perna merasakan yang seperti ini sebelumnya. Dipandanginya pria yang masih sibuk membalut luka dilututnya. Pria itu tampak begitu telaten dan berhati-hati dalam setiap tindakanya.

“Hana”

“Dul”

“Set” gumamnya tanpa suara.

‘Aku jatuh cinta. Hanya butuh waktu tiga detik aku telah jatuh untuk pria dihadapanku ini’batinnya.

“Chaa, sudah selesai. Lain kali berhati-hatilah aggashi” Saejin tak merespon ucapan pria itu. Sepertinya ia terlalu asik berkutat dengan segala lamunannya tentang sang pria tampan. Bahkan saejin tak kunjung sadar saat pria itu bangun dan berjalan perlahan meninggalkannya.

“Ojousan” Saejin tersadar saat mendengar suara wanita paruh baya yang kini tepat berjongkok disampingnya. Raut wajah wanita paruh baya itu tampak sangat khawatir. Dengan tenaga yang tersisa saejin berusaha berdiri. Sepertinya ia berniat mengejar pria yang sudah berada cukup jauh dari jarak pandangnya.

“HEY”teriaknya.

“GOMAWO, NAMAKU,,,,,,,” ucapannya terhenti saat melihat punggung pria itu, yang semakin lama, semakin menghilang di kejauhan. Percuma ia berteriak. Pria itu pasti tak akan mendengarkannya.

“Saejin. Han Saejin”ucapnya lemah, nyaris seperti bisikan.

Bodoh, bodoh bodoh. Sepanjang perjalan pulang saejin terus saja merutuki kebodohannya. Seharusnya sedari tadi ia menanyakan nama pria misterius yang menolongnya. Salahkan saja wajah pria itu yang telampau tampan seperti malaikat , sehingga mampu membuatnya tak berkedip dan terlihat seperti orang linglung saat menatap wajah pria itu.

“Ojousan, apa ini milikmu?”ucap wanita paruh baya yang dipanggil obasan itu membuyarkan lamunan saejin. Wanita itu mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna hitam dari dalam kantongnya dan berniat menyerahkannya pada saejin.

“Iye, dimana kau menemukan benda ini obasan?”serga Saejin.

“Saya menemukan benda ini, ditempat ojousan terjatuh” mendengar itu, saejin sontak membulatkan matanya. Jangan katakan kalau itu? Dengan cepat, kotak hitam kecil itu telah berpindah ketangan mungilnya. Saejin membuka kotak hitam itu. Dilihatnya sebuah benda berukuran sangat kecil.

“Bukankah ini chip”gumamnya perlahan. Saejin kembali memasukan chip itu kedalam kotaknya. Sekali lagi saejin menelisik kotak dalam genggamannya dengan saksama. Gadis itu menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman, saat membaca sebuah tulisan pada kotak itu. Tulisan itu tampak begitu kecil dan tersembunyi. Bersyukurlah karena ia kembali meneliti ulang kotak itu. Jika tidak, gadis itu tak akan mungkin tersenyum bahagia seperti sekarang.

“Cho Kyuhyun?” gumamnya.

“Aku akan menemukanmu, pria musim semiku”

Setelah pertemuan pertama mereka, saejin kembali ke korea dan mati-matian mencari pria bermarga Cho itu. Dan usahanya tidak sia-sia karena Tuhan mendengar doanya. Saejin ternyata satu universitas dengan pria itu. Apa ini pertanda bahwa mereka memang ditakdirkan?. Tapi, diawal pertemuan mereka saejin harus menerima kenyataan pahit saat pria itu bersikap dingin padanya. Tapi bukan saejin namanya jika gadis itu menyerah. Baginya tak ada kata menyerah dalam kamus kehidupan seorang Han Saejin.
End Of Flashback
***

“Apa kau tuli eo? Aku muak melihatmu. Setiap hari kau hanya mengekoriku. Tak tahukah kau itu membuatku merasa risih” ucap kyuhyun dingin. Selalu seperti ini. Pria ini benar-benar pria bermulut tajam, tak bisakah ia sedikit menjaga perasaan gadis manis dihadapan ini. Bohong jika hati gadis itu tak terluka atau pun menangis karena semua perkataan kyuhyun yang menyakitkan.

Gadis itu terlalu pandai menyembunyikan semua kesakitannya selama ini. Bagitulah seorang Han saejin tampak tegar diluar tapi didalamnya sangat rapuh bagaikan sebongkah Kristal yang mudah pecah kapan saja jika terjatuh. Seakan tuli dengan semua ucapan kyuhyun, saejin berjalan meninggalkan Kyuhyun. Gadis yang sedang menenteng plastic berisi bahan makanan itu berjalan menuju dapur.

Dapur? Yah, saat ini gadis itu tengah berada diaparteman Kyuhyun. Bukan hanya hari ini saja ia berada diaparteman pria itu. Tapi hampir setiap hari. Gadis itu selalu datang untuk sekedar membangunkan pria itu, menyiapkan makanan dan membersihkan apartemen mewah itu. Tidakkah ia kelihatan seperti seorang pengurus rumah tangga? Oh ayolah, sepertinya gadis ini telah dibutahkan oleh cinta pertamanya.

“Berhenti disitu Han Saejin”geram Kyuhyun tertahan.

“Kau ingin kumasakan apa kyuhyun-ah. Jajjangmyeon? Kurasa itu bukan pilihan yang buruk” Saejin menaruh bahan belanjaannya di pentri dan memasukannya satu-persatu bahan belanjaannya itu kedalam kulkas. Sementara Kyuhyun yang melihat tingkah gadis itu semakin geram. Tak tahukah, ia jika seorang Cho Kyuhyun tidak suka jika diabaikan.

“Berhenti berpura-pura tidak mendengar ucapanku dan mengalihkan topic pembicaraan HAN SAEJIN-SSI” Kyuhyun menarik pergelangan tangan saejin dengan kasar sehingga aktifitas gadis itu sontak terhenti.

“Apa aku salah jika aku terus berputar-putar disekelilingmu? Apa aku salah jika aku terus mengekorimu dan apa aku salah jika aku menyukaimu bahkan mencintaimu?”berondong Saejin sepertinya kesabaran gadis itu telah habis. Mata saejin tampak berkaca-kaca, tapi sebisa mungkin ia berusaha untuk menahan tangisannya. Tentu saja, Han Saejin bukan tipikal gadis manja yang cengeng dan mudah mengeluarkan air mata. Pengecualian jika dalam keadaan tertentu.

