The Kiss

The Kiss

 

“Jadi kau kalah, Noona—dan aku yakin, kau akan memenuhi janjimu.”

 

“Hng—tapi,”

 

Park Gyuri kalah, dan Byun Baekhyun menang.

 

*****

 

“Unnie, kau mendapat bunga lagi.”

 

Kalimat itu menyadarkan diriku dari lamunanku, hingga kini manikku beralih pada bouquet bunga cantik di atas meja riasku. Entah ini sudah keberapa kalinya aku mendapat bouquet bunga mawar untuk beberapa minggu ini. Aku bangkit dari sofa di ruang meja rias yang hanya berisikan anggota KARA ini, menghampiri meja riasku dengan santai dan meraih bouquet itu dan memperhatikannya dalam diam. Bouquet bunga yang cantik, dengan kelopak indah yang berwarna merah yang disesuaikan dengan pita yang menghiasinya. Harusnya beberapa wanita akan merasakan senang dan terharu atas hal ini, sayangnya aku tidak seperti wanita-wanita lain. Aku tidak senang, tentu saja.

 

Dan dari orang yang sama—serius?

 

Membaca lembaran kartu yang berada di sela bunga itu, aku membacanya dengan singkat dan segera berbalik keluar dari ruang rias bersama bunga di tanganku. Melangkah pelan di lorong backstage. Yah, hari ini aku hadir dalam acara penting yang diselenggarakan di Hongkong—MAMA Award, dan KARA mendapat undangan khusus bersama beberapa idol Korea lainnya. Tentu saja aku cukup bangga dengan apa yang telah diraih diriku bersama dengan anggota groupku yang lain. Dan kembali akhirnya mendengar sapaan dari beberapa yang mengenalku, menanggapi sapaan itu dengan senyum manisku dan sedikit menunduk dengan beberapa senior yang jauh lebih tua dariku. Itu namanya sopan santun.

 

EXO.

 

Berdiri di depan ruang EXO, mengetuk pintunya kecil sebelum aku membuka pintu itu secara perlahan. Ah mungkin aku sedikit mengganggu, tapi aku tidak peduli—aku ingin bertemu dengan pemuda itu, pemuda bodoh yang entah mengapa akhir-akhir ini seringkali menggangguku dengan mengirim bunga tanpa satupun kata-kata. “Boleh aku pinjam Baekhyun sebentar?” aku bicara dengan anggota Rookie yang ada dihadapanku dengan senyum khas seorang goddess—panggilan yang seringkali tertuju kepadaku. Hingga akhirnya mendapat anggukan persetujuan, dan langsung meraih lengan pemuda bernama Byun Baekhyun tersebut, menariknya tanpa menatap pemuda itu dan membawanya ke sisi yang aku yakini tidak banyak orang yang melewatinya.

 

“Byun Baekhyun.”

 

Aku menatap tajam pemuda Byun di hadapanku, membenarkan surai pirangku yang terurai indah dengan tataan penampilan yang sudah sempurna sebelum melipat kedua tanganku di depan dada. “Jadi ini apa?” menyerahkan bouquet bunga ke tangan pemuda yang jauh lebih muda dariku itu, memasang tatapan yang semakin tajam seolah-olah sedang menuntut jawaban dari pemuda bocah di hadapanku. “Kuharap ini terakhir kalinya aku menerima bunga darimu, dengar?” suaraku terdengar galak dengan nada yang terdengar sedikit penuh ancaman. Berharap pemuda ini takut kepadaku—well, seperti lelaki-lelaki lain yang dulu pernah di posisi pemuda ini—kutolak mentah-mentah, katakanlah begitu.

 

“Iya, aku tidak akan mengirimmu satu bouquet bunga mulai besok, melainkan dua bouquet bunga, Noona.”

 

Dan cengiran tidak bersalah aku dapatkan, membuatku makin jengkel terhadapnya. Rasanya ingin sekali menendangnya dan mengeluarkan ilmu taekwondoku yang sudah lama tidak kukeluarkan untuk menghancurkan kepala Byun Baekhyun yang terlampau keras. “Coba saja kalau kau berani.” tatapanku kini semakin berbahaya, dan betapa menyebalkannya saat tatapan berbahayaku malah direspon dengan tawaan keras yang berasal darinya. Jadi sampai kapan aku harus bersabar untuk sekarang ini, hah?

