Part 8
Thank You (Bahasa Indonesia)
Yoosshh! Long time no see!^^
Sepertinya sudah 2 bulan saya tidak meng-update ep ep ini U.U. Salahkan saja kepada skripsi yang terus menerus minta diperhatikan,hahaha. Dan akhirnya! Tada!! I got my bachelor degree! *lempar toga* ;___; *nangis haru*. Aku berharap bisa terus meng-update ni ff sesering mungkin... karna aku tipe orang yang bakal nulis ketika mood atau hujan, hahaha. And~.... Thanks for my new subsribers dan commentators. Saya terharuu.. ;_;
So sorry kalo ceritanya agak gimana gitu deh maklum udah 2 bulan ga nulis dan ngerjain skripsi mulu *alesan*, dan ini lebih pendek dari pada biasanya (cuma 8 hal biasanya 15 hal...) hahaha XD (ga tau beneran pendek ato kagak) LOLOLOL XD
Ah.. sepertinya eike terlalu banyak bacot --"
Here you go! Thank You part 8! Selamat membaca kawans!~ :D
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seperti biasa, cafe kami akan selalu ramai dikunjungi pelanggan atau beberapa mahasiswa atau pejalan yang singgah untuk makan siang. Aku disibukkan dengan beberapa pesanan dari pelanggan dan ini cukup melelahkan. Aku bersandar sejenak di konter sebelum mengambil makanan yang telah selesai dibuat oleh Taewoon, hingga aku merasakan pundakku disentuh oleh seseorang.
“ Um? Ada apa Jongjin?” ujarku sambil menoleh ke arahnya
“ Sepertinya kau kelelahan. Apa kakimu bermasalah lagi? Aku melihat kau sedikit pincang ketika berjalan.” jawabnya sambil melihat ke arah kaki kiriku.
Aku menghela nafas sejenak, “ Kemarin kakiku terkilir, tapi sekarang sudah tidak terlalu sakit. Aku mengompresnya setiap 3 jam sekali...” sahutku dan segera mengambil pesanan dan siap mengantarnya ke meja pelanggan.
“ Hyesung-ah, sebaiknya kau menjaga kasir saja. Biar Minhwan yang mengantarkan makanan”
Aku tidak terlalu suka jika ada orag lain yang mengkhawatirkanku seperti ini. Aku merasa seperti orang yang lemah. Aku menggeleng, “ Tidak. Hari ini jadwalku untuk menjadi waiter. Aku tidak apa-apa Jongjin-ah. OK?” sahutku dan segera menuju meja pesanan
“ Tsk, dasar laki-laki keras kepala..” gumam Jongjin dan segera memberi daftar pesanan ke Taewoon.
Aku tersenyum pelan mendengar gerutuannya. Yep. Aku merasa aku tidak boleh terus memanjakan diriku sendiri. Meskipun kakiku sedikit sakit, dengan banyak bergerak aku merasa kakiku akan lebih cepat sembuh.
Akhirnya, jam sibuk di cafe segera berlalu dan aku duduk di salah satu kursi dan menghela nafas panjang. Sungguh melelahkan hari ini. Aku melirik ke arah jam dinding dan waktu sudah menunjukkan setengah tiga sore. Setengah jam lagi jadwal tugasku akan selesai dan... dia belum juga datang... Aku terus menerus melihat ke arah pintu masuk, dan berharap ada sesosok gadis yang sangat ingin ku lihat muncul di dari sana dengan senyumnya yang cerah.
Tap. Aku merasa ada seseorang yang menepuk pelan pundakku. Aku menoleh ke pemilik tangan di pundak kananku dan melihat senyuman jahil dari Jongjin. Aku segera menelungkupkan wajahku dan menghela nafas panjang. Dia pasti akan mulai menggodaku lagi, tsk.
“ Hyesung-ah... jangan muram begitu... himnaeyo!”