“NE KAU SALAH. SEMUA YANG KAU LAKUKAN ITU SALAH”teriak Kyuhyun tepat didepan wajah gadis itu. Apa hati pria ini terbuat dari bongkahan es atau batu. Bagaimana mungkin ia bisa berteriak sekeras itu dihadapan seorang gadis. Tak tahukah ia bahwa tubuh gadis dihadapannya kini tengah bergetar hebat karena teriakannya.

“ Tapi, Ini perasaanku Kyuhyun-ah. Aku yang berhak atas perasaanku, tidak denganmu”

“Aku berhak, karena orang yang kau sukai adalah aku. Jadi kukatakan padamu gadis bodoh, kubur perasaan konyolmu itu dalam-dalam sebelum berkembang lebih jauh dan satu lagi, kurasa kau terobsesi padaku sejak pertemuan kita empat tahun lalu saat musim semi di Tokyo. Kau begitu naïf dan bodoh jika masih mengenang pertemuan itu. Asal kau tahu saja, pertemuan itu bahkan tak berarti apa-apa bagiku”

Tes,,tes,,tes,,

Perlahan tapi pasti akhirnya buliran air mata yang sedari tadi berusaha mati-matian ditahan saejin, mengalir membasahi wajah gadis itu. Benarkah pertemuan mereka waktu itu tidak berarti bagi pria itu. Lalu bagaimana dengan saejin. Ia seperti gadis bodoh yang selalu tersenyum jika mengingat pertemuannya dengan pria dihadapannya. Seperti orang tolol yang selalu berangan-angan jika suatu hari ia dapat merangkai masa depan yang indah bersama pria musim seminya. Tidakkah ini seperti, cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Sakit, mungkin inilah kata yang bisa menggambarkan bagaimana hati gadis cantik berambut hitam pekat itu saat ini. Sungguh, dari hati yang paling dalam gadis cantik itu berharap bahwa semua yang terjadi saat ini adalah sebuah mimpi buruk dan siapa pun tolong bangunkan ia dari mimpi buruk ini.

“Waeyo, waeyo kyuhyun-ah?” tanya saejin dalam isakannya. Dengan kasar gadis itu menghapus air mata yang sedari tadi membasahi wajahnya.

“Karena aku tidak menyukai apalagi mencintaimu, bodoh”

“Kanapa tidak belajar untuk mencintaiku?” saejin tidak peduli jika saat ini ia seperti gadis murahan yang tengah mengemis cinta pada seorang pria. Tidakah gadis ini begitu bodoh. Hey, diluar sana masih banyak pria baik-baik yang akan menerimanya dengan tangan terbuka. Mengapa harus Kyuhyun. Mengapa ia harus jatuh pada pria dingin dan arogan bermarga Cho itu?

“Cih, apa aku perlu menjawab pertanyaan konyolmu itu” cibirnya.
***

Ini sudah seminggu sejak pertengkaran mereka di apartemen waktu itu. Dan selama itu juga keduanya tak saling bertemu. Han Saejin, seminggu tak bertemu dengan pria bermarga Cho, membuatnya nyaris seperti mayat hidup. Tiap hari yang dilakukankannya adalah menangis dan mengurung diri dalam kamar. Klise memang kedengarannya. Tapi itulah yang dilakukan gadis itu. Ia bahkan mengabaikan kulianya yang begitu penting.

“Chagi” panggil seorang wanita cantik yang telah berusia lanjut dari depan pintu kamar saejin. Saejin yang sedari tadi duduk melamun diatas tempat tidur segera berlari dan memeluk wanita itu.

“Eomma” keduanya saling berpelukan melepas rindu. Yah, sejin memang jarang bertemu dengan kedua orang tuanya, karena orang tuanya menetap di Jepang dengan alasan klise orang kaya pada umumnya, apa lagi kalau bukan mengurusi perusahaan.

“Kau membuat eomma khawatir chagi” nyonya Han, melepaskan pelukannya dan menatap lekat wajah anak gadis semata wayangnya itu.

“Mianhae, karena membuat eomma khawatir” sesal saejin. Gadis itu menundukan kepalanya dalam-dalam tak berani menatap mata wanita lanjut usia yang bertarungnya untuk menghadirkan gadis itu kedunia.

“Sebenarnya apa yang membuatmu kacau seperti ini. Apa ini karena pria musim semimu itu?” tanya nyonya Han. Saejin hanya menganguk lemah. Pria musim semi? Yah, itu adalah panggilan kesayangan untuk kyuhyun dari saejin.

“Ini sudah empat tahun jin-ah, dan kau masih mengejarnya? Apa kau tak lelah chagi? Batas waktu yang eomma dan appa berikan padamu tinggal sebentar lagi. Kau tidak mungkin menghabiskan hidupmu yang berharga hanya untuk mengejar pria musim semimu itu, Chagi”ujar nyonya Han sambil membelai rambut halus putrinya dengan sayang.

“Beri aku sedikit waktu lagi eomma. Aku mohon. Jika sampai waktu itu tiba dan ia tak juga melihatku, maka saat itu aku akan menyerah” saejin kembali mendekap tubuh nyonya Han dengan begitu erat. Bahu gadis itu bergetar hebat. Lagi, dan kagi gadis itu menangis. Ia mengeluarkan air matanya yang terlampau berharga untuk pria berhati batu bermarga Cho.
***

Pagi ini cuaca tampak sangat cerah tapi tak secerah suasana hati seorang gadis cantik yang sedari tadi terus mondar-mandir didepan gedung fakultas kesenian. Setelah hampir seminggu absen akhirnya hari ini saejin menampakan juga bata hidungnya di kampus.

Sedari tadi saejin tampak sibuk mencari-cari seseorang. Gadis itu bahkan beberapa kali bertanya pada beberapa mahasiswa yang kebetulan lewat dihadapannya.

“Chogiyo, apa kau melihat Cho Kyuhyun?” tanyanya. Cho Kyuhyun, tentu saja untuk apa lagi sepagi ini gadis itu sudah berada di gedung fakultas kesenian jika bukan untuk bertemu dengan seorang Cho Kyuhyun. Han Saejin, gadis itu bahkan melupakan fakta jika seminggu lalu mereka tengah bertengkar hebat. Sepertinya pesona seorang Cho Kyuhyun benar-benar telah membutakannya.

