Our Meeting

Another Rendezvous

 


 

Aku melihatnya. Gadis itu duduk termangu dengan  hot chocolate yang masih mengepul di hadapannya sembari menatap hujan dari balik jendela café itu. Tatapannya hangat, namun ada kesendirian yang terpancar samar-samar dari balik kedua bola matanya. Aku melihat sekeliling, apakah ia datang dengan seseorang atau seorang diri. Dan sepertinya ia datang seorang diri, atau mungkin lebih tepatnya ia datang untuk menyendiri.

 

Tangannya begitu halus, dari arahku melihatnya. Jari-jarinya lentik dan kuku-kukunya terpotong dengan rapi. Poninya jatuh begitu saja, aku rasa rambutnya yang berwarna kecoklatan itu pastilah halus. Wajahnya tidak bulat, tak juga tirus ditambah dengan pipi chubby-nya yang menggemaskan, sangat pas dengan tingginya yang tergolong tinggi untuk ukuran gadis muda. Warna mata yang senada dengan rambutnya, ukuran matanya yang besar, sangat pas untuk wajahnya. Hidungnya, seperti pahatan Michelangelo. Sekali lagi, sangat pas untuk wajahnya. Tak lupa dengan kulitnya yang putih menambah kesempurnaan gadis itu.

 

Hot chocolatenya tak lagi mengepul, seakan uapnya telah terbawa dingin dari sang hujan. Namun, ia masih setia menatap hujan di luar sana yang bertambah deras. Sepertinya acara berteduh kali ini akan berlangsung lebih lama dari yang aku perkirakan. Setidaknya, aku takkan mati karena kebosanan dengan adanya gadis itu.

 

Aku berani bertaruh, gadis itu pasti tak tahu jika aku mengamatinya. Posisiku yang bersilangan dari tempatnya duduk cukup untuk membuatku tidak berada pada jangkauan pandangannya. Sejujurnya aku sendiri heran, bagaimana aku bisa langsung bisa menganalisa dengan akurat bagaimana gadis itu. Ini baru pertama kali aku melihatnya, namun sepertinya aku sudah sangat mengenal dirinya.

 

Hujan mulai reda, matahari mulai mengintip dari balik awan. Gadis itu masih belum beranjak pergi, padahal hot chocolatenya sudah tandas sedari tadi. Ia menghela napas, sedetik kemudian ia memanggil pelayan untuk membayar billnya. Setelah selesai dengan billnya gadis itu beranjak pergi meninggalkan cafe. Cara berjalannya anggun untuk wanita yang hanya mengenakan flat shoes, celana jeans yang sudah mulai kusam, T-shirt merah yang bertuliskan ”Flying To Seoul”, kemeja putih yang sedikit lebih besar dari badannya, dan sebuah tas rajutan yang tersampir di pundaknya.

 

Sekali lagi, aku tersenyum. Aku sendiri tak tahu mengapa sejak menatap gadis itu aku tak henti-hentinya tersenyum. Sepertinya gadis itu berhasil menyihirku. Sayang sekali aku tak punya cukup keberanian datang ke mejanya untuk sekedar bercakap-cakap dan mengetahui siapa nama gadis itu.

 

Aku melirik dengan ekor mataku. Ada sesuatu yang tertinggal di meja gadis itu. Segera aku menghabiskan cappuccino-ku dan beranjak menuju meja yang tadi dipakai gadis itu. Sebuah sapu tangan berwarna merah dengan sebuah nama yang disulam di bagian pinggirnya. Tanpa membuang waktu aku membayar bill-ku dan berlari keluar cafe. Semoga saja gadis itu belum pergi jauh.

Aku terus berlari sembari menoleh ke kanan dan kiri berharap bisa menemukan gadis itu. Aku melihatnya, sedang menunggu lampu hijau agar bisa menyebrang sembari melihat jam tangannya.

 

“Nona! Tunggu sebentar!”

“Ada apa Tuan?”, ia menatapku dengan mata besarnya yang bening.

“Kau meninggalkan sesuatu di cafe tadi nona.”, aku memberikan sapu tangan merah itu padanya.

“Ahh~ ini memang milikku. Terima kasih, sapu tangan itu begitu berharga untukku.”, sebuah senyum yang hangat terpancar dari wajahnya. Astaga, ia membuat hatiku berdesir hebat hanya dengan sebuah senyum.

“Baiklah, sepertinya kau terburu-buru. Maaf mengganggumu, dan jika sapu tangan itu sangat berharga bagimu jagalah dengan baik nona. Senang bertemu denganmu.”, aku mengulurkan tanganku dan tersenyum tulus.

“Sekali lagi terima kasih Tuan. Aku tak yakin jika orang lain akan melakukan hal yang sama sepertimu.”, ia menjabat tanganku dan senyuman hangatnya sekali lagi membuat hatiku berdesir hebat.

 

Lampu hijau menyala, ia segera beranjak untuk ke sebrang jalan. Aku mengantarkan kepergiannya yang mulai samar-samar tertelan lautan manusia. Aku masih tersenyum. Tiba-tiba sebuah bisikan terdengar di telingaku.

“Kau tahu namanya, bahkan senyumannya bisa membuat hatimu berdesir hebat. Apakah kau akan melewatkan kesempatan berkenalan dengannya untuk yang kedua kali? Jadilah lelaki! Katakan apa yang kau rasakan!”