“ Siapa yang muram... aku hanya lelah..” gumamku
Aku merasakan tangan Jongjin memijat pelan pundakku, “ Aiguu... uri little prince pasti sangat kelelahan... kau seperti habis tenaga..”
“ Hmm...”
“ Apa karena sumber energimu tidak datang hari ini?” Jongjin terus saja menggodaku dan aku malas menjawabnya
“ Aku tahu bagaimana rasanya jika satu hari saja tidak bertemu... kau tidak menelponnya atau mengirimkan pesan?” lanjutnya lagi. Dan perkataan Jongjin tersebut membuatku menyadari bahwa aku belum pernah sekalipun meminta nomor kontaknya. Aku hanya menghela nafas, lagi.
“ Aku jadikan itu sebagai arti bahwa kau tidak punya nomor teleponnya kan? Hahaha”
“ Terserah kau mau bilang apa.........” ucapku malas
“ Ah.... tepat sekali! Hei, gadis itu datang loh..dia terlihat bercahaaaayaaa~” bisik Jongjin
“ Jangan menggodaku... aku tahu kau sedang berbohong. Aku tak peduli..” gumamku dan masih menelungkupkan wajahku
“ Eii~, kau tidak mempercayaiku? Baiklah kalau begitu aku akan meneriaki namanya dan mengatakan bahwa kau menyukainya” ancam Jongjin dan segera mungkin aku berdiri dan menutup mulutnya.
“ Ya!! Kau gila???! Kau ingin semua orang tahu???!” teriakku
“ Um? Tahu apa? Kalian sedang membicarakan apa? Sepertinya menarik?” terdengar suara gadis yang tak asing lagi di telingaku dan aku segera menoleh ke belakang. Benar! Dia berada di hadapakanku sekarang dan bersinar seperti matahari. Seketika mukaku menjadi merah padam dan nafasku tercekat. Aku berani bersumpah bahwa aku kehabisan kata-kata dan dia terus menatapku dengan senyumannya yang menawan itu.
“ Oh! Hyunjung-ssi. Selamat datang! Kami hanya membicarakan seputar menu baru saja. Ini rahasia,kkkk” seperti biasa Jongjin dengan ide briliannya berhasil membohongi lawan bicaranya dan aku bersyukur dengan kemampuannya itu. Akhirnya, setelah menahan nafas selama 1 menit, yap 1 menit, aku mampu bernafas normal kembali.
Seperti biasa, Hyunjung hanya memberikan senyuman dan itu sukses kembali membuatku menahan nafas. Sungguh, gadis ini akan membunuhku....
“ Oh ya, silahkan duduk.. Hyesung-ah, segera ambilkan menu” ucap Jongjin dengan tatapan yang membuatku jengkel
“ Baiklah...” ucapku pelan... karena aku sangat takut suaraku yang gugup akan terdengar oleh Hyunjung. Aku segera menuju meja kasir dan mengambil menu. Jongjin masih mengobrol dengan Hyunjung ketika aku mendekati mereka.
“ Silahkan... menu spesial hari ini adalah choconut pancake...” Ujarku sambil memberikan Hyunjung menu. Jongjin terus tersenyum dan matanya tak pernah lepas dari melihat pergerakanku.
“ Baiklah! Aku tinggalkan kalian berdua karena aku harus menghitung pendapatan hari ini dan melaporkan ke Manager Park. Bye~” Jongjin pergi meninggalkan kami sambil menepuk pelan pundakku.
Sepeninggalan Jongjin, aku merasa lebih gugup dari biasanya. Aku hanya diam dan terpaku sambil menunggu pesanan Hyunjung.
“ Aku rasa aku tertarik dengan menu spesial cafe hari ini. Choconut pancake dan satu botol air mineral. Terima kasih Hyesung-s..ah.. op-oppa...” mendengar Hyunjung memanggilku dengan sebutan ‘oppa’ membuat wajahku memerah dan aku merasakan panas. Aku menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, berusaha menenangkan diriku dan degub jantungku yang terlalu cepat berdetak. Aku melirik sekilas ke arah Hyunjung untuk mengambil menu, dan dapat ku lihat wajahnya juga memerah! Ah...