“Oh, bukankah itu Kyuhyun sunbai”saejin mengikuti arah pandangan gadis disampingnya itu. Ia menarik kedua sudut bibirnya membentuk sebuah senyuman saat melihat pria yang sedari tadi ditunggunya, tengah berjalan kearahnya. Tapi senyuman itu tak bertahan lama, senyuman indah itu hilang tergantikan dengan raut wajah yang sedih saat ia melihat wajah pria pujaannya tampak begitu pucat. Penampilnnya juga tidak modis seperti biasanya, pria itu kelihatan begitu lusuh dan berantakan. Entah apa yang terjadi padanya.

Pria itu, Cho Kyuhyun sepertinya tidak menyadari jika saejin menatapnya hingga, suara lembut gadis itu menyadarkannya.

“Kyuhyun-ah” kyuhyun menengadakan kepalanya saat mendengar suara yang begitu familiar menggerogoti telinganya. Untuk sesaat tubuh pria itu menegang. Tapi hal itu tak berlangsung lama, karena pria dingin itu berjalan melewati Saejin begitu saja. Tak tahukah ia bahwa gadis itu sedari tadi menunggunya.

“Chakaman” Saejin menahan pergelangan tangan Kyuhyun dan membuat langkah pria itu terhenti.

“Aku membuatkan ini untukmu. Terimalah” saejin menyerahkan sebuah kotak berwarna hijau toska kepada kyuhyun sembari memamerkan senyum tulusnya. Betapa bahagianya gadis itu saat Kyuhyun menerima pemberiannya. Hey, apakah ini nyata. Seumur-umur ia mengenal pria itu, inilah kali pertama cho Kyuhyun menerima pemberian saejin. Kyuhyun membuka kotak itu dan dilihatnya beberapa kepingan coklat dalam berbagai bentuk yang lucu. Yah, saejin sengaja tidak tidur semalam hanya untuk membuat coklat itu.

“Hyukjae-ya, apa kau lapar?” tanya kyuhyun pada seorang pria yang berdiri tak jauh dari hadapannya. Pria yang ditanya hanya menganggukan kepalanya.

“Tangkap ini” tanpa merasa bersalah sedikitpun Kyuhyun melemparkan Kotak coklat pemberian saejin dan langsung ditangkap oleh hyukjae.

Hati gadis itu menjecelos. Kenapa ini begitu perih. Gadis itu merasa seperti diangkat kelangit ketujuh dan kemudian dijatuhkan kebumi dengan sekali hentakan. Dengan nanar dipandanginya punggung Cho Kyuhyun yang semakin menjauh dari hadapannya. ‘Kyuhyun-ah, bisakah sekali saja kau menghargaiku sekali saja’
***

Seperti hari-hari sebelumnya, hari ini saejin kembali mengunjungi apartemen Kyuhyun. Sebenarnya apa yang ada di dalam otak gadis ini. Bagaimana mungkin ia masih bisa bertahan setelah kesakitan yang selama ini dilaluinya. Apakah mungkin perasaan yang dimilikinya bukanlah cinta melainkan sebuah obsesi? Obsesi untuk memiliki seorang Cho Kyuhyun?

Cklek

Aneh, kenapa pintunya tidak dikunci. Ini tidak seperti biasanya. Apa pria itu tidak takut kalau-kalau ada orang jahat yang berniat merampok isi apartemennya yang mewah ini.Seperti biasa saejin menanggalkan snakersnya dan menggantinya dengan sandal rumah bermotif hello kity yang sengaja di taruhnya dirumah kyuhyun. Gadis itu tersenyum saat memandangi sandal bermotif sama tapi dangan ukuran berbeda yang tergeletak tepat disebelah sandalnya. Yah, itu adalah sandal pasangan dan saejin yang membelikannya.

Drtt,,,drtt,,,drt,,,,

Saejin mengeluarkan iphonenya dari saku celananya. Gadis itu tersenyum lebar saat melihat kalimat yang terpampang di layar iphonenya.

“3 February, Cho Kyuhyun Birthday”

3 February, bukankah itu besok? Jadi, inilah alasannya kenapa gadis itu menyambangi apartemen kyuhyun. Menyiapkan pesta kejutan kecil-kecilan untuk pria itu yang sebentar lagi menyandang gelar kekasih Han Saejin. Kekasih Han Saejin? Setidaknya itulah pemikirannya. Dengan cekata saejin mulai mempersiapkan pesta kecil-kecilan itu. Mulai dari mendekorasi ruang tamu dengan balon-balon pita yang berwarna-warni dan , hingga membuat kue ulang tahun.

Sebenarnya ia juga ingin mndekorasi kamar Kyuhyun, tapi segera diurungkan niatnya itu jauh-jauh, mengingat kyuhyun kerap kali melarang gadis itu memasuki wilaya pribadinya. Jadi tidak heran, selama empat tahun ini Saejin bahkan tidak mengetahui bagaimana rupa kamar pria itu.

“Cha, akhirnya selesai juga” Saejin mamandang puas hasil kerjanya. Akhirnya setelah berkutat selama satu setengah jam lebih dengan balon-balon itu, saejin berhasil menyulap ruang tamu apartemen Kyuhyun menjadi begitu indah.

Ting

“Ah sepertinya cake nya sudah matang” Saejin berlari kedapur saat mendengar bunyi dari mesin pemanggang kue. Dikeluarkannya cake itu dan diletakan diatas pentry. Dengan telaten Saejin mulai menghiasi cake itu dan viola dengan setuhan terakhir saejin berhasil menyelesaikan maha karya terindahnya.

“Akhirnya” gumam gadis itu sambil tersenyum sumringan.

“Chakaman, sepertinya ada yang kurang. Ah, benar lilin” saejin membuka lemari kaca yang berada tepat disampingnya dan mengambil lilin dengan bentuk angka 26.

Setelah selesai dengan semua tetek bengek perlengkapan ulang tahun kyuhyun, saejin segera kekamar mandi untuk membersihkan dirinya. Lagi pula waktu masih menunjukan pukul 20.00 KST, jadi masih banyak waktu untuk sekedar merapikan dirinya. Ia bahkan mambawa baju ganti. Jika diperhatikan secara saksama, saejin memang telah mempersiapkan semuanya ini matang-matang dari jauh-jauh hari sebelumnya.

