Epilogue

Hello Hi-School
Please Subscribe to read the full chapter

Mentari baru saja tergelincir ketika langkah itu berjalan cepat menuju sebuah auditorium kampus. Sesekali ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, merapikan jas casual yang dikenakannya lalu buru-buru mempercepat langkahnya. Tiba di muka auditorium, mustahil jika tak ada mata yang menatapnya. Pria tegap itu hanya tersenyum, menunjukkan tiketnya lalu segera berjalan masuk, mendudukkan tubuhnya di bangkunya lalu menghela nafasnya. Syukurlah masih belum terlambat.

 

“Hah~” desahnya, mengusap peluh di keningnya lalu memangku bouquet bunga yang dibawanya. “Tetaplah cantik, hm?” sugestinya pada karangan mawar merah di pangkuannya. Dan tanpa sadar ia kembali tersenyum.

 

“Jinki? Itu kau?” panggil seseorang yang duduk tak jauh darinya, namja itu menoleh.

 

“Oh, annyeong omoni.” ibu Hyeri.

 

“Kenapa kau di sini? Kau seharusnya tidak di sini, Jinki-ya.” omel wanita itu pelan ketika Jinki berpindah duduk di sebelahnya. Jinki hanya mengusap tengkuknya.

 

“Hehe, ya, tapi—” dan tiba-tiba lampu mulai meredup, menyisakan spotlights pada panggung yang menyala terang, dan alunan musik menggema seiring tirai yang mulai terbuka.

 

Pertunjukan musikal pertama Hyeri dan rekan-rekan kampusnya.

 

Selama pertunjukan dimulai Jinki sama sekali tak bersuara, ia hanya diam, menikmati tiap jalan ceritanya lalu bertepuk tangan pada scene-scene tertentu. Sesekali ia memejamkan matanya, membiarkan lantunan suara-suara indah itu menyentuh indera pendengarnya, namun hanya satu suara yang mampu membuatnya tersenyum. Lee Jinki tahu pasti, ia telah benar-benar tidak waras.

 

“Jinki, ini sudah pukul 3, kau bisa terlambat.” bisik ibu Hyeri ketika pertunjukan hampir menuju akhirnya. Tapi Jinki hanya menggeleng.

 

“Tidak, aku tidak akan terlambat. Aku ingin melihat akhir ceritanya.” kukuh Jinki seraya tersenyum. Ibu Hyeri hanya memutar bola matanya, lalu wanita itu turut tersenyum. Anak gadisnya bersama pria yang tepat, pikirnya.

 

Setelah pertunjukkan usai, buru-buru Jinki menghambur menuju backstage, berjalan menyusuri lorong dan kemudian berlari untuk memeluk satu figur yang telah benar-benar dikenalnya di muka dressing room.

 

Gadis itu memekik kaget, dan ketika ia membalikkan tubuhnya, spontan ia membungkam mulutnya sendiri.

 

“J-Jinki??”

 

“Pertunjukkan yang hebat, Kim Hyeri.” ungkap Jinki, menyodorkan mawar di tangannya tapi Hyeri masih tak berkutik. Gadis itu hanya mengerjap, masih membungkam mulutnya tak percaya sedang suara orang saling berbisik mulai mengelilingi keduanya.

 

Aktor musikal Onew datang ke pertunjukan akhir tahun kampus.

 

“Kau disini? Apa kau gila? Bagaimana dengan pertunjukanmu? Kau bisa terlambat, Jinki-ya.” omel Hyeri seraya menarik Jinki menuju tempat yang lebih sepi. Lagi-lagi Jinki hanya tersenyum, menatap karangan bunga di tangannya dan menyodorkannya untuk yang kedua kalinya pada Hyeri.

 

“Jadi kau tidak mau menerima bunga dariku? Mereka tidak secantik dirimu?” sifat manis Jinki yang menyebalkan. Hyeri terdiam selama beberapa saat, menatap raut wajah lembut pria di hadapannya lalu sesuatu mulai menggenang di indera penglihatnya.

 

“Aku membencimu, Lee Jinki. Aku benar-benar membencimu.” dengan itu kedua mata lentik Hyeri menangis, ia meraih bunga itu, lalu kedua lengan Hyeri melingkar dengan apik pada dada bidang Jinki. Pelukan terimakasih, dan rasa bersyukur.

 

“I love you too, Kim Hyeri.” bisik Jinki. Gadis itu tersenyum, mencubit pelan lengan Jinki lalu ia mengangkat wajahnya. Mereka tersenyum.

 

“Tapi kalau kau tida

Please Subscribe to read the full chapter
Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
No comments yet