 

“Baiklah Noona, bagaimana kalau kita bertaruh? Kalau EXO membawa satu piala untuk malam ini, kau kalah, berani?”

 

Tatapan mengancam darinya membuatku mendengus kecil. Sejak kapan Park Gyuri takut dengan sebuah tantangan seperti ini? aku tidak pernah takut, hingga akhirnya tawa renyah keluar dari bibirku menanggapi tantangan dari pemuda yang jauh lebih muda dariku ini. “Oke, aku terima tantanganmu. Jadi, aku ingin kau berhenti mengirimkan bunga dan berhenti menggangguku kalau kau kalah.” Mendengus sekali, menatap mengancam sesaat sebelum akhirnya aku berbalik, berniat kembali ke ruang KARA untuk bergabung dengan yang lainnya. Namun sia-sia, karena merasa genggaman dilenganku, yang menahan segala gerakku.

 

“Dan kalau kau kalah, aku menginginkan sebuah—ciuman darimu, Noona.”

 

Aku terdiam, membeku dan tenggelam dalam pikiranku sejenak. “Ba—baiklah.” keputusan yang bodoh, entah mengapa aku dapat sebodoh ini pada malam ini.

 

“Lalu, apa sudah ada yang bilang bahwa kau sangat cantik malam ini, Noona?”

 

—what?

 

*****

 

Entah sudah berapa lama aku terduduk di salah satu bangku di deretan yang dipenuhi beberapa Idol yang kukenal dengan sangat. Sudah beberapa Group yang mempersembahkan performance mereka yang spektakuler di atas panggung—salah satunya Byun Baekhyun. Ah yah, bohong jika aku bilang bahwa penampilan pemuda itu buruk diatas panggung, bahkan aku berpendapat sebaliknya. Diluar prediksiku, bahwa dirinya terlihat sempurna di depan panggung, membuat wanita mana saja pasti akan mengalihkan pandangannya ke arah pemuda itu dengan tatapan kagum—atau bahkan menggilainya karena wajah tampannya. Oke, apa yang sedang aku pikirkan kali ini? bisakah aku kembali fokus sekarang? Mengabaikan pemuda itu, setidaknya.

 

“Pemenang Best New Asia Act tahun ini adalah..”

 

Terdiam sesaat, menggigit bibir bawahku karena sedikit rasa khawatir yang mendadak datang kepadaku. Hingga akhirnya, nafas lembut terasa dengan jelas di sekitar telingaku—Byun Baekhyun, kini mendekatkan bibirnya di telingaku, mencoba berbisik dari tempat duduknya yang entah mengapa sangat kebetulan berada tepat di belakangku. “Aku siap untuk menang, Noona.” Dan kikikan pelannya membuatku ingin memukulnya saat itu juga.

 

“..EXO.”

 

Dewi Fortuna pun nyatanya tidak berada di pihakku. Dia gagal total, EXO mendapatkan piala malam ini—dan membuatku harus menepati janjiku kepada Byun Baekhyun. Rasanya ingin sekali menenggelamkan wajahku di air dingin saat ini juga.

 

Terlebih saat seorang Byun Baekhyun mendaratkan tatapannya ke arahku sebelum menerima pialanya.

 

*****

 

“Jadi kau kalah, Noona—dan aku yakin, kau akan memenuhi janjimu.”

 

Dan di tempat inilah sekarang aku dan seorang Byun Baekhyun berada, masih di dalam backstage di sisi yang jarang dilewati oleh orang banyak, melakukan perbincangan kecil atas kesepakatan yang dengan bodohnya aku setujui. Yah, seorang Park Gyuri terjebak pada permainan yang dibuat oleh lelaki yang 4 tahun lebih muda—gila, bukan? Aku pun rasanya sulit sekali percaya. Sekarang aku hanya bisa melontarkan sumpah serapah dalam hati yang ditujukan untuk diriku sendiri. Well, mengapa aku menyetujui taruhan ini? bukankah sudah sangat jelas EXO akan menang malam ini, mengingat seberapa terkenalnya mereka sekarang.

 

“Hng—tapi,” aku mencoba memikirkan sedikit pembelaan atas ini, namun tetap saja tidak berhasil aku dapatkan. Hingga akhirnya hanya dapat menghela nafas kecil, dengan tatapanku yang masih entah mengapa terfokus kepada pemuda itu—yah, entah mengapa.