Saejin keluar dari kamar mandi dengan sebuah dress berwarna putih tulang selutut yang melekat ditubuh mungilnya. Gadis muda itu tampak begitu cantik. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai. Sesekali dipandanginya jam tangan yang bertengger manis dipergelangan tangannya. Sepertinya gadis itu tak sabar menantikan kedatangan kyuhyun.

Cklek

Bunyi deritan pintu mengagetkan saejin. ‘ Sepertinya ia datang’ batinnya. Saejin yang sedari tadi berada didapur segare mengambil cake ulang tahun. Tak lupa gadis itu menyalahkan lilin. Perlahan tapi pasti dengan hati yang berdebar-debar saejin melangkah menuju ruang tamu sambil menyenandungkan lagu selamat ulang tahun.

Saengil chukhahamnida
Saengil chukhahamnida
Sarangh,,,,,,,,,.

BUG
Cake yang dipegangnya jatuh hingga hancur berantakan. Tubuh saejin bergetar hebat saat menyaksikan pemandangan laknat yang terjadi dihadapannya. Pria yang sedari tadi ditunggunya tengah berciuman panas dangan seorang wanita y tepat dihadapannya. Tanpa dikomando, buliran air mata mengalir dari pelupuk mata gadis cantik itu. Tidakkah ini begitu menyakitkan.

“Kyuhyun-ah” ucapnya nyaris seperti bisikan.

Pria itu, Cho Kyuhyun menghentikan aktifitasnya bersama gadis y dalam dekapannya dan tanpa rasa bersalah sedikit pun menyapa saejin.

“Oh kau disini rupanya. Kenalkan ini Park Hyebin gadisku” Cukup. Sudah cukup. Bukankah kesabaran seseorang juga ada batasnya. Tanpa banyak bicara saejin menyambar tas ranselnya kemudian dengan wajah penuh linangan air mata, gadis itu meninggalkan aparteman yang menjadi saksi kehancurannya. Sepertinya inilah batas kesabarannya.

Kyuhyun menatap kepergian gadis muda itu dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Entalah apa yang sedang dipikirkan pria itu.
***

Gadis itu, Han Saejin berlari tak tentu arah ditengah kegelepan yang menyelimuti kota Seoul. Buliran air mata tak henti-hentinya mengalir dari sudut mata indahnya. Dalam hati gadis itu berharap seorang Cho Kyuhyun akan mengejarnya. Tapi semua itu hanya sia-sia belaka. Hey ini dunia nyata bukan kisah-kisah drama romantic seperti yang sering ditonton di TV.

BUGH

Saejin terjatuh dipinggiran jalan. Lututnya mengeluarkan darah segar. Sakit, sangat sakit. Bukan karena luka yang ada dilututnya, tetapi lebih karena sebuah luka yang ada dihatinya. Luka yang digoreskan oleh seorang Cho Kyuhyun.

“Cho Kyuhyun kenapa kau melakukan semua ini padaku. Kau jahat. Aku benci padamu CHO KYUHYUN”tak dipedulikannya orang-orang yang menatapnya dengan aneh. Biarlah untuk yang terakhir kalinya ia menumpahkan semua kekesalannya terhadap pria itu.

“Yeoboseo”

“…………………………..”

“Hiks,,hisk,,,”

“……………………………”

“Aku menyerah eomma hikss,,, hiks,,,,”

“…………………………….”

“Aku ingin bersama eomma dan appa. Aku ingin pulang ke Tokyo”
***

Sekarang disinilah seorang Han Saejin, di depan pintu keberangkatan luar negeri. Setelah mengalami kejadian menyakitkan semalam. Akhirnya gadis itu memutuskan untuk meninggalkan korea. Sebuah paspor dan tiket dengan tujuan Tokyo kini tengah berada dalam genggaman tangannya.

“Agassi”

“Ne ajumah” jawab saejin.

“Apa kau benar-benar ingin pergi”

“Ne ajumah, aku sangat merindukan appa dan eomma. Ajumah harus baik-baik disini eo? Kapan-kapan nanti aku akan mengunjungimu” Saejin memeluk erat wanita yang sudah tampak tak mudah lagi itu dengan begitu erat. Wanita yang mengasuhnya sedari kecil.

Saejin melepaskan pelukannya saat bagian informasi menghubungi bahwa penumpang dengan tujuan Tokyo harus bersiap-siap.

“Ajumah sepertinya aku harus segera pergi. Jagalah kesehatanmu selalu dan hiduplah dengan baik. Maaf jika selama ini aku selalu merepotkanmu”

Dengan perlahan Saejin berjalan memasuki pintu keberangkatan. Beberapa kali gadis cantik menoleh kebelakang. Berharap seorang Cho Kyuhyun akan menghentikan kepergiannya. Tapi semua itu hanya harapan belaka, karena sampai sekarang pun seorang Cho Kyuhyun tak jua menampakan batang hidungnya.

“Selamat tinggal seoul, selamat tinggal pria musim semiku dan selamat tinggal cinta pertamaku” gumamnya sebelum menyerahkan tiket dan pasya pada petugas bandara.
***

“SEBUAH PESAWAT DENGAN NO PENERBANGAN OZ761 TUJUAN TOKYO GAGAL MENDARAT DI BANDARA NARITA TOKYO. SEMUA AWAK PESAWAT DAN PENUMPANG DIPASTIKAN TIDAK ADA YANG SELAMAT DALAM INSIDEN ITU”

Kejadian naas yang terjadi beberapa jam lalu langsung menjadi headline utama dihampir semua media baik media cetak maupun media elektronik dikedua Negara. Di setiap sudut bandara incheon tampak ratusan sanak keluarga koban yang tengah meminta kejelasan berita duka itu dari pihak bandara.

Terlihat sepasang suami istri berbaur dengan ratusan keluarga korban. Yah, sepasang suami istri itu adalah tuan dan nyonya Han. Mereka datang dari jepang untuk memastikan kondisi terakhir putri semata wayang mereka. Betapa tekejut dan terpukulnya sepasang suami istri yang telah lanjut usia itu saat mendapati nama putri mereka Han Saejin ada dalam daftar penumpang yang dinyatakan meninggal.