“ Ehm.. Baiklah satu porsi choconut pancake dan satu botol air mineral.. silahkan ditunggu...” aku segera menuju dapur dan memberikan kertas pesanan ke Taewoon.
“ Hyesung-ah.. ada apa? Kenapa mukamu memerah? Kau demam?” tanya Taewoon dengan dahi berkerut.
“ Wajahku merah? Sungguh? God! Apa yang harus ku lakukan??” aku segera menuju toilet dan membuka keran wastafel lalu membasuh wajahku dengan segera mungkin.
Aku memandang bayanganku di cermin dan memang, wajahku masih terlihat memerah. Sial... apa Hyunjung juga melihat ini? Ughhh! Apa yang harus ku lakukaaannn!!!
Aku kembali membasuh wajahku dan menepuk pelan pipiku. Aku harus tenang.. harus tenang.. harus!
Aku mengelap wajahku dengan tisu yang tersedia, dan kembali menarik nafas dalam-dalam. Sungguh, jika ini harus terjadi setiap hari..aku tidak tahu bagaimana kondisi jantungku di masa depan.
Aku keluar dari toilet dan langsung menemui Taewoon. “ Taewoonie, bagaimana sekarang? Apakah wajahku sudah kelihatan lebih segar?”. Taewoon memandangku dengan bingung dan mengangguk. Aku segera keluar dan duduk di dekat Minhwan yang hari ini bertugas sebagai kasir. Hanya ada Hyunjung dan dua orang pelanggan lainnya, membuat suasana cafe sedikit sepi. Aku melirik ke arah Minhwan yang sedang asyik bermain game di smartphone nya. Tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalaku dan aku segera menuju komputer cafe yang tak jauh dari meja kasir dan memutarkan musik instrumen Kenny G. Minhwan melirik ke arahku dan tersenyum. Aku membalas senyumannya dan melihat ke arah Hyunjung yang sepertinya menikmati alunan musik yang aku putar.
“Pesanan untuk meja nomor 8” suara Taewoon kembali menyadarkanku dan aku segera mengambil makanan yang ditaruh Taewoon di meja saji. Aku mengambil dan menata pesanan tersebut di nampan dan berjalan perlahan menuju Hyunjung.
“ Silahkan menikmati..” ujarku setelah selesai menata pesanan Hyunjung di atas meja
“ Terima kasih..” jawab Hyunjung, dan tentu saja dengan senyumannya. Tuhan... aku butuh alat pacu jantung sekarang.
“ Oh ya.... Hyunjung....” aku menarik nafas... kembali meyakinkan diriku untuk mengatakan hal itu. Tapi...apa akan terlihat aneh jika aku mengatakannya sekarang? Apa yang akan dia pikirkan nanti? Apa dia akan menolakku? Hah! Pikiranku terasa runyam, apalagi kini Hyunjung sedang menatapku penasaran. Aku menarik nafas dan menghelanya perlahan. Rileks... Shin Hyesung kau harus rileks.
“ Umm...maksudku..apa..minggu ini kau sibuk?” Hhaa...aku mengatakannya juga...
“ Aku rasa..tidak.. kenapa?”. Yes, Shin Hyesung...sedikit lagi...sedikit lagi...
“ Aku pikir...karena..karena kemarin kau terlihat sangat ingin sekali bisa pergi ke Disney Land, umm..bagaimana kalau minggu ini..aku..mengajakmu ke Lotte World? Yah... karna Disney Land sangat jauh dan yah..kau tahu..hehe ”. Good job Shin Hyesung! Alasan klise! Aku ingin sekali menampar diriku sendiri saat ini juga!
Hening.... dan ini membuatku ketakutan! Aku takut jika keheningan di antara kami ini membuat degub jantungku yang tiba-tiba berpacu sangat kencang akan sampai ke telinga Hyunjung.