 

“Kalau kau tidak mau menciumku, biar aku yang menciummu, Noona.”

 

Dia perlahan mendekat ke arahku, memandangku dengan tatapan yang bisa dibilang lembut hingga membuatku tidak dapat bergerak, seolah-olah ada yang menuntutku untuk diam di sudut dinding yang berada tepat dipunggungku. Terus membeku, kelereng coklatku tidak berhenti menatap pemuda itu, membuat pemuda itu semakin mendekat, terus mendekat hingga sebuah lengan terasa melingkar di pinggangku dengan erat, sebelum akhirnya hembusan nafas lembut seorang Byun Baekhyun terasa di wajahku sampai sebuah kecupan singkat terasa di bibirku.

 

Ralat, bukan kecupan singkat, melainkan kecupan panjang.

 

Tanpa sadar, diluar kendaliku aku memejamkan mataku, lenganku perlahan terangkat, mendekap balik sosok yang sedang membawaku dalam pelukannya. Terasa begitu nyaman hingga akhirnya membalas kecupan itu dalam, semakin dalam hingga membuatku seolah-olah terhanyut dalam suasana ini. Yah, sejak kapan aku dapat kehilangan kendali seperti ini? sejak mengenal seorang Byun Baekhyun, lebih tepatnya.

 

Mataku terbuka dengan sempurna saat kecupan seorang Baekhyun kini mendarat di leher jenjangku, membuatku mengeliat terlebih saat jemari yang memeluk pinggangku kini bergerak ke sisi yang lain yang membuatku menahan erangan karena tidak ingin ada orang lain yang melihatku dan pemuda ini dalam keadaan seperti ini.

 

“Byu—byun baekhyun.” Aku mencoba memanggil entitas itu, tapi pemuda itu mengabaikannya dan terus memberikan sensasi-sensasi yang membuatku hampir gila sekarang. “Baekhyun, aku hanya menjanjikan ciuman, tidak lebih dari itu, kau ingat?” sedikit mendorong seorang Baekhyun setelah menemukan kembali kesadarannya hingga tubuh kami terpisah, menyisakan rona merah tipis di pipiku. Walaupun ekspresiku kubiarkan tetap galak, seperti biasa khasku yang tidak mau terlihat malu di dekat seorang pria, terutama pria yang jauh lebih muda dariku. Akhirnya aku membenarkan gaunku dan suraiku sendiri yang sudah sedikit berantakan karena ulah pemuda keras kepala Byun Baekhyun.

 

“Aku tahu, Noona—aku tahu Noona juga menyukainya kan?”

 

Senyum penuh arti kini ditunjukan pemuda itu kepadaku, membuat pipiku semakin memerah entah mengapa. “Ti—tidak, aku tidak menyukainya.” Mengelak dengan sekuat-sekuatnya walaupun pipiku yang memerah jelas sudah menjawab semuanya. “Sudahlah, urusan kita sudah selesai, aku akan pergi.” Memutuskan membalikan badanku dan mulai melangkah, namun langkahku terhenti lagi saat sebuah jemari menggenggam lenganku.

 

“Katakanlah kau juga menyukai ciuman tadi Noona, dan kau juga menyukaiku, please

 

Terdiam sesaat, menunduk kecil dengan pipi yang masih memerah karena pemuda ini. Yah, hal yang jarang melihat pipiku memerah seperti ini karena seorang lelaki.

 

Hingga akhirnya memutuskan membalikkan tubuhku kembali, menatap pemuda itu dalam.

 

“Aku akan mengatakan itu kepada pemuda yang memberikan bunga untukku secara langsung, bukan hanya sekedar mengirimnya.”

 

Melepas jemari yang ada di lenganku, dan benar-benar pergi dari tempat itu—dengan senyuman yang entah mengapa terukir di wajahku.

 

Itu sebuah jawaban, pasti Byun Baekhyun mengerti maksudku kan? Semoga.

Like this story? Give it an Upvote!
Thank you!

Comments

You must be logged in to comment
BiruNursatya #1
whooaaaaa this a crack pairing!! really!!! but they're my bias!! can't help but smiling while reading this fanfic... XD good job!
exoswifee #2
oh my, i hope you could've written this in english. i would love to read this!
gyuleia #3
Chapter 1: jjang!!
make a sequel!! i love both baekhyun and gyuri =)