Putri kecil yang sangat disayangi telah pergi, adakah yang lebih menyakitkan dari in? Tentu saja jawabannya adalah tidak.
***

Puluhan orang berpakaian serba hitam mengiringi kepergian seorang gadis cantik bernama Han Saejin. Hari ini adalah hari penebaran abu gadis itu. Tuan dan nyonya han tampak sangat terpukul. Nyonya han bahkan beberapa kali sempat pingsan. Diantara puluhan orang berpakaian serba hitam itu, tampak seorang pria tampan. Raut wajahnya sangat datar dan dingin tidak menunjukan ekspresi apa-apa. Yah, pria itu, Cho Kyuhyun. Wajahnya tampak begitu pucat dan banyak lingkaran gelap dibawah matanya.
“Sudah saatnya kita pulang Kyuhyun-ah” bisik seorang wanita cantik disampingnya. Tanpa banyak bicara dengan dibantu oleh sang wanita, Kyuhyun berjalan tertatih-tatih meninggalkan tempat itu.
***

Kyuhyun berjalan tertatih-tatih memasuki kamar tidurnya.

Cklek

Tubuh ringkih pria itu luruh kelantai bersamaan dengan air mata yang sedari ditadi ditahannya, tak kala menatap foto gadis cantik yang memenuhi hampir seluruh penjuru kamarnya. Foto Han Saejin yang kerap kali diambilnya secara sembunyi-sembunyi.

“Weyo, waeyo saejin-ah. Aku hanya menyuruhmu untuk pergi dari sisiku. Aku tak menyuruhmu untuk menghilang selamanya dari jarak pandangku chagia”

“WAE, WAEYO” kyuhyun berteriak sambil menangis seperti orang kesetanan.

“Sangat sesak, disini tersa sangat sesak saejin-ah. Eothoke, nan eothoke” rancau kyuhyun sambil memukul dadanya perlahan. Pandangan pria itu tertujuh pada salah satu foto yang menjadi foto favoritnya. Foto seorang gadis dalam baluta yukata berwarna merah mudah dengan motif bungan sakura yang diambilnya emat tahun lalu.
***

Cho Kyuhyun Side
Flash Back
----------...-----------

Apa kau percaya cinta pada pandangan pertama. Aku tak perna mempercayai hal itu, hingga pada suatu hari aku merasakannya dan pada akhirnya aku percaya. Aku jatuh pada pada seorang gadis. Gadis musim semiku. Gadis yang memakai yukata berwarna merah muda dengan motif bunga sakura. Gadis itu begitu bersinar saat ia berdiri memejamkan matanya dibawah pohon bunga sakura. Ia seolah-olah memiliki magnet yang membuatku sulit untuk mengalihkan pandanganku darinya.

Aku ingin mendekati gadis yang berhasil mencuri hatiku kemudian mengajaknya berkenalan tapi entalah, aku sedikit pemalu. Dan alhasil aku hanya dapat mengaguminya dari jauh. Kupandangi setiap perubahan ekspresi yang tampak pada wajahnya, terasa sangat menyenangkan. Gadis musim semi, mulai saat ini kunyatakan kau adalah milikku. Milik Cho Kyuhyun seorang.

Kulangkahkan kakiku mengikuti gadis musim semiku, tentu saja sambil terus menjaga jarak darinya. Gadis itu, berhenti di tempat penyewaan sepeda. Apa yang akan ia lakukan? Apa ia ingin bersepeda? Hey, tidakkah sangat berbahaya jika bersepeda dalam balutan yukata. Kau tahukan maksudku, pakaian itu panjang dan sempit dan itu berarti ruang gerakmu sangat terbatas. Gadis musim semiku tampak berdebat dengan pelayannya dan pada akhirnya ia berhasil memenangkan perdebatan itu. Hey, bisakah kau urungkan niatmu itu. Ini terlalu berbahaya.

“Kau lihatkan obasan, aku bisa melakukannya. Huyuuuu, Han Saejin selalu bisa melakukan apa pun”

Deg
Han Saejin. Jadi itu namanya. Nama itu kedengaran begitu indah. Dalam sekejap nama gadis itu sudah memenuhi isi kepalaku. Han Saejin, Cho Saejin. Gadis musim semiku kelihatan begitu bahagia saat menaiki sepeda itu. Beberapa kali aku bahkan berusaha menahan nafas saat melihatnya hampir terjatuh. Hey, apa kau seorang penyihir eo? Kalau memang seperti itu, mantra apa yang kau rapalkan padaku, hingga aku menjadi seperti ini. Aku tidak perna seperti ini sebelumnya, aku tidak perna mengkhawatirkan seseorang sampai seperti ini, apalagi orang yang baru kutemui, pengecualian untuk noona dan eommaku.

BUGH

Suara apa itu? Oh tidak. Dari kejauhan kulihat gadis musim semiku terjatuh. Dengan penuh rasa kekhawatiran kuhampiri gadis itu.

“Appo” ringisnya.

“Manhi Appo” mendengar suaranya yang begitu lirih membuat hatiku berdesir. Apa kah begitu sakit, eo? Katakan dimana yang sakit?

“Gwenchana?” sebisa mungkin kusembunyikan rasa khawatirku. Gadis itu, Han saejin mendongakan kepalanya menatapku. Mata itu, kenapa begitu indah. Berada sedekat ini dengan gadis pujaanku membuat darahku berdesir hebat. Sejin-ah, bisakah kau berhenti menatapku. Tak tahukan kau itu membuatku sangat gugup.

Dengan segera aku merobek ujung kemejaku dan membalut lukanya dengan hati-hati. Jantungku berdetak tak karuan , saat kulitku bersentuhan langsung dengan kulit putihnya. Jika jantungku memiliki kaki, sudah bisa kupastikan ia akan melompat dari sarangnya saat ini juga.

“Chaa, sudah selesai. Lain kali berhati-hatilah agasih” ucapku basa-basi untuk sekedar meredakan kegugupanku. Sebaiknya aku segera beranjak dari tempat ini. Aku tak ingin terkena gagal jantung jika terus berada sedekat ini dengan gadis musim semiku. Tanpa berpamitan aku beranjak meninggalkannya. Samar-samar dari jauh kudengar teriakannya.

“HEY, GOMAWO. NAMAKU,,,,,,,”

‘Sejin. Aku tahu namamu Han Saejin’ batinku.