Dengan senyuman yang merekah dari bibirnya, Hyunjung mengangguk. “ Benarkah? Aku sangat ingin sekali sejak dulu! Tentu saja aku mau! Kau tidak sedang bercanda bukan?”
Secepat mungkin aku menggeleng, “ Tidak! Tentu saja aku serius. Aku tidak bercanda”
Hyunjung terkekeh senang, dan seketika perasaan runyam yang menyelimuti diriku sejak pagi, hilang! Sungguh ajaib!
“ Baiklah...sampai jumpa minggu depan..dan ah.. dimana aku harus menjemputmu?”
“ Aku ada tugas jaga hingga waktu makan siang di rumah sakit Seoul. Bagaimana jika di sana? Tapi..apakah tidak terlalu jauh?”
“ Tentu tidak... tidak masalah.. oh ya... jika kau mengijinkan.. aku..bisakah aku meminta nomormu?” kali ini aku menahan nafas karena aku terlihat seperti sangat terburu-buru.
“ Tentu saja! Ini akan membuat kita mudah untuk menghubungi satu sama lain” Hyunjung membuka dompetnya dan memberikan kartu namanya kepadaku. Aku agak sedikit merasa kikuk dan..aneh.
“ Wow... aku tidak tahu jika seorang mahasiswi memiliki kartu nama sendiri”
“ Hahaha.. karena sebentar lagi aku akan menjadi dokter.. jadi Omma ku menyuruhku membuat kartu nama mulai sekarang. Apakah aneh? Aku merasa malu.”
“ Ah..! Tentu saja tidak! Justru aku merasa aku juga harus membuat kartu namaku sendiri,hehe”
Hening... lagi...suasana yang kaku
“ Ah..sepertinya aku telah banyak mengganggumu.. silahkan menikmati pancake-nya.. dan sampai jumpa di hari minggu”
“ Sampai jumpa.. Hyesung..oppa” Lagi.. aku merasa pipiku memanas, aku segera mengangguk dan meninggalkan Hyunjung menuju dapur.
Di dapur aku melihat Taewoon yang sedang berdiri termenung memandang bahan-bahan yang tersisa di dalam kulkas. Segera mungkin aku memeluknya dari belakang dengan erat dan itu membuat Taewoon kaget serta merasa aneh.
“ Ya.. ya.. Shin Hyesung! Apa yang sedang kau lakukan?!” ucap Taewoon yang berusaha melepaskan pelukanku, namun aku memeluknya lebih kuat lagi.
“ Taewoon-ah... terima kasih..terima kasih banyak...”
Aku tidak peduli jika Taewoon menganggapku gila atau apa... jika menjadi gila terasa menyenangkan seperti ini, aku rela untuk gila setiap hari..
^^^
Aku mengecek penampilanku untuk kesekian kalinya. Apakah baju yang aku kenakan sudah pas? Tidak anehkah? Bagaimana dengan rambutku? Apa sebaiknya aku mewarnainya kemarin? Atau aku bisa memakai topi? Ugh... aku butuh Minwoo sekarang!
Beep Beep
Satu pesan masuk dari Junjin
Hyung! Selamat bersenang-senang! Jangan terlalu gugup,OK? kekeke^^
Aku tersenyum melihat pesan dari Junjin, dan segera membalasnya
Junjin-ah... kau terlalu mengkhawatirkanku...dan terima kasih telah bersedia meminjamkan mobilmu J
Yup. Junjin memaksaku untuk menggunakan mobil miliknya setelah aku mengatakan akan mengajak Hyunjung kemarin malam. Dia bilang, kencan, ..ah...maksudku, pergi bersama untuk pertama kalinya menggunakan sepeda motor itu sangat tidak keren. Sepertinya aku harus mulai menabung untuk bisa membeli mobil sendiri.
Bukan masalah Hyung. Semoga kau menikmati kencan pertamamu! Ingat! Kau harus berhasil menaklukkannya! Oke?