 

Aku tersadar dari lamunanku. Sedetik kemudian aku berlari ke seberang jalan. Sekali lagi mencari gadis itu. Kali ini, takkan ku lewatkan kesempatanku untuk berkenalan dengannya.

 

“Nona! Tunggu sebentar!”

“Ada apa Tuan? Apakah ada sesuatu yang tertinggal lagi?”, ia menatapku dengan tatapan yang sama seperti tadi.

“Tidak, namun ada sesuatu yang terbawa olehmu.”, aku mengatur napasku yang memburu.

“Apakah itu?”

“Kau membawa hatiku bersamamu, bisakah kau jaga itu untukku?”, aku menatapnya dengan senyum yang terpancar dari wajahku.

“Eung?”, tatapan matanya padaku terlihat bingung dengan apa saja yang baru aku katakan.

“Sepertinya, aku jatuh cinta padamu nona Victoria Song Qian. Apakah kau bisa menjaga hatiku dan menjadikannya sesuatu yang berharga bagimu?”

“Kau....”

“Nichkhun, Nichkhun Buck Horvejkul. Maaf jika aku lancang mengatakan aku jatuh cinta padamu. Sepertinya aku terjebak dengan sebuah kalimat klise, love at first sight.”

“Dan sepertinya aku juga jatuh cinta padamu tuan Nichkhun Buck Horvejkul.”

 

Aku terdiam mendengar jawabannya. Ia mengatakan ia juga jatuh cinta padaku. Jadi, kamu berdua sama-sama terjebak kalimat klise love at first sight? Hahaha takdir yang sungguh menggelikan.

 

“Mengapa kau tertawa tuan? Apakah ada yang lucu?”

“Ahh tidak ada yang lucu nona. Hanya saja ini kebetulan atau takdir yang menggelikan. Kita berdua sama-sama terjebak kalimat klise love at first sight. Bukankah itu sedikit menggelikan?”

“kau ini, itu sama sekali tidak lucu. Sungguh menyebalkan!”

 

Ia berjalan mendahuluiku. Baru beberapa menit aku menyatakan cinta padanya aku sudah mengetahui sifatnya yang tersembunyi. Ya, ia paling tak tahan jika digoda. Aku mengejarnya, ia berjalan semakin cepat namun langkahku lebih cepat. Akhirnya aku bisa menangkap tangannya dan memutar badannya untuk menghadap ke arahku.

 

“Hey, aku hanya sedang menggodamu nona Victoria. Tidak bisakah kau sedikit saja tertawa?”

“Berhenti menggodaku tuan Nichkhun, atau aku akan menolak pernyataanmu tadi.”

“Jadi, sebenarnya kau menerima pernyataanku tadi?”

“Ehh, eum itu tadi...”

“Berhentilah mengelak. I know you love me and you know that I love you. Don’t make it complicated. Both of us, we’re falling love at first sight.”

 

Aku menutup kalimatku dengan senyum. Perlahan, ia tersenyum lalu mengangguk membenarkan apa yang baru saja aku katakan padanya. Kami sama-sama tersenyum dan memandang satu sama lain. Tanganku yang semula di pinggangnya berpindah menuju tangannya dan menggenggamnya dengan erat. Ia tak menolak, justru menambah erat pegangan tangannya.

 

Siapa bilang untuk menemukan cinta sejati itu rumit? Tak perlu mencarinya karena ia sendiri yang akan datang dan membuka tangannya khusus hanya untukmu.

 

∆∆∆∆∆

 

“Khunnie, apakah kau percaya dengan kalimat klise “love at first sight” ?

“Maksudmu cinta pada pandangan pertama? Begitu Qiannie?”, aku mengangkat alisku. Ada apa gerangan dengan gadisku ini? Kenapa ia tiba-tiba bertanya hal seperti itu.

“Ya, sepertinya hal itu menyenangkan.”, apa yang membuatnya bisa mengatakan bahwa hal itu menyenangkan. Aku percaya pada love at first sight tapi kenapa setelah 3 tahun perkawinan ia malah bertanya hal yang non sense.

“Apakah kau menyesal menikah denganku yang dulu dijodohkan oleh orang tuamu Qiannie?”

“Bukan, bukan seperti itu Khunnie. Aku mengatakannya karna sepertinya di serial drama yang aku tonton orang yang mengalami cinta pada pandangan pertama begitu menikmati sensasi pertemuan pertama mereka.”, aku terdiam mendengar penjelasannya. Tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalaku.

“You wanna try it with me Qiannie? Let’s make our own version about love at first sight.”

 

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
Blu30cean
#1
kok gk dilanjutin nulisnya... ,bagus kok hehe...
TaeNyBross #2
hehehe maaf aku baru buat 1 ff bahasa khuntoria, tapi aku ada saran buat ff khuntoria yg bagus. Coba aja search di google "Khuntoria in 26 words" :)
oh iya, jgn panggil authornim, panggil aja Al hehehe
jj_jokvven
#3
Chapter 1: hei!! aku ngubek ngubek aff dan nemu ff ini... jarang banget nemu ff khuntoria yang bahasa TT authornim... punya ff khuntoria yang bahasa yg lain enggak? pengin baca TT yang ini bagussss