Jika kalian berpikir ini adalah pertemuan kami yang pertama dan terakhir kalinya, maka kalian salah besar. Jika tuhan tidak mentakdirkan kami untuk bertemu lagi, maka aku sendiri yang akan membuat takdir itu.

Aku sengaja menjatuhkan chip gameku yang sangat berharga. Licik kedengarannya, tapi aku benar-benar tak peduli. Demi seorang gadis aku bahkan mengorbankan chip gameku yang susah payah kudapatkan. Apa kalian tau, chip game itu pemberian dari Ahra noona. JIka noona tau aku mengorbankan chip itu, agar bisa bertemu lagi dengan gadis musim semiku, noona pasti akan mencincangku hidup-hidup.
***

Akhirnya hari yang ku nanti-natikan selama ini tiba. Hari dimana gadis musim semiku berdiri tepat dihadapanku. Tak, tahukah ia betapa bahagianya aku saat itu. Tapi sebisa mungkin aku menyembunyikannya. Sepertinya rencanaku berhasil. Ia datang dan mengembalikan chip gameku. Cantik, gadis musim semiku sangat cantik. Ingin rasanya aku merengkuh tubuh munggilnya kedalam pelukanku. Bogoshipo. Saejin-ah, jeongmal bogoshipoyo.

Tapi hari itu aku melukainya. Dengan bodohnya aku mengabaikannya dan bersikap dingin padanya. Semua ini karena perkataan appa semalam. Appa berniat menjodohkanku dengan anak rekan bisnisnya di Jepang. Semua ini demi kelangsungan perusahaan appa yang berada diambang kehancuran. Aku tidak mungkin menolak permintaan appa.

Selama ini appa selalu menuruti permintaanku. Appa bahkan mengijikanku masuk dalam jurusan music karena cita-citaku yang ingin menjadi seorang penyanyi. Selain itu, apa sedang dalam kondisi kesehatan yang bisa dikatakan tidak baik-baik saja. Jadi masih bisakah aku menolaknya? Tentu saja jawabannya adalah tidak. Mianhae, saejin-ah. Sepertinya aku harus mengorbankan rasa cintaku padamu.

Itulah alasanku bersikap seperti itu padanya. Aku tidak ingin ia akan lebih tersakiti dimasa depan karena harapan kosong yang kutawarkan. Sering kali aku berusaha bersikap kasar dan menolaknya. Sekeras apa pun aku menolaknya ia tak perna berniat pergi dariku. Tapi, fakta itu membuatku senang karena aku tahu ia begitu mencintaiku sama seperti aku yang mencintainya, tapi bedanya aku begitu pengecut untuk mengakui perasaanku.
***

Hari ini ia datang ke apartemenku. Sudah menjadi rutinitasnya selama empat tahu ini untuk datang mengunjungiku. Ia selalu membangunkanku, membuatkan makanan kesukaanku dan membersikan apartemanku. Kehidupan kami berdua sudah seperti sepasang suami istri. Dan aku menyukainya. Diam-diam aku selalu memotretnya saat ia sedang memasak atau pun melakukan aktifitas lainnya.

Foto yang kuambil diam-diam itu selalu kutempel di setiap sudut kamarku dan kegiatan ini, maksudku memotretnya diam-diam sudah menjadi kebiasaanku empat tahun terakhir ini. Alhasil hampir sebagian besar tembok kamarku dipenuhi oleh gambar wajahnya yang cantik. Inilah alsannya aku selau melarangnya untuk masuk dalam kamarku.

Kadang kala, ingin rasanya aku mengungkapkan perasaanku padanya dan setelah itu kami akan menjalani hidup normal sebagai sepasang kesasih, tapi semua itu tidaklah semudah seperti membalikan telapak tangan. Aku telah memiliki takdirku sendiri. Sepertinya aku harus mencabut kembali kata-kataku waktu itu. Saat aku dimana aku mengatakan jika tuhan tidak mentakdirkan kami maka aku sendiri yang akan membuat takdir itu ada. Mianhae saejin-ah. Aku melakukan semua ini karena aku begitu mencintaimu.
***

“Aku berhak, karena orang yang kau sukai adalah aku. Jadi kukatakan padamu gadis bodoh, kubur perasaan konyolmu itu dalam-dalam sebelum berkembang lebih jauh dan satu lagi, kurasa kau terobsesi padaku sejak pertemuan kita empat tahun lalu saat musim semi di Tokyo. Kau begitu naïf dan bodoh jika masih mengenang pertemuan itu. Asal kau tahu saja, pertemuan itu bahkan tak berarti apa-apa bagiku” Hari ini aku membuat gadis musim semiku menangis. Pertama kalinya selama empat tahun ini, aku melihatnya meneteskan air matanya yang terlampau berharga, hanya untuk pria tolol dan idiot seprtiku.

“Waeyo, waeyo kyuhyun-ah?”

“Karena aku tidak menyukai apalagi mencintaimu, bodoh” Cho Kyuhyun, kau benar-benar pandai bersilat lidah.

“Kanapa tidak belajar untuk mencintaiku?” Aku tidak perlu belajar untuk mencintaimu jin-ah, karena aku memang telah mencintaimu dan aku mencintaimu saat pertemuan pertama kita. Bohong. Aku bohong jika mengatakan pertemuan pertama kita tak berarti bagiku. Memori itu terlalu berharga untuk kuabaikan chagia. Jadi kumohon jangan menangis lagi, itu membuatku sangat sakit.

Seminggu tidak bertemu dengannya membuatku tampak seperti orang bodoh. Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak setiap malam. Yang ada di otakku hanya Saejin, Saejin dan Han Saejin. Bagaimana keadaanmu saat ini, apa kau baik-baik saja? Memikirkan ia akan menjauhiku membuatku takut. Bodoh, bukankah ini yang aku inginkan. Cho Kyuhyun sebenarnya apa yang kau inginkan eo?

“Kyuhyun-ah” suara itu, aku merindukannya. Suara itu seperti setetes air dipadang gurun yang menyegarkan. Gadis itu kini berdiri tepat dihadapanku. Ingin rasanya aku menariknya kedalam pelukannya dan mengatakan bahwa aku sangat merindukannya. Tapi ternyata egoku lebih mendominasi. Aku berlalu meninggalkannnya. Dalam hati aku berharap ia akan menhanku.
Dan binggo, aku tersenyum tipis, bahkan sangat tipis saat ia menahan pergelangan tanganku. Kurusakan getaran aneh ada ribuan volt arus listrik yang menyengatku saat kulit telanjang kami bersentuhan. Han saejin, sebenarnya kau gadis seperti apa eo?