Kencan pertama.... wajahku langsung memerah membaca dua kata tersebut.
Ya...ini bukan kencan pertama, Jin-ah... sekali lagi, terima kasih. I love you~ ♥♥♥
Beep Beep
Aku juga mencintaimu Hyung, kekeke ♥
Aku memasukkan handphone ku ke dalam saku celana. Sekali lagi, aku melihat dandananku, dan aku menyerah.. aku sudah menghabiskan waktu satu jam setengah dan sekarang sudah hampir waktunya untuk menjemput Hyunjung. Aku mengambil kunci mobil Junjin di atas meja dan keluar.
Dongwan-ah, aku segera menuju tokomu
Aku mengetik pesan untuk Dongwan, menghidupkan mesin mobil, melirik ke arah spion dan berusaha meyakinkan diriku bahwa penampilanku saat ini sudah benar-benar baik.
“ Yah... jika pun buruk.. Dongwan pasti akan memberikan komentar... walaupun dirinya fashion terrorist”. Aku terkekeh pelan dengan pikiranku, dan mobil pun mulai ku jalankan.
^^^
Author POV
“ Kau yakin ini akan tetap segar?” tanya Hyesung sekali lagi kepada Dongwan
“ Hei.. percayalah kepadaku.. bunganya baru ku petik 15 menit yang lalu dan baru selesai ku bungkus. Ini akan bertahan selama 5 jam. Jangan sampai keasyikan dan lupa waktu oke? Semuanya harus sempurna! Yah... Shin Hyesung.. akhirnya kau akan segera merasakan kencan pertama, hahaha” ucap Dongwan sambil memukul pelan lengan Hyesung
“ Ya! Sudah ku bilang! Ini bukan kencan!” Wajah Hyesung memerah dan semakin membuat Dongwan ingin menggodanya.
“ Hahaha. Lihat! Wajahmu merah seperti kepiting rebus! Hyesung-ah! Kau sangat cute! cuutteee!!!”
“ Hentikan!” Hyesung mengipas wajahnya yang memanas
“ Hahaha, baiklah... sekarang sudah hampir waktunya bukan? Segera jemput gadismu, jangan biarkan seorang wanita menunggu terlalu lama. Itu akan mengurangi poin mu loh, haha” Dongwan menepuk pelan pundak Hyesung lalu mendorongnya keluar toko.
“ Oke...Oke.. terima kasih Dongwan-ah, dan.. kau yakin Eric tidak tahu ini kan? Kau tidak memberi tahunya kan?” selidik Hyesung
“ Aku tidak memberi tahunya Hyesung-ah.. tapi kau kejam. Kau hanya tidak memberi tahu Eric seorang. Dia pasti akan sangat sedih...”
“ Aku tidak mau dia mengikutiku dan melakukan hal bodoh lagi, Dongwan-ah. Kau tahu kan, terkadang aku heran kenapa ada orang seaneh dirinya..” gerutu Hyesung
“ Hahaha. Kau benar-benar tidak suka kepadanya ya? Dia bos kita loh, hahaha.”
“ Sangat jarang sekali ada karyawan yang menyukai bos-nya bukan? hahaha. Baiklah, sampai nanti Dongwan!”
Hyesung masuk ke dalam mobil dan meletakkan buket bunga matahari di bawah kursi belakang. Hyesung menyalakan mesin mobil dan segera menjalankannya.
Dongwan masih terus menatap Hyesung dan melambai ke arahnya hingga mobil Hyesung hilang di balik perempatan.
“ Hyesung-ah...aku tidak memberi tahu Eric... Tapi....hahaha, ya sudahlah” Dongwan kembali masuk ke dalam toko.
Tak lama kemudian, sebuah sedan hitam yang sejak tadi berhenti di depan toko bunga Dongwan, segera berjalan dan mengikuti arah mobil Hyesung pergi.
To be continue~
Comments