“Aku membuatkan ini untukmu. Terimalah” saejin menyerahkan sebuah kotak berwarna hijau toska. Aku membuka kotak itu dan tersenyum dalam hati saat melihat kepingan coklat dengan berbagai bentuk yang lucu. Gomawo, kau pasti begadang semalam demi membuat semua ini. Jeongmal gomawo. Tidak, tidak boleh seperi ini. Aku tidak boleh terlena oleh pesona seorang Han Saejin. Yang harus kulakukan sekarang adalah mendorongnya hingga pergi.

“Hyukjae-ya, apa kau lapar?”

“Tangkap ini” miahae, jeongmal minhae chagia. Aku berlalu meninggalkannya begitu saja. Aku berhenti di ujung koridor, saat memastikan saejin telah pergi, aku kembali ke tempat itu dan mengambil kembali coklat yang tidak langsung kutitipkan pada Lee Hyukjae. Untung aku datang tepat waktu, jika aku terlambat sedetik saja, bisa kupastikan coklat yang begitu berharga telah habis tak bersisa ditangan seorang Lee Hyukjae. Awalnya Hyukjae tidak ingin mengembalikan coklat itu, dan jadilah aku harus membayar coklat itu dengan harga yang mahal. Baiklah tidak apa-apa, yang terpenting sekarang adalah coklat ini telah kembali ke tanganku. Akan ku apakan coklat ini. Coklat buatan gadis musim semiku terlalu berharga untuk dimakan.
***

Puncak dari semua penolakanku adalah hari ini. Tanggal 2 February, sehari sebelum ulang tahunku yang ke-26. Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku yakin hari ini saejin akan datang ke apartemenku. Jadi aku menyiapkan sebuah rencana yang akan membuatnya membenciku dan pergi dariku.

“Kyu-ah, apa kau yakin ingin melakukan ini semua. Dengarkan aku, saejin terlalu berharga. Gadis itu tak pantas untuk kau sakiti”
“Hyebin-ah, hanya ini yang bisa kulakukan. Ini adalah jalan terbaik bagi kami berdua” gadis disampingku ini adalah Park Hyebin sahabatku.

“Kajja sebaiknya kita masuk” ajakku.

Cklek

Aku membuka pintu apartemenku. Betapa terkejutnya aku saat melihat ruang tamu apartemenku dipenuhi dengan balon-balon dan pita berwarna-warni. Jujur dari hatiku yang paling dalam aku sangat bahagia dan terharu. Lihatlah, betapa gadisku sangat mencintaiku. Cho Kyuhyun kau sangat beruntung. Samar-samar, kudengar derap langkah saejin dari arah dapur. Kurasa inilah waktu yang tepat.

“Inilah saatnya” Aku menarik hyebin kedalam pelukanku dan menyapukan sebuah kecupan di bibirnya.

Saengil chukhahamnida
Saengil chukhahamnida
Sarangh,,,,,,,,,.

BUG

Dari sudut mataku, kulihat saejin berdiri terpaku. Cake yang sedari tadi dipegangnya jatuh kelantai, hingga hancur berantakan. Wajah itu, begitu terluka. Buliran air mata kembali mengalir membasahi wajahnya. Maafkan aku jika aku menyakitimu terlalu dalam chagia. Mianhae.

“Kyuhyun-ah” ucapnya nyaris seperti bisikan.

“Oh kau disini rupanya. Kenalkan ini Park Hyebin gadisku” aku menyapanya. Dengan susah payah aku menahan tangisanku.

Tanpa menghiraukan ucapanku saejin mengambil ranselnya yang sedari tadi tergeletak diatas meja dan berlari meninggalkanku dengan punggungnya yang bergertar hebat. Tubuhku merosot kelantai. Tangisku pecah seketika. Cho Kyuhyun pabo.

“Apa kau puas. Kau akan menyesal karena menyakitinya. Sekarang kejar dia bodoh. Apalagi yang kau tunggu” kata-kata hyebin seperti tamparan bagiku. Aku tidak bisa hidup tanpanya. Aku tidak bisa hidup tanpa gadis musim semiku. Appa, mianhae. Sepertinya aku harus memperjuangkan cintaku.

Dengan tergesa-gesa aku berlari keluar apartemen mengejar saejin. Chagia neo, eodiga? Neo odigayo. Aku berlari ditengah kegelapan seperti orang kesetanan. Yang ada diotakku saat ini adalah saejin. Han saejin gadisku.

“HAN SAEJIN”

“YAK HAN SAEJIN NEO ODIGAYO”teriakku.
***

Sekarang disinilah aku didepan rumahnya. Semalam aku mencarinya tapi aku tak kunjung menemukan gadis musim semiku itu.
“Anak muda apa yang kau lakukan”

“Eo ajummah. Apa saejin ada?” tanyaku.

“Nona muda?”

“Ne”

“Mianhae, nona muda sekarang berada dibandara. Tadi saya baru mengantarnya. Hari ini, nona muda akan berangkat ke Tokyo”

“Tokyo” tidak ini tidak bisa dibiarkan. Jin-ah, tunggu aku. Aku tidak ingin kau pergi dariku. Saranghae. Dengan segera kulanjukan mobilku seperti orang kesetanan dijalan kota seoul yang terbilang padat.

“SEBUAH PESAWAT DENGAN NO PENERBANGAN OZ761 TUJUAN TOKYO GAGAL MENDARAT DI BANDARA NARITA TOKYO. SEMUA AWAK PESAWAT DAN PENUMPANG DIPASTIKAN TIDAK ADA YANG SELAMAT DALAM INSIDEN ITU”

Chitttt

Aku menghentikan laju mobilku mendadak saat mendengar headline berita dari radio yang memang sengaja kuhidupkan. Ini tidak mungkin aku pasti salah dengar. Kembali kutajamkan pendengaranku. Tubuhku membeku saat mendengar nama gadisku ada dalam daftar korban yang dinyatakan meninggal.

Ini pasti becanda. Kumohon siapa pun katakan kalau ini hanya becanda. Saejin tidak mungkin meninggalkanku untuk selama-lamanya, karena aku tahu gadis itu, begitu mencintaku.

“ARGGGGGGGGG” Aku mengerang frustrasi. Kupukul stir maobil untuk meluapkan semua perasaanku.

“Chagia,,hikss,,hikss,,hiks,,, “ menangis hanya itu yang bisa kulakukan saat ini. Semua ini salahku. Gadisku pergi meninggalkanku dihari ulang tahunku. Tuhan kembalikan saejinku, aku mohon kembalikan ia padaku. Aku rela menukar nyawaku dengannya asalkan ia kembali hidup. Aku mohon.
Flash Back End
***

Hari ini genap seminggu kepergian saejin dan cho kyuhyun, pria itu enggan untuk sekedar keluar dari kamarnya. Ia seperti kehilangan sebagian nyawanya. Setiap hari yang dilakukannya adalah menangisi dan menyeseli kepergian gadis musim seminya. Penampilannya sangat kacau. Tak jarang pria itu tidak memakan makanan yang manjadi sumber energy bagi tubuhnya. Dan hal ini tentu saja membuat keluarganya khawatir. Nyonya Cho bahkan pindah sementara ke apartemen Kyuhyun, untuk mengurusi putranya itu.

“Kyuhyun-ah” Kyuhyun tersadar dari lamunan panjangnya saat mendengar suara nyonya Cho.

“Sampai kapan kau akan seperti ini. Menyesal pun tak akan membuat saejin hidup kembali. Yang perlu kau lakukan adalah menata kembali hidupmu chagi”

“Omma bisa berkata seperti itu, karena eomma tidak merasakan apa yang kurasakan saat ini” ucapnya dingin.

“Kyu…,”

“Apa eomma tau, rasanya aku ingin menyusulnya saat ini juga. Ini terlalu menyakitkan eomma” buliran air mata kembali mengalir membasahi wajahnya. Tidak ada suara tangisan disana. Yah, pria itu menangis dalam diam.

“Aku seperti orang bodoh, saat mengetahui bahwa gadis yang akan dijodohkan denganku adalah gadis musim semiku. Kenapa aku baru mengetahuinya saat gadisku telah pergi untuk selamanya. Tidakah aku begitu bodoh eomma?”

“Mianhae, seharusnya eomma mengenalkannya padamu dari awal”

“Eomma, selama empat tahun aku memendam perasaanku, aku menyakitinya. Berkali-kali aku mendorongnya pergi dari hidupku demi seorang gadis yang akan dijodohkan denganku. Dan pada kenyataannya gadis yang dijodohkan denganku adalah saejinku. Gadis musim semiku”

“Kyuhyun-ah” nyonya Cho memeluk putra semata wayangnya dengan begitu erat. Ternyata pepata yang mengatakan bahwa penyesalan selalu datang dari belakang benar adanya. Cho Kyuhyun sepertinya pria itu akan hidup dengan penyesalan hingga akhir usianya.
***

Tokyo, April 2015
-----------...---------

Musim semi kembali menyapa masyarakat kota Tokyo, musim penuh cinta dan kehangatan. Salju tampak mulai mencair, suhu udara yang sebelumnya dingin perlahan mulai manghangat. Disetiap sudut- sudut kota Tokyo, kelopak-kelopak bunga sakura tampak mulai bermekaran menambah keindahan kota itu.

Disuatu taman, tampak seorang pria tampan tengah menyandarkan tubuhnya pada sebatang pohon bunga sakura. Wajahnya tampak lebih dewasa. Guratan-guratan kesedihan masih terpampang jelas diwajahnya, meski ini sudah lewat tiga tahun kepergian gadis musim seminya. Sepertinya pria itu begitu mencintai gadisnya.

Pria itu memejamkan matanya, membiarkan angin musim semi membelai permukaan wajahnya. Dihirupnya semerbak wewangian yang menguar dari kelopak bunga sakura. Nyaman. Sangat nyaman. Pria itu, Cho Kyuhyun perlahan tapi pasti mulai membuka kelopak matanya. Dalam hatinya ia berharap orang pertama yang dilihatnya adalah gadis cantik, beryukata merah mudah dengan motif bunga sakura.

Deg

Apakah ini mimpi,? Apakah ini hanya sebuah halusinasi belaka? Kyuhyun melebarkan bola matanya. Sejenak ia kembali menutup matanya memastiakan bahwa ini hanya imajinasinya.

“Bodoh, kau membuatku menunggu terlalu lama” suara itu, suara yang begitu dirindukannya.

“Jin-ah” dengan tangan bergetar kyuhyun memberanikan diri menyentuh wajah gadis beryukata merah muda dihadapannya.

“Apa benar ini kau” Gadis itu menganggukan kepalanya. Kyuhyun tak dapat menahan rasa harunya. Semua ini terlalu nyata. Gadis musim seminya berdiri tepat dihadapannya. Dengan cepat ia menarik Saejin kedalam pelukannya. Ia tak akan membiarkan gadis itu pergi lagi. Tidak walaupun hanya sedetik. Kyuhyun melepaskan pelukannya, dipandangi wajah gadis yang begitu dicintainya dengan begitu lekat. Perlahan jarak diantara keduanya makin menipis,hingga,,,.

CHU

Kyuhyun mengecup permukaan bibir gadis yang begitu dicintainya, pria itu menyalurkan segala kerinduannya yang ditahan selama ini melalui ciumannya. Dan saejin, gadis itu menutup matanya menyambut ciuman kekasihnya. Keduanya tersenyum disela-sela ciuman meraka. Kelopak-kelopak bunga sakura yang berjatuhan, menjadi saksi penyatuan kedua insan ini.

“Saranghae jin-ah”

“Nado saranghae”

#The End
***

Epilog
“Agashi, toling aku. Aku sangat membutuhkan tiket penerbangan ke Tokyo. Suami sedang sakit keras” Saejin menatap wanita disampingnya dengan iba. Hati gadis itu tergerak untuk menolong wanita disampingnya.

“Ambilah, ajummah” Saejin menyodorkan tiketnya pada ajummah itu.

“Gomawo agashi, lalu bagaimana denganmu?”

“Aku?”

“Aku tidak jadi ke Tokyo. Aku akan memesan tiket dengan keberangkatan menuju Paris”

---------....--------

 

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet