You Always My Only Hope

Description

Summary: sudah 8 tahun K (Sam Dong) tidak pulang ke Seoul, hanya untuk bertemu dengan Go Hye Mi, tapi bagaimana kalau ternyata Go Hye Mi sudah melupakannnya???

Foreword

K hanya menatap foto lusuh itu dengan penuh kenangan yang tak mungkin ia lupakan setelah 2 tahun lebih, dia berjuang dengan ke 5 kawannya di Kirin Arts. Ia tersenyum saat ia menatap salah satu gadis yang ada di sampingnya itu. Ia masih ingat saat ia memanggil gadi itu “Gadis Jahat”. “Aku rindu padamu,” gumam K. Seorang lelaki tambun membawa sebuah walkie talkie masuk ke ruang rias itu. “Are you okay?” tanya lelaki itu. K menoleh dan tersenyum, “MM… I’m okay.” “ 5 minutes, okay?” lelaki itu mengingatkan. K menganguk. Seraya menaruh foto itu di depan kaca rias di samping garpu tala kesayangannya itu. Ia memandangi wajahnya yang telah di bubuhi make up emas, semuanya untuk gadis itu, hanya untuk dia ia melakukan semua hal ini. Satu show lagi dan dia akan kembali pada gadis itu. “Great! Really Great Key,” ucap lelaki tadi menepuk – nepuk bahu K setelah ia turun dari panggung. “Thank’s. “ K menerima salaman dari krew lain yang ada di balik panggung. “You always to be the greatest one.” Ucap seseorang perempuan yang merupakan director panggung. K memberikan salam, ia adalah Yuri wanita itu juga berasal dari Korea sepertinya. Dan ia lebih tua dari pada K. “Hai nuna,” “Kau akan pulang ke Korea?” tanya nuna pada K. K hanya menatap nunanya itu meminta pengertian, “Aku rasa ini adalah show ku terakhir di eropa, sebelum pengarapan albumku yang selanjutnya. Bukankah seperti itu?” Yuri hanya mengganguk mengiyakan, dan menyembunyikan senyumnya. “Kenapa, ada yang salah?” tanya K lagi, melihat noonanya itu tersenyum sendiri. “Apa kau pulang karena rindu Korea atau karena gadis yang selalu kau pandangi di foto lusuhmu itu?” goda Yuri. K terkejut pipinya memerah walapun tertutup make up emasnya, “Eh….kenapa nuna bertanya hal itu?” “Ah….sudahlah tak usah malu.” K tersenyum dengan lega, ia tak menyangka nunanya itu tahu hal – hal seperti itu. “Yah, aku pulang karena kedua hal itu kurasa.” K membuka pintu ruang rias dan masuk. Sedangkan Yuri berdiri di depan pintu. “Baguslah,” ucapnya singkat. “Noona, apakah kau tidak pulang?” tanya K. Yuri mengeleng, “Tidak, entah kapan aku bisa pulang.” Jawab Yuri tersenyum kecut, lalu berjalan pergi meninggalkan K. Entah mengapa Yuri tak mau pulang, bahkan K selama 8 tahun ini tak pernah tahu apa penyebab noonanya itu tak mau pulang. K tertidur selama perjalanan pulang ke Korea. Sungguh panjang dan melelahkan, K sendirian hanya bersama Woong Juu managernya. Ia benar – benar tak sabar ingin menghirup udara Korea lagi, semuanya gedung – gedung yang menjulang tinggi, jalanan Korea. Dan yang paling ia rindukan adalah ibunya beserta teman – temannya Jin Guk, Go Hyemi, Pill Suk, Jason dan Bae Hee. “Hey bangun,” bisik seseorang di telinga K, ia juga mengoyang – goyangkan badannya. Tentu saja itu Woong Juu manager K, sudah 5 menit lebih ia mencoba membangunkan K. “Hey babi bangun!” ia memegangi kepala K dengan kedua tangannya. K membuka matanya perlahan, “Mengapa kau membangunkan aku?” kata K gusar. “Walaupun kau sudah jadi penyanyi terkenal tapi kebiasaan mu itu tak bisa hilang. Cepat bangun!” “Aku kan sudah bilang padamu kalau sudah sampai di Korea bangunkan aku,” kata K kembali menutup matanya. “Lalu untuk apa aku membangunkanmu? Sebentar lagi kita akan sampai di Korea, dan k au akan menampilkan wajah jelek mu itu di kamera. Tentu saja akan banyak wartawan yang menunggumu.” K langsung bangun, “Benarkah ?” “Tentu saja Song Sam Doong. Pergi sana perbaiki penampilanmu.” Sudah lama sekali tak ada yang memanggil namanya itu, Song Sam Doong. Selama ini orang – orang memanggilnya dengan nama panggungnya K. Bahkan managernya sendiri yang juga orang Korea. K memakai sebuah switer tebal berwarna abu – abu dengan jaketnya berwarna hitam saat keluar dari boarding past bersama Wong Juu di sampingnya. Benar saja tiba – tiba langsung banyak sekali wartawan dan para fansnya yang mengerumuninya. Para wartawan melontarkan berpuluh – puluh pertanyaan tentang kepulangannya ke Korea dan para fans meneriakkan namanya ,untungnya ia sedang tak menggunakan alat pendengarannya. Jadi ,ia tak mendengar hiruk pikuk suasana bandara sore itu. K hanya memberikan senyuman panjang dan melambaikan tangannya pada semua orang sebelum ia masuk ke mobil yang menjemputnya di bandara. Lalu ia menggunakan alat pendengarannya lagi di dalam mobil. “Kita akan pergi ke mana?” tanya K. “Tentu saja ke hotel tempat kita menginap.” K cemberut,” Membosankan,” “Kau punya ide lain?” Wong Juu menatap K kesal. “Tentu saja tidak,” K merebahkan diri ke kursi mobil, tapi ia langsung duduk tegak kembali. “Aku ingin menelpon seseorang.” “Siapa yang ingin kau telepon?”tanya Wong Juu selidik. “Itu bukan urusanmu.” K meraih handphonenya dari tangan Wong Juu dan mencari nomor telepon seseorang, setelah itu ia menelponnya. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya ia tersambung dengan orang itu. “Hallo, siapa ini?” “Kau tak kenal aku?” jawab K, “Aku artis terkenal.” “Mana mungkin artis terkenal menelponku. Sudah jelas kau bohong.” K tertawa, “Aku rindu padamu…” katanya kemudian, “Aku sangat merindukanmu ibu.” “Sam Doong?!!! Itukah kau!!!” jerit ibunya. “Tentu saja ibu, siapa lagi? Ini aku Sam Doong anakmu satu – satunya.” “Aku juga rindu padamu. Kenapa kau tak mengabari jika kau akan pulang?” “Aku akan memberikan sureprise bu, tapi itu gagal sepertinya.” “Tunggu apa itu su…suu.. apa itu?” K kembali tertawa mendengar kebingugan ibunya, “Sureprise itu bahasa Inggris, artinya kejutan.” “Ah…kau ini. Kau tahu Sam Doong aku tak tahu bahasa itu.Eh…lalu, Kenapa kau tak pulang ke rumah?” “Aku baru sampai bu, mungkin besok atau besoknya lagi. Karena masih ada banyak sekali hal yang harus ku urus di Seoul.” “Oh…anak ku……aku ingin sekali menangis. Melihat kau bernyanyi di atas panggung. Semua orang kini mengenalmu.” K terharu mendengar suara ibunya. “Dan kini kau memiliki dialek yang berbeda.” “Ya bu, aku sudah belajar banyak sekali dialek.” “Ya sudahlah. Aku tahu kau pasti lelah sekali, sana istirahatlah. Kalau kau akan pulang kabari aku. Akan ku masakan makanan kesukaanmu.” “Baiklah ibu, sampai jumpa.” K menutup teleponnya dan melemparkan handphonenya pada Wong Juu. “Sudah puas kau sekarang. Kau sudah tahu kan siapa yang ku telepon.” “Ya aku tahu, ibu mu tersayang.” Wong Juu melemparkan sebuah botol mineral pada K. “Kau akan pulang ke rumah?” K mengganguk sebelum ia meminum isi botol itu. “Itu artinya kau harus pintar mengatur waktu. Disini kau juga akan sibuk ada beberapa acara talk show dan sebuah show yang harus kau isi.” “Mulai kapan aku harus syuting?” tanya K. Wong Juu mengamati catatan di I – pad nya. “ 2 hari lagi, jadi kuarasa besok kau bisa bebas.” “Benarkah,” kata K tak berselera. “Kau mungkin ingin pergi ke suatu tempat?” “Tidak, aku tidak ingin kemana – mana.” “Sungguh?” K menganguk menatap Wong Juu. “Ya sudah. Kau yang rugi.” “Hey, noona. Apakah kau tak rindu dengan Sam Dong – Oppa?” tanya Hye Song saat ia dan noonanya Go Hye Mi sedang makan malam. “Hmmm…..” Hye Mi melirik Hye song sebentar kemudian mengaduk mie yang ada di mangkuk di hadapannya. “Kau tak rindu padanya?” lanjut Hye Song. Tanpa melihat ,Hyemi berkata, “Sudah makan sana.” “Ia terlihat keren nuna. Tidak seperti dulu.” “Ya, aku tahu.” “Aneh seharusnya ia bertemu dengan mu. Aku tahu ia pulang ke Korea karena ia rindu padamu.” Kata Hye Song yakin. Hye Mi meletakkan sumpitnya agak kasar, “Cepat sana makan!” ia menatap Hye Song galak. “Ya, ya aku makan.” Hye Song mulai memakan mienya sambil mengerutu. “Dari dulu tak pernah berubah.” Gerutunya. Malam itu Sam Dong menatap malam di kota Seoul di balkon kamar hotelnya. Masih sama seperti dulu. Ia tak bisa melihat bintang. Ketika ia pertama kali datang di Seoul, tak ada satupun bintang yang ia temui. “Hey, K. kau tak ikut denganku?!” tanya Wong Juu berteriak dari luar hotel. Kebetulan kamar Sam dong di lantai dua. Jadi ia bisa melihat Wong Juu tak sendirian ia bersama dua orang temannya. “Kau mau pergi ke mana?” tanya Sam Dong. “Aku akan pergi makan ke sebuah acara. Kau mau ikut?” Sam Dong terdiam, ia juga bingung mau menjawab apa. “Dari pada kau melamun menatap bulan, lebih baik kau ikut aku.” Sam Dong mengikuti Wong Juu bersama kedua temannya masuk ke sebuah gedung yang nampaknya elit sekali karena di luar pintu masuk penjagaan ketat dipasang memeriksa setiap orang yang masuk. Walaupun banyak tamu antre di depan pintu, Wong Juu dan ia bisa masuk dengan mudah. “Hey, aku mau pergi dengan teman – temanku. Kau bisa menjelajahi tempat ini. Have fun!” kata Wong Juu pergi meninggalkan Sam Dong begitu saja. Insting Sam Dong telah meramalkan hal ini sebelumnya. Ia akan di tinggal sendirian disini. Ya, gedung ia tampak ramai dengan penuh sesak orang yang berlalu lalang berbicara dengan nada yang tinggi dan keras. Bahkan Sam Dong nyaris tidak bisa mendengar kalau tidak tanpa bantuan alat pendengarannya karena music di setel dengan volume yang amat keras. Ia berjalan kearah meja tempat makanan di letakkan. Dan ia mengambil beberapa hidangan yang di sajikan. Namun belum sempat ia menelannya, Sam Dong telah memuntahkan semuannya. Makanan itu tak lebih enak dari makanan yang dibuatkan ibunya. “Hey, bukankah kau itu K. Artis terkenal itu?” tiba – tiba seorang wanita menggunakan gaun berwarna hitam sepanjang paha tanpa berlengan mendekatinya. Sam Dong terkejut dengan kehadiran wanita itu. “Bukan, bukan aku. Kau salah orang.” Kata Sam Dong melengos kearah lain. Namun wanita itu sudah merangkul bahunya. Dan menatap wajahnya secara seksama. “Ya, kau K.” Sam Dong terus menghindar dari tatapan wanita itu. “Tidak Kau salah. Pasti kau mabuk ya.” Ia akan melangkah pergi namun wanita itu menahannya. 10 menit kemudian tiga wanita lain sudah mendekatinya. ini benar – benar sebuah kesalahan besar. Bisa – bisanya ada orang yang mengenalinya di tempat gelap seperti ini. Mungkin esok Sam Dong akan menyewa body guard untuk melindunginya disini. Ya ia punya saat di Amerika, tapi disini tidak. Mungkin belum, karena ia dan managernya belum mendapatkan body guard yang sesuai untuk dirinya. “Sudah – sudah ladys. Bukan waktu yang tepat menggangunya. Dan aku rasa kalian salah, dia teman ku Song Sam Dong.” Kata seseorang memisahkan wanita – wanita itu dari Sam Dong. “Yah, aku kira dia K.” kata salah satu wanita itu kecewa dan berjalan pergi. Sam Dong melihat seorang pria dengan rambutnya setengah berdiri dan pakaiannya yang eksentrik berdiri di hadapannya. “Kau siapa?” tanya Sam Dong memincingkan matanya. “Kau lupa aku Sam Dong?” kata pria itu, “Aku Jason. Kau lupa?” Mata Sam Dong melebar. “Jason? Ya tuhan. Apa kabar?” ia menyalami Jason dan memeluknya hangat. “Sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?” “Yah, seperti yang kau lihat.” Jason berputar memperlihatkan dirinya. “Aku rasa itu artinya bagus.” “Untuk berapa lama kau disini?” “ Entahlah, mungkin aku bisa minta untuk tinggal 3 minggu.” “Ide yang bagus,” kata Jason mengangguk – angguk. Sam Dong melihat kesekeliling. “Aku tak suka tempat ini,” “Ya aku tahu, ini bukan selera mu dari dulu. Tapi kau mungkin mau minum segelas anggur sebelum pergi?” Sam Dong menggeleng cepat. “Tidak, tidak akan.” Anggur atau wyne bukan minuman asing bagi Sam Dong hamper seluruh teman – temannya di Amerika meminumnya di setiap pesta. Tapi tidak dengan Sam Dong ia amat ingat kejadian beberapa tahun silam saat noona Mr. Kang mabuk setelah minum anggur dan membuatnya jadi gila. Ia bersumpah tidak akan meminumnya. “Baiklah kalau begitu kita pergi sekarang. Akan ku ajak kau ke suatu tempat, pasti kau suka.” Jason merangkul Sam Dong pergi. “Taran! Ini tempatnya,” Jason berhenti di dekat sebuah restoran jepang. “Apa ini?” Sam Dong mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil Jason membaca restoran Jepang itu. “Restoran?” Jason keluar dari mobil dan berjalan mendahului Sam Dong. “Ya, kau tahu. Ayo masuk.” Restoran itu masih agak ramai walaupun waktu malam sudah hamper larut. “Kau duduk disini. Aku yang akan pesankan, oke?” Sam Dong duduk sambil memandangi segala macam yang ada di dalam restoran itu. Seorang foto gadis cantik dengan ukuran agak besar di pajang di dekat pintu masuk. Jason sudah kembali namun tak membawa apa – apa. “Aku punya kejutan untuk mu,” katanya tersenyum lebar. “Taran!!!” Lalu muncul seorang gadis yang cantik. “Hai Sam Dong. Apa kabar?” kata gadis itu melambaikan tangannya pada Sam Dong, “Kau masih kenal aku kan?” tanya gadis itu melihat Sam Dong yang tak bereaksi. “Kim…. Pill…. Suk?” Kata Sam Dong ragu – ragu, yang dia ingat terakhir kalinya. Kim Pill Suk cantik dengan badan langsingnya, namun sekarang ia tetap cantik namun ia kembali kelebihan berat badan. “Iya, ini aku Kim Pill Suk. Kau tidak percaya?” Sam dong tersenyum, “Tentu saja aku masih ingat.” Pill Suk duduk di hadapan Sam Dong dan dengan semangat ia bertanya, “Ceritakan pada kami bagaimana perjalananmu selama di sana?” Sam Dong menggaruk kepalanya. “Menghabiskan banyak waktu untuk menceritakannya.” Ayah dan ibu Pill Suk datang membawa sebaki penuh sushi dan menghidangkannya untuk mereka bertiga. “Makanlah, semoga kalian menyukainya.” Kata ayah Pill Suk tersenyum. “Ya, nikmatilah.” Kata ibu Pill Suk memepersilahkan. “Baik, terima kasih,” Sam Dong menganguk. Sam Dong terbangun, cahaya temaran lampu duduk di pojok kamar tidurnya masih menerangi kamarnya. Pagi sudah datang bahkan cahaya matahari sudah masuk lewat celah – celah gorden jendelanya yang masih terbuka sedikit. Ia bangun dan menuju kamar mandi. Namun ia terkejut saat melihat seseorang sedang tidur di sofa. Ia menggenakan setelan jas lengkap. Sam Dong mendekatinya, ternyata itu adalah Wong Juu. Tiba – tiba ide jahil terlintas di otaknya, ia menarik cepat bantal yang digunakan Wong Juu tidur dan bersembunyi. “Ngghyhgyhbhgh…………” gumam Woong Juu. “Bangun bodoh!” teriak Sam Dong. Wong Juu bangun dari tidurnya ia mengosok – gosok matanya, “Aku mencari dirimu semalaman, karena kau hilang begitu saja.” Ia menguap lebar. “Tentu saja ,kau meninggalkan aku sendirian.” Sam Dong duduk disamping Wong Juu. Sam Dong mencium bau sesuatu, “Kau mabuk ya tadi malam?, kau sangat bau,” Sam Dong memencet hidungnya. Wong juu tertawa seperti orang mabuk,” Tentu saja aku mabuk. Dan sekarang aku pusing,” ia memegang kepalanya. “Kau tak mau pergi ke suatu tempat?” Sam Dong memandangi Wong Juu,”Yah, aku akan pergi ke suatu tempat.” “Akan ku temani, banyak orang yang mengenal mu rupanya. Dan bodohnya aku tidak menyewa body guard untuk keamananmu.” “Tidak, tidak usah. Aku akan pergi sendiri.” Sam Dong berjalan pergi ke kamar mandi. Ia menatap bangunan itu, bangunan itu tak berubah sedikitpun. Hanya warnanya yang berubah dan sedikit perbaikan di sana – sini. Sam Dong mendekati sebuah papan yang ditempeli beberapa pengumuman. Salah satunya sebuah konser ke 100 seorang alumni dari Kirin Arts School yang digelar beberapa bulan yang lalu. “Mengapa kau menatapnya terus?” tanya seorang gadis yang telah berdiri di dekat Sam Dong ia menggunakan seragam Kirin. Sam Dong agak terkejut dengan kedatangan gadis itu. Untung saja ia sudah menggunakan jaket dengan leher tinggi dan berkacamata serta sebuah topi yang menutupi seluruh rambutnya, sehingga tak aka nada satupun orang yang mengenalinya. “Apa?” “Mengapa kau menatap foto perempuan cantik itu?” “Aku? Tidak aku, tidak menatapnya.” “Asal kau tahu saja ia itu penyanyi terkenal, dan ia adalah kakak ku kau tahu. Aku tak bohong.” Sam Dong menatap gadis itu dengan seksama,”Dia kakakmu?” “Umm…” ia mengganguk, “Tentu saja.” Sam Dong tahu, gadis itu pasti Go Hye Sung. Ia sudah tumbuh besar. “Go Hye Song?” Anak itu terkejut namanya disebut, “Kau tahu namaku dari mana?” Sam Dong menunjuk dengan dagunya, “Itu di bajumu.” “Ohhh…….”katanya lega, namun ia melirik Sam Dong lagi,“Kau siapa? Dan untuk apa kau datang kemari?” tanya Hye Sung “Aku? Untuk apa ya?” Hye Sung mulai Nampak tak sabar. “Apakah terlambat? Apakah terlambat? Aku harap tidak.” kata Go Hye Mi dalam hati. Ia buru – buru keluar dari mobil managernya. Ia sibuk dengan tas tangannya yang cukup besar. Sepatu hak tingginya mengetuk – ngetuk lantai lorong. Ketika ia sampai di tempat yang ia tuju, ia terdiam mengamati tak ada satupun orang yang ada di sana. Yah, kesimpulannya ia telah terlambat. Ketukan sepatu hak tingginya pun semakin terdengar semakin nyaring saat ia mulai mempercepat langkahnya. Sambil berjalan ia menggambil handphonenya dan menelpon seseorang. Namun setelah beberapa menit tak ada yang menggankat panggilannya. “Ssshhh…!” desisinya, “sial!” umpatnya, ia kembali mendekatkan handphonenya ke telinga untuk mencoba menelpon ketiga kalinya. Namun tetap tak ada yang menjawab. Tiba – tiba Ji Yuu managernya telah menelponnya, ia pun menangkatnya kesal. “Hallo? Mengapa kau lama sekali?” managernya terdengar tak sabar. “Aku terlambat.” “Lalu?” “Aku sedang mencarinya,” Hye Mi menuruni tangga, “Kalau aku menemukannya, akan ku bunuh dia,” Go hye mi meihat seorang gadis yang sedang berdiri di depan sebuah papan pengumuman, namun ia tak bisa melihatnya dengan jelas karena hampir separuh badan gadis itu terhalang sebuah pohon. “Tunggu…..sepertinya aku menemukannya,” “Baiklah aku tunggu.” Lalu managernya itu menutup sambungan. Dengan langkah tergesa – gesa namun anggun, Hye Mi berjalan kea rah gadis itu. Ternyata ia tak sendirian, ia bersama seseorang yang lebih besar darinya. Mereka berbincang – bincang dan entah kenapa ia yakin gadis itu adalah adiknya Go Hye sung. Dan iapun mempercepat langkahnnya. “Hey, aku tahu kau,” kata Hye Sung kemudian. “Aku? Kau yakin?” goda Sam Dong. Tanpa disangka – sangka Hye Sung meraih kacamata Sam Dong dan melepasnya tanpa bisa di cegah lagi. Hye Sung terkejut demi apa yang ia lihat. “Kau?” katanya ragu – ragu. Dengan cekatan Sam Dong meraih kacamata hitamnya dan mengenaknnya lagi. “Kau tidak tahu aku.” Katanya ketus. “Kau….kau …K bukan? Kau K! K! yang baru saja datang itukan?” Melihat situasi ini, Sam Dong buru – buru pergi, namun dengan cepat Hye Sung menghalanginya. “Kalau kau pergi aku akan berteriak kau adalah K.” ancamnya. “Coba saja.” Tantang Sam Dong. “HEY SEMUANYA DISINI ADA K!!! K!!! PENYANYI TERKENAL ITU!!! DIA SAM DONG – OP….” seseorang membekap mulut Go Hye Sung dari belakng. “Hey! bisakah kau tutup mulut mu yang besar itu?!” bungkam Go Hye Mi. Hye sung berbalik dan terkejut, “Noona?!” “Ayo, pulang aku sudah mencarimu kemana – mana,” Hye Mi menarik tangan adiknya itu. Namun Hye Sung menahannya, “Tunggu noona, apakah kau tidak rindu dengan Song Sam Dong – Oppa?” Go Hye Mi berhenti, bahkan ia tak bergerak mendengar itu. Ia melepaskan pegangannya dan menarik napas lelah. Lalu ia berbalik dengan perlahan. Menatap orang yang sedari tadi bercakap – cakap dengan Hye sung. Sam Dong melepaskan kacamatanya dan topi yang sedari tadi ia pakai. Rambut pirang kecoklatannya pun terlihat mencolok. Sam Dong benar – benar merindukan gadis itu, yang sudah tak ia temui sejak 8 tahun yang lalu. “Hai…” sapa Sam Dong tersenyum sambil melangkah mendekati Hye Mi. Hye Sung menjauh memberikan ruang bagi kedua orang itu. “Sudah lama tak bertemu.” Sam Dong mencoba mencari kata – kata yang tepat, namun saat ini tak satupun ucapan yang terpikirkan olehnya. “Ya, sudah sekitar 8 tahun.” Ucap Hye Mi menganguk – angguk. “Mengapa kau kemari?” tanyanya kemudian. Sam Dong mengeleng dan tersenyum, “Aku hanya ingin melihat – lihat. Mengingat – ingat masa lalu.” “Begitukah?” Handphone Hye Mi berbunyi saat itu, ternyata itu sms dari manajernya yang menyuruhnya untuk bergegas. Dengan agak terpaksa Hye Mi berkata, “Senang sekali bisa bertemu dengan mu lagi, tapi aku harus bergegas pergi. Sampai jumpa.” Hye Mi akan berbalik pergi namun Sam Dong menghentikannya, “Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kita bertemu lagi? Mungkin……kita bisa makan malam bersama?” hanya ajakan itulah yang ia ketahui untuk mengajak seorang gadis berkencan, saat ia di Amerika dulu. Hye Mi terlihat ragu, “Entahlah, sepertinya aku akan sibuk beberapa hari ini?” “Omong kosong, tentu kalian bisa makan malam bersama.” Tukas Hye Sung, “Ini nomor teleponnya hubungi aku dan kupastikan makan malam kalian akan berjalan lancar.” Hye Sung memberikan id card pada Sam Dong. “Apa – apaan kau ini?” Hye Mi memelototi Hye Sung, “Baikalah Sam Dong, Sampai jumpa.” Kata Hye Mi tersenyum lebar dan berbalik pergi menarik paksa Hye Sung dan memarahinya habis – habisan sepanjang jalan. “Aku tak akan pergi. Tak akan.” Tegas Hye Mi esoknya saat Hye Sung bilang padanya bahwa ia sudah mengatur rencana makan malamnya. “Kenapa? Ini adalah hadiah yang tak akan kau dapatkan untuk kedua kalinya. Jadi… pergilah!” “Tidak aku tidak mau. Kau saja.” Hye Sung duduk dihadapan noonanya itu. “kau punya masalah dengannya?” “Tentu saja tidak. Kami berteman baik.” Hye Mi meniup poninya kesal,”Kau tak akan mengerti.” Lalu Hye Mi melangkah pergi. “Asal kau tahu aku tak akan membatalkan janji itu, biar saja ia menunggu kakak.” Sam Dong mematut dirinya di depan kaca toilet restoran tempat yang dipilihkan Go Hye Sung untuk acara makan malamnya denga noonanya itu. Ia tersenyum saat ia teringat Wong Juu manajernya bertanya padanya, “Mau kemana kau memakai baju setelan jas formal seperti itu?” Lalu ia menjawab, “Ini malam yang istimewa kau tak akan tahu siapa yang akan kau temui.” Lalu Wong Juu berkata, “Kau tak pantas memakai setelan jas itu.” Yah itu memang benar, akunya ia memang lebih pantas memakai karung bekas yang dijahitnya sendiri. Ia melirik arlojinya yang sudah menunjukan jam setengah delapan malam namun belum Nampak batang hidung Go Hye mi. Hye Mi melirik jam di handphonenya, sudah pukul setengah delapan malam. Beberapa gaunnyapun sudah bertebaran di atas kasurnya. Bukan waktu yang tepat untuk bimbang dan bingung. Hye Sung masuk ke kamarnya mengejutkan noonanya itu. “Sudah ku duga kau tak akan mengecewakan Sam Dong – oppa.” Ia duduk di pinggiran ranjang Go Hye Mi, “Dan kau tak perlu repot untuk tampil cantik.” “Apa? Aku tidak..” “kau akan tetap menjadi perempuan tercantik baginya.” Go Hye Mi menyerah,”Baiklah kau punya ide yang lebih baik?” “Tentu saja.” “Terima kasih kau sudah datang.” Ucap Sam Dong, ketika Hye Mi duduk di hadapannya. “Aku tak tahu Hye Sung memilihkan tempat seperti ini.” Hye Mi memandang sekeliling meja dinner – nya. Sebuah lilin menyala di tengah – tengah meja. Di luar Nampak sungai yang gelap namun indah karena lampu – lampu yang menghiasai tepiannya. Dan seorang biolist memainkan biolannya. “Ya, aku juga. Bahkan aku tak pernah makan di tempat seperti ini.” Kata Sam Dong datar. Go Hye Mi menatap Sam Dong tak percaya namun tak berkata apa – apa. “Kau cantik malam ini.” Ujar Sam Dong spontan, melihat Go Hye Mi menggunakan gaun terusan berwarna biru yang indah. Pipi Go Hye Mi merona merah. Lalu stelah itu detik demi detik mereka habiskan hanya untuk saling bertukar cerita tentang 8 tahun terkhir ini. Hingga akhirnya Hye Mi berbisik, “Bisakah kita pergi dari sini? Aku ingin jalan – jalan keluar?” “Tentu saja.” Sam Dong ikut berdiri menggambil jaket untuknya dan untuk Go Hye Mi. “Jadi apa yang kau lakukan akhir – akhir ini, sebelum kau pulang?” tanya Go Hye Mi berhenti di jembatan yang ada di sungai di depan restoran tadi. “Seperti biasa world tour ke sejumlah kota dan Negara. Dan yah begitulah….” “Kau bosan?” Sam Dong menghela napas, “Terkadang, tapi melihat para krew yang semangat, aku juga ikut bersemangat.” Go Hye Mi benar – benar tak percaya orang yang ada di hadapannya itu Song Sam Dong, anak desa yang tak berharga baginya itu. Kini telah menjadi super star. Dan ia berpikir apakah anak itu masih sebodoh yang dulu. Selintas pikiran jahil menghampiri kepalanya. “Bisakah kau bantu aku naik ke pembatas jembatan ini,” pinta Hye Mi yang dituruti Sam Dong tanpa curiga sedikit pun. “Aku ingin bernyanyi untuk mu, seperti ini…..” ,“seperti ini, aku akan pura – pura jatuh ke sungai. Dan kita lihat apakah kau bisa menolongku. Aku akan pura – pura tengelam.” Go Hye Mi mulai bersenandung, namun tiba – tiba ia terjungkal kebelakang dan jatuh ke sungai. Badannya menghempas ke dalam sungai, namu ia timbul di permukaan. “Tolong!! Tolong!!!” teriaknya. Sam Dong yang melihat itu bingung bukan main. “Tunggu Hye Mi aku akan menolong mu!” Sam Dong langsung berlari ke tepi sungai melepas sepatu dan jasnya. “Tolong!!!” teriak Hye Mi namun lama – kelamaan dadanya sesak, semuanya menjadi dingin. Kakinya tidak bisa di gerakkan. Di suhu yang seperti ini, sungai – sungai di Korea pun bisa memebekukan manusia. “Bodoh! Bodoh! Bodoh!” rutuknya pada dirinya sendiri. Saat tiba – tiba sesuatu yang besar masuk ke dalam air sungai, dan semuanya menjadi gelap dan berat. Sam Dong menarik tubuh Hye Mi ke tepi sungai, dingin bukan main rasanya ia akan membeku sebentar lagi. Lalau beberapa menit kemudia ia sudah menarik tubuh hyemi ke tepian menutupi tubuhnya dengan jasnya. “Bangun Hye Mi!!” teriaknya memegangi kedua pipi Hye Mi. Namun Hye Mi diam ia tak menyahut, Sam Dong pun semakin kalang kabut, “Hye Mi apa yang terjadi padamu?! Bangun!” Ia teringat adegan penyelamatan seorang penjaga pantai kepada seseorang yang tengelam. Sam Dong menekan- nekan dada Go Hye Mi entah itu benar atau tidak. Namun tak keluar sedikit pun air keluar dari mulut Hye Mi seperti yang ia ingat di adegan penyelamatan itu. “Bagaimana ini?” kata Sam Dong pada dirinya sendiri, ia mencari – cari hand phonenya.”Tak mungkin aku menunggu ambulan datang,” Ia menelpon manajernya Woong Juu, “Angkat! Angkat! Angkat!” Sam Dong masih mencoba menekan – nekan dada Hye Mi, “Hai, Hyong.” “Hai, Sam Dong? Ada apa?” “Go Hye Mi tengelam, bagaimana ini? Ia tak sadarkan diri cepat Hyung!” “Cepat berikan napas buatan!!!” “Hah…bagimana, aku tidak….” “Sudah lakukan saja, berikan napas buatan dari mulutnya,” potong Woong Juu, “Sekarang atau dia tak tertolong.” Dengan ragu – ragu Sam Dong mendekat kea rah wajah Hye Mi,ia mendekat kan mulutnya ke mulut Go Hye Mi. Jantungnya berdekup kencang Ia tak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Namun belum sampai ia menyentuh bibir Go Hye Mi, sesuatu menampar pipinya. “Aku masih sadar bodoh,” suara lemah Go Hye Mi terdengar “Tapi kau tadi pingsan…” Go Hye Mi bangun. “Aku hanya kedinginan. Memangnya aku bodoh tidak bisa berenang.” “Tapi kau benar – benar pingsan tadi, sekarang ambulan menuju kemari,” “Aku tidak butuh ambulan. Aku mau pulang.” Go Hye Mi mencoba berdiri dibantu Sam Dong. “Aku akan membantumu pulang,” Sam dong memapah Hye Mi. namun Hye Mi berontak melepasakan pegangan Sam Dong. “Aku mau pulang sendiri. Dan aku tak butuh bantuan mu.” Go Hye Mi berjalan terhuyung – huyung ,namun beberapa langkah kemudian ia limbung ke tanah dan tak sadarkan diri lagi. “Tit, tit, tit, tit.” Suara itu membangunkan Hye Mi dari tidurnya. Dimana ia sekarang? Sedang apa? Mengapa ia ada disini? Pertanyaan itu terus - menerus berputar – putar dalam otaknya. ia sedang terbaring di sebuah bangsal mengenakan piama berwarna biru. Dan sebuah selang infuse tertancap di punggung tangannya. “Kau sudah sadar?” tanya seseorang, ternyata itu Ji Yuu manajernya. Dan Hye Mi kembali ingat mengapa ia ada di rumah sakit sekarang. Semalam dengan bodohnya ia melompat ke sungai yang dapat membekukan tubuhnya. Dan itu sangat memalukan karena ide jahilnya yang konyol itu gagal total. Benar – benar senjata makan tuan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling namun ia tak menemukan Sam Dong, hanya ada Ji Yuu di sana. Yah, memangnya siapa dia, hingga K harus menungguinya? Pikirnya. “K menunggu mu sepanjang malam, tapi ia harus naik panggung pagi ini. Jadi ia pergi….” Ucap Ji Yuu sambil membaca sebuah tabloid di tangannya. “Kau kecewa ia tak menemanimu sekrang?” ji Yuu tersenyum melihat Hye Mi “tentu saja tidak.” Ia memperbaiki tatanann rambutnya, “Aku pasti jelek sekali.” Katanya berbisik. Beberapa hari kemudian Go Hye Mi sudah bisa beraktivitas seperti biasa, ia sedang memperbaiki riasannya di depan kaca tempat make up artist di sebuah stasiun televisi swasta, saat ia melihat televise di sudut ruangan make up. Yang menampilkan acara talk show yang sedang berlangsung di satsiun televisi itu juga. “Pertanyaan yang terakhir untuk K. Dengan jam terbang tinggi mu, apakah kau sudah memiliki kekasih?” K tersenyum setelah mendengar pertanyaan itu. “Aku belum memiliki kekasih.” “Ha!” kata sang host acara, “Hey, ladies kalian memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi kekasihnya, bukan kah seperti itu K?” “Ya, tapi……” Hye Mi mematikan televise itu, entah mengapa ia menjadi kesal. “Memuakan.” Lalu ia berdiri membawa baju gantinya. “kau mau kemana?” tanya Ji Yuu “Aku mau berganti baju, dan cepat – cepat pergi dari sini.” Katanya terlihat bosan dan pergi. Setelah itu Hye Mi berjalan menyusuri koridor untuk keluar dari gedung televise itu bersama Ji Yuu sambil mendengar music yang mengalun dari handphonenya. namun langkah kaki yang semula hanya terdengar dua langkah kaki kini menjadi lebih banyak. Sam Dong memastikan bahwa dua orang wanita yang berjalan di depannya adalah Hye Mi dan manajernya. Iapun menyamakan langkah kakinya. Melihat Hye Mi yang tidak bereaksi , Sam Dong melepas head set yang ada di telinga Hye Mi. “Kau sangat beruntung masih bisa mendengar music,” ucap Sam Dong menghadap Hye Mi sambil berjalan mundur. Hye Mi melengos. Mengacuhkannya. “Kau marah padaku?” Hye Mi tak menjawab ia menatap jam di pergelangan tangannya. Sam Dong berhenti sehingga Hye Mi berhenti tepat dihadapannya. “Katakan padaku apa salahku?” kata Sam Dong menatap kedua mata Go Hye Mi. Hye Mi mengeleng pelan, “Aku tak punya waktu untuk ini,” kemudian ia berjalan melewati Sam Dong dengan tergesa – gesa. Di luar Go Hye Mi berdiri menunggu mobil yang akan menjemputnya. “Kau yakin tak mau berbicara dengan dia?” tanaya Ji YUu memastikan. Go Hye Mi memakai kaca mata hitamnnya. Namun tiba – tiba seseorang menariknya. “Aku harus berbicara padamu,” desak Sam Dong “Aku tak bisa. Dan Aku tak punya waktu.” “Kau harus bisa dan kau punya waktu,” Sam Dong menarik tangan Hye Mi. ia berjalan menuju ke sebuah mobil hitam Suv yang telah terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri. Sam Dong membuka pintu mobil SUV dan memasukakan Hye Mi dengan paksa ke dalam mobil. Ia pun masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu. Tampak Ji Yuu dan Woong Juu yang megetuk kaca mobil meneriaki mereka berdua. “Tolong jalan, “commando Sam Dong pada sang sopir, “Kita pergi ke DamBong sekarang.” Mobilpun berjalan, Ji Yuu dan Woong Juu menyerah. “Apa yang kau lakukan?! buka pintunya!” jerit Go Hye Mi. Sam Dong diam dia menghalangi Hye Mi. “Kau tak akan bisa keluar.” Ujar Sam dong ketus. Hye Mi memukuli Sam Dong mencoba meraih pintu, namun Sam Dong menahannya dengan memegang kedua tangan Hye Mi. “Lepaskan tanganku!” Ia berhasil melepaskan tangannya kemudia ia menggambil telpon gengamnya dan menekan sebuah nomor telepon. Belum sempat tersambung Sam Dong mengambilnya dari tangan Hye Mi dan membuangnya kearah belakang mobil. Namun Hye Mi mengejarnya, mencoba menggambilnya. Tapi Sam dong dengan cepat mengambilnya lebih dahulu. Ia membuka jendela mobil. “Maafkan aku.” Katanya lalu membuang handphone Hye Mi ke luar. “Lain kali aku akan menggantinya.” “Apa yang baru saja kau lakukan?” jerit Hye Mi kesal memukuli Sam Dong. Namun Hye Mi membeku saat sam Dong memegangi kepalanya. ”Dengarkan aku, aku ingin tidak ada yang menggangu kita. Dan Aku hanya ingin bersama mu saat ini. Jadi tolong diam, duduk manis dan nikmati perjalanan ini.” Tarikan napas panjang Sam Dong dan Hye Mi terdengar sesaat setelah Sam Dong berbicara seperti itu. Hye Mi terdiam. Dan Sam Dong duduk memandang ke luar jendela. Hye Mi benar – benar tak tahu apa yang sebenarnya ingin dilakukan Sam Dong. Hye Mi hanya bisa terdiam menikmati perjalanan yang tak di ketahui akhirnya itu. Hye Mi terbangun setelah ia tertidur selama perjalanan tadi, semuanya Nampak gelap. Dan ia tak tahu dimana ia sekarang. Sam Dong membuka pintu mobil dan mengajak Hye Mi turun. “Dimana kita sekarang?” tanya Hye Mi tak mengenali tempat itu. Sebuah rumah berlantai dua sederhana berdiri di depannya. Di sekitarnya di kelilingi pepohonan. Dan rumah itu hanya di terangi lampu temaran di terasnya. “Kau lupa?” tanya Sam Dong balik, Hye Mi mengeleng tak tahu. “Ini rumah ibuku. Aku memeperbaikinya beberapa tahun yang lalu, aku mengajaknya pindah. Namun dia tak mau, dia bilang disinilah ia lahir, disinilah ia tumbuh besar, disinilah ia menghabiskan masa tuannya dan disinilah ia akan mati.” Sam Dong mengengam tangan Hye Mi dan mulai berjalan. “Dan hanya inilah yang bisa kuberikan padanya.” Sam Dong mengetuk pintu kayu di rumah itu. Tak beberapa lama seseorang membukakan pintu untuk mereka. Ternyata ibu Sam Donglah yang membuka pintunya. Rambutnya yang memutih terlihat di beberapa bagian. “UMMA!!!” teriak Sam Dong memeluk ibunya, “Aku rindu sekali padamu.” “Sam Dong?” kata ibu Sam Dong dalam pelukan, “Itukah kau? Anakku?” “Iya Umma.” Sam Dong melepas pelukannya. “Ajhussi,…..” Go Hye Mi menunduk memebrikan salam. “Siapa ini?” tunjuk ibu Sam Dong. Sam Dong tersenyum, “Ibu lupa ia Go Hye Mi.” “Si cantik Go Hye Mi? ya tuhan, kau masih tetap cantik.” “Tentu saja.”timpal Sam dong. “Sudah ayo masuk, ini sudah gelap.” Kata ibu Sam Dong mempersilahkan masuk.”Kalian pasti lapar aku akan memasakan sesuatu untuk kalian. Ini salah Sam Dong mengapa ia tak memberitahu aku sebelumnya kalau kalian akan pulang.” “Aku akan memabntu.” Kata Hye Mi mengikuti kea rah dapur. Namun ibu Sam Dong menghalanginya. “Sudah kau istirahat saja. Biarkan aku yang memasak untuk kalian,” “Tapi,…” bantah Hye Mi. “Sudah duduk sana,” dan ibu Sam Dong berjalan pergi. Hye Mi duduk mentapa ke luar jendela yang gelap. Sam Dong baru saja turun dari lantai atas menaruh barang - barang mereka. Dan duduk di dekat Hye Mi. “Kau lelah?” tanya Sam Dong, “Aku sangat khawatir padamu. Kau tidur sepanjang perjalanan. Tapi…. Kau sangat lucu kalau sedang tidur.” Hye Mi menoleh, “Lucu? Sudalah katakan saja apa mau mu membawaku kemari,” tiba – tiba saja suasana Hye Mi menjadi buruk. Sam Dong melihat kearah lain, “Aku tak punya alasan khusus untuk membawamu kemari,” “Kau bilang ada yang akan kau bicarakan, tolong bicara sekarang.” Hye Mi terlihat benar – benar tak sabar kali ini. Sam Dong berdiri, “Aku………Aku, nggg…..aku” “Sudahlah…” potong Hye Mi beranjak pergi. Namun dengan cepat Sam Dong menarik tangan Hye Mi dan memeluknya. “Aku mencintaimu Hye Mi. sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Sejak aku membawamu ke panggung itu.” Sam Dong berkata dalam pelukannya, “Aku mencintaimu. Dan akan tetap mencintaimu.” Hye Mi membeku, tak satupun kata yang dapat terucap dari bibirnya. Tak satupun. Sam Dong anak desa itu mencintainya. Sam dong menarik Hye Mi ke pinggiran sungai. Mereka duduk di tepian sungai yang terbuat dari . Malam itu memang indah, bintang terlihat sangat jelas. Tentu saja hal seperti itu tak akan mereka temui di Seoul. Angin malam pun berhembus pelan. Membuat hati mereka berdua bergetar. “Kau akan kembali ke Amerika?” Sam Dong menatap air sungai yang berkilau – kilau tertimpa cahaya lampu, “Yah, aku harus kembali membuat album baru.” Sam Dong tersenyum jahil, “Mengapa? Kau akan merindukan ku?” Hye Mi memukul Sam dong gemas dengan senyuman lebar. “Kau ini…” “Kau ingat, aku ingin sekali kau menyanyi sebuah lagu yang kau nyanyikan waktu kita pertama kali bertemu.” “Lagu?” kening Hye Mi mengkerut, ia terlihat mengingat – ingat. “Aku tidak ingat. Lagu apa?” “Kau lupa? Dulu saat aku harus menemanimu bu….” Hye Mi membekap mulut Sam Dong. “Yah, aku ingat sekarang dan aku mengerti.” Sam Dong tersenyum, “Ayolah nanyikan untukku.” Bujuk Sam Dong. Hye Mi melipat kedua tangannya ke dada. “Tapi….. sekarang aku adalah penyanyi terkenal jadi itu tak gratis. Kau harus membayarku.” “Baiklah aku akan memberikan apapun dan berapapun yang kau mau.” “Baiklah….. ehm…ehm….” Hye Mi menata suaranya. “There’s a song that’s inside of my soul It’s the one that I’ve tried to write over and over again I’m awake in the infinite cold But you sing to me over and over and over again So, I lay my head back down And, I lift my hands and pray To be only yours I pray To be only yours I know now you’re my only hope ……………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………. Singing in all that I’m, at the top of my lungs, I’m giving it back……………” Hye Mi menoleh kearah Sam Dong, dan laki – laki itu sedang menutup matanya sambil tersenyum. “Aku suka lagu itu, “ kata Sam Dong seraya membuka matanya perlahan. Lalu ia melihat kea rah Go Hye Mi, “Aku puas. Sekarang kau mau bayaran apa?” tanyanya. “Mmmmm…….” Bola mata Go Hye Mi berputar – putar, “Aku ingin sesuatu yang istimewa, mmm…. Tidak, tidak. Aku ingin…mmm…..” Hye Mi melirik Sam Dong. Tanpa di sangka – sangka Hye Mi bergerak kearah Sam Dong dan mencium pipi Sam Dong cepat. Sam Dong memegangi pipinya,masih agak linglung ia berkata, ” Kau mau dipukuli fans ku ya?” Hye Mi berdiri akan beranjak pergi, “Tentu saja….” Katanya tertawa riang. Namun dengan cepat Sam Dong menarik Hye Mi kedalam pelukannya dan mencium bibir lembut Hye Mi. setiap tarikan napas mereka menambah dalam perasaan mereka yang telah terkubur dalam. Angin malam meniup kedua tubuh mereka. Rasanya seperti sakit yang manis. Mereka tak ingin malam ini berakhir, dengan bulan dan bintang yang menjadi saksi mereka malam itu. Sam Dong berjalan menenteng sebuah tas plastic berisi kotak makanan untuk Hye Mi. Hye Mi mengajaknya bertemu di sebuah café. Namun pertemuan ini juga sekaligus pertemuan terakhirnya dengan Hye Mi karena hari itu adalah hari terakhir ia berada di Korea sebelum ia kembali ke Amerika. Maka dari itu ia membawakan makanan kesukaan Hye Mi. ia belum pernah merasa bahagia seperti itu. “Kau sudah kemari?” tanya Go Hye Mi di telepon. “Ya. Aku sedang berjalan menuju ke café yang kau maksud. Woong Juu mengantarku tadi.” “Um…baiklah hati – hati semoga tak ada fans yang mengejarmu.” “Tenang saja. Aku sudah menyamar.” “Baiklah. Sampai jumpa.” Hye Mi mengakhiri pembicaraannya. “Hye Mii!! Kemarilah.” Panggil seseorang. Hye Mi memasukkan hand phone nya ke dalam tas dan merapikan dirinya. Hye Mi berjalan ke sebuah tempat duduk di samping kaca di sebuah café. Ia tak sendirian, di depannya ada seorang pria. Ia sangat terlihat santai dengan jas birunya. “Apakah semua baik – baik saja?” tanya pria itu. Hye Mi menganguk, “Ya. Semua baik – baik saja.” Hye Mi terbatuk sebentar kemudian ia berkata, “Jadi mengapa kau mengundang ku kemari?” “Aku ingin mengatakan suatu hal.” Ucap pria itu pendek. Hye Mi masih menunggu, tapi seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka secangkir kopi untuk pria itu dan segelas cappuccino dingin untuknya. “Hal apa itu?” Hye Mi masih menunggu. Pria itu menunangkan susu kedalam kopinya. “Apa kau terburu – buru?” “Sudahlah jangan bertele – tele. Apa yang ingin kau bicarakan?” Pria itu menyesap kopinya. Kemudian ia menatap keluar kaca. Lalu ia menyentuh tangan Hye Mi lalu memegang kedua tangan Hye Mi. “Sebentar lagi dan aku akan sampai,” pikir Sam Dong Ia berjalan kurang lebih 4 meter dari café tempat ia dan Hye Mi akan bertemu. Dengan bersenandung kecil ia menikmati waktu itu. Menatap setiap elemen yang ada sekitarnya dan mengingatnya, untuk jadi sebuah kenangan di benaknya. Langit biru yang berawan, terik matahari, orang – orang berlalu – lalang, angin yang menerbangkan dedaunan, nama café itu “My Coffie”, tangga batu menuju pintu utama café, pintu kaca, jendela kaca, sepasang kekasih yang sedang berkencan di samping kaca. Namun ia berhenti melangkah, dan mundur 5 langkah sebelum ia mencapai tangga batu. Sejenak ia melihat seseorang yang sangat familier baginya. Tapi siapa? Matanya tertarik untuk melihat lebih dekat sepasang kekasih yang sedang berkencan di samping kaca, ia pun bergerak maju memastikan. Apa yang dipikirkan oleh pikirannya, yaitu Go Hye Mi. Dan itu benar, sepasang kekasih itu bukan orang biasa itu Go Hye Mi dan seorang pria dengan jas birunya sedang memegang kedua tangan Hye Mi. dunia serasa runtuh se saat, yang semula begitu indah menjadi hitam. “Apa yang dilakukan Go Hye Mi bersama seorang pria lain? Siapa pria itu? Apakah Go Hye Mi telah mencintai orang lain?” pertanyaan – pertanyaan itu berputar dalam benak Sam Dong, hilang sudah rencana yang disusunnya bersama Hye Mi. bahkan ia berharap tak bertemu dengan gadis itu lagi. Dengan perasaan sedih Sam Dong berbalik pergi. “Apa yang kau lakukan?” tanya Hye Mi terkejut pria itu memegang kedua tangannya. “Tak bisakah kau memberikanku kesempatan? apakah semua hal yang kulakukan buruk di matamu?” “Aku tak bermaksud…” “Aku mencintaimu.” Ucap pria itu singkat. Hye Mi terkejut, mendengar pria dihadapannya ini berkata seperti itu. “Cuuuttttt!!!!!” teriak sang sutradara di balik, layar televisinya. “Ya, bagus Hye Mi dan Shi Yuk pertahanbkan untuk besok.” Semua bertepuk tangan, dan saling member hormat. Hye Mi tersenyum member hormat dan mengucapkan terima kasih kepada setiap krew yang bekerja di lokasi syuting hari itu. “Hey, tunggu….” Panggil Hye Mi pada pria berjas biru itu, “Jin Guk apa kau ada syuting lagi habis ini?” tanya Hye Mi pada Hyun Shi Yuk temannya, yang juga sama pernah bersekolah di Kirin Arts dan bersama – sama menggapai mimpi mereka. “Tidak.” Katanya, “Kenapa?” “Aku ingin kau bertemu dengan seseorang,” Hye Mi memanjang – manjangkan lehernya mencari – cari seseorang. “Seharusnya ia berada disini sekrang. “ Hye Mi menelpon seseorang tapi tidak di jawab. “Aneh, apa yang terjadi?” ia mencoba lagi, tapi kali ini malah panggilanya ditolak, “Kenapa sih Sam Dong?” kata Hye Mi kesal menatap hand phonenya. “Siapa? Sam Dong? Dia pulang?” Hyun shi Yuk tak percaya. “Ya, Aku menyuruhnya kemari agar ia dapat bertemu dengan mu .Tapi masalhnya sekarang ia belum sampai dan ia tak mau menjawab teleponku.” “Ayo, kita cari dia.” Mereka berdua mencari Sam Dong keseluruh penjuru café itu namun mereka tak menemukannya. Hye Mi pun berjalan keluar café bertanya kepada beberapa crew. “Apa kau melihat…mmmm….K kau tahu? K artis itu?” tanya Hye Mi agak bingung. “Maksud mu K, penyanyi itu kan?” kata salah satu Crew asisten sutradara. “Aku melihatnya tadi saat menuju kemari. Awalnya aku kira itu bukan dia, namun melihat rambutnya yang mencolok dan posturnya itu. Tak akan ada yang bisa tertipu dengan penyamarannya.” “Kau tahu kemana ia pergi?” “Entahlah, tiba – tiba saja ia berbalik pergi. Dan meninggalkan bungkusan tas plastic itu.” Kata crew itu menunjuk sebuah tas plastic yang terongok tak ada yang menyentuh di jalan. Hye Mi menggambilnya dan melihat isinya. “Betul. Itu pasti dia. Ini makanan kesukaanku.” “Kapan ia pergi?” tanya Hyun Shi Yuk. “Sekitar 7 menit yang lalu.” “Kapan itu?” kata Hye Mi memastikan. “Saat kalian syuting di pinggir kaca itu.” “Terima kasih atas informasinya.” Ucap Hye Mi dan shi Yuk member salam kepada crew itu. “Aku rasa ia salah paham.” Kata Hyun Shi Yuk menyimpulkan, “Mungkin saja ia mengira kau sedang berpacaran dengan ku.” “Benarkah?” Hye Mi memegang kepalanya pusing. “Kau tahu kemana ia pergi?” Hye Mi menganggkat kepalanya, “Ini hari terakhirnya di Korea. Aku tahu kemana ia pergi.” “Kemana?” “Tolong antarkan aku ke bandara sekarang.” Sam Dong menarik topinya kebawah lagi menutupi rambutnya yang pirang kecoklatan ia tak mau digangu fansnya sekarang. Ia sedang duduk sendirian di waiting room bandara, penerbangannya masih 3 jam lagi tapi ia sudah berada di sana. Sedangkan Woong Juu masih di hotel mengemasi barang – barang mereka berdua. Manajernya juga agak terkejut dengan keputusan Sam dong yang mengajukan kebernagkatannya ke Amerika. Tapi itu tak jadi masalah baginya. Walaupun bukan masalah, namun di dalam hati Sam Dong ada sebuah masalah. Bagaimana mungkin ia melihat gadis yang dicintainya selama 8 tahun ini berkencan dengan pria lain. Itu sangat menyakitkan baginya. Baginya tak ada ruang untuk menyimpan arsip tentang wanita di hatinya lagi. Namun semakin ia berusaha untuk melupakan cintanya, semakin besar rasa cintannya. Akibatnya Sam Dong hanya bisa bergerak – gerak resah tanpa bisa melampiaskannya. Karena bosan ia pun pergi membeli segelas kopi di pantry. Hye Mi berlari masuk ke bandara. “Aku mencari kesana,” tunjuk Hye Mi kearah ruang tunggu, “Dan kau ke sana.” Tunjuk Hye Mi kea rah keberangkatan.” Mereka pun berpisah denga Shi Yuk. Hye Mi menatap setiap orang, untuk memastikan kalau – kalu salah satu dari mereka adalah Sam Dong. Dan Shi Yuk bertanya kepada security apakah ada artis yang lewat ke pintu keberangkatan, namun tak satupun security yang tahu. Shi Yuk pun berlari kearah lain. Sam Dong menatap gelas kopinya, saking sibuknya ia tak sengaja menabrak seseorang sehingga kopinya tumpah ke baju mereka berdua. “Maaf. Maafkan aku.” Kata Sam Dong mendongkat menatap orang yang ditabraknya. “Tidak apa – apa.” Kata orang itu. Selintas orang itu tampak familiar, dan itu bukan Hye Mi. “Jin Guk?” bisik Sam Dong “Kau tahu,…. Sam Dong?” mata Shi Yuk melebar melihat Sam Dong berdiri di depannya, “Akhirnya….aku telah mencarimu kemana – mana.” “Apa maksudmu?” “Aku telah mencarimu bersama HyeMi.” “Bersama Hye Mi, bagaimana bisa,….sudahlah. aku tak ingin bertemu dengannya.” Kata Sam dong ketus. “Salah paham. Kau telah salah paham.” Shi Yuk hendak menghentikan Sam Dong. Sam Dong berjalan pergi, “Apa yang salah paham?” Shi Yuk mengejar Sam Dong, “Dasar anak desa bodoh.” Umpatnya.”Kau tak mengerti kau kira laki – laki yang bersama Hye Mi siapa?” “Yah, entahlah aku tak tahu. Mungkin saja itu kekasihnya.” “Bukan bodoh itu aku. Kau tak ingat, aku memakai jas biru. Kau ingat pria itu? Hye Mi mengundang kau ke café agar kau bertemu denganku. Karena kebetulan aku sedang syuting dengannya.” “Apa?” Sam Dong menoleh. “Pria itu aku.” Jawab Shi Yuk. Tiba – tiba seseorang menabrak tubuh Sam Dong. “Kau bodoh Sam Dong. Kau Bodoh.” Kata Hye Mi terisak dalam pelukan. “Kenapa kau pergi begitu saja?” Sam Dong mengangkat wajah Hye Mi yang telah sembab karena air mata. “Maafkan aku. Aku terlalu bodoh. Melihat mu bersama orang lain membuatku sakit, sadarkah kau betapa aku mencintaimu. Aku terlalu lemah.” “Maafkan aku. Mengapa aku tak memberitahukan dirimu rencanaku mempertemukan kalian berdua.” “Maafkan aku.” “Hal seperti inilah, mengapa membuatku tetap mengkhawatirkanmu sampai kapanpun.” “Apa sekarang kau masih mengkhawatirkan ku?”tanya Sam Dong bergetar Hye Mi menganguk, “Ya aku mengkhawatirkan dirimu dan terus akan mengkhawatirkanmu,” katanya masih terisak “Dan aku muak melihatmu menjadi lelaki bodoh” Hye Mi mempererat pelukannya. Hyun Shi Yuk melangkah mundur dan berbalik pergi. Ia berjalan gontai untuk kedua kalinya ia kehilangan gadis kecilnya itu. Dengan sakit yang dalam dan penderitaannya 8 tahun terakhir ini ia harus mengalah pada keadaan, tapi ia tak akan berhenti di situ lihat saja waktu yang akan menuntunnya. Mereka masih bergandengan tangan sebelum Woong Juu datang dan mengkabarkan bahwa para wartawan dan paparazzi telah datang, mereka tak tahu Sam Dong akan berangkat lebih awal. “Apakah kau mau menungguku lagi Hye Mi?” Sam Dong memeringkan kepalanya. Hye Mi mengerucutkan mulutnya, “Entahlah, tergantung kalau aku tak tertarik dengan pria lain,” Dengan tarikan napas panjang Sam Dong berkata, “Apakah kau menyukaiku?” Hye Mi terkejut dengan pertanyaan Sam Dong, “Entahlah aku tak tahu. Aku rasa sekarang rasa sukaku terhadapmu sudah bertambah menjadi…… 20%,” Mulut Sam Dong terbuka ia hendak berbicara namun agak menahannya, “Hanya 20%?” Hye Mi menganguk setuju,”Dan aku akan selalu menunggumu. Sampai jumpa.” Katanya berbalik pergi member salam pada Woong Juu dan melembaikan tangan pada Sam Dong. Inikah akhir perjalanan Sam Dong bersama Hye Mi ,tidak tentu saja tidak. Ini baru pernulaan untuknya. Masih banyak sekali cerita yang menunggunya. Memulai babak baru.

K hanya menatap foto lusuh itu dengan penuh kenangan yang tak mungkin ia lupakan setelah 2 tahun lebih,  dia berjuang dengan ke 5 kawannya di Kirin Arts. Ia tersenyum saat ia menatap salah satu gadis yang ada di sampingnya itu. Ia masih ingat saat ia memanggil gadi itu “Gadis Jahat”.

                “Aku rindu padamu,” gumam K.

                Seorang lelaki tambun membawa sebuah walkie talkie masuk ke ruang rias itu.

                “Are you okay?” tanya lelaki itu.

                K menoleh dan tersenyum, “MM… I’m okay.”

                “ 5 minutes, okay?” lelaki itu mengingatkan.

                K menganguk. Seraya menaruh foto itu di depan kaca rias di samping garpu tala kesayangannya itu. Ia memandangi wajahnya yang telah di bubuhi make up emas, semuanya untuk gadis itu, hanya untuk dia ia melakukan semua hal ini. Satu show lagi dan dia akan kembali pada gadis itu.

 

                “Great! Really Great Key,” ucap lelaki tadi menepuk – nepuk bahu K setelah ia turun dari panggung.

                “Thank’s. “ K menerima salaman dari krew lain yang ada di balik panggung.

                “You always to be the greatest one.” Ucap seseorang perempuan yang merupakan director panggung.

                K memberikan salam, ia adalah Yuri wanita itu juga berasal dari Korea sepertinya. Dan ia lebih tua dari pada K.

                “Hai nuna,”

                “Kau akan pulang ke Korea?” tanya nuna pada K.

                K hanya menatap nunanya itu meminta pengertian, “Aku rasa ini adalah show ku terakhir di eropa, sebelum pengarapan albumku yang selanjutnya. Bukankah seperti itu?”

 Yuri hanya mengganguk mengiyakan, dan menyembunyikan senyumnya.

“Kenapa, ada yang salah?” tanya K lagi, melihat noonanya itu tersenyum sendiri.

“Apa kau pulang karena rindu Korea atau karena gadis yang selalu kau pandangi di foto lusuhmu itu?” goda Yuri.

K terkejut pipinya memerah walapun tertutup make up emasnya, “Eh….kenapa nuna bertanya hal itu?”

“Ah….sudahlah tak usah malu.”

K tersenyum dengan lega, ia tak menyangka nunanya itu tahu hal – hal seperti itu.

“Yah, aku pulang karena kedua hal itu kurasa.”

K membuka pintu ruang rias dan masuk. Sedangkan Yuri berdiri di depan pintu.

“Baguslah,” ucapnya singkat.

“Noona, apakah kau tidak pulang?” tanya K.

Yuri mengeleng, “Tidak, entah kapan aku bisa pulang.” Jawab Yuri tersenyum kecut, lalu berjalan pergi meninggalkan K.

Entah mengapa Yuri tak mau pulang, bahkan K selama 8 tahun ini tak pernah tahu apa penyebab noonanya itu tak mau pulang.

 

K tertidur selama perjalanan pulang ke Korea. Sungguh panjang dan melelahkan, K sendirian hanya bersama Woong Juu managernya. Ia benar – benar tak sabar ingin menghirup udara Korea lagi, semuanya gedung – gedung yang menjulang tinggi, jalanan Korea. Dan yang paling ia rindukan adalah ibunya beserta teman – temannya Jin Guk, Go Hyemi, Pill Suk, Jason dan Bae Hee.

“Hey bangun,” bisik seseorang di telinga K, ia juga mengoyang – goyangkan badannya. Tentu saja itu Woong Juu manager K, sudah 5 menit lebih ia mencoba membangunkan K.

“Hey babi bangun!” ia memegangi kepala K dengan kedua tangannya.

K membuka matanya perlahan, “Mengapa kau membangunkan aku?” kata K gusar.

“Walaupun kau sudah jadi penyanyi terkenal tapi kebiasaan mu itu tak bisa hilang. Cepat bangun!”

“Aku kan sudah bilang padamu kalau sudah sampai di Korea bangunkan aku,” kata K kembali menutup matanya.

“Lalu untuk apa aku membangunkanmu? Sebentar lagi kita akan sampai di Korea, dan k au akan menampilkan wajah jelek mu itu di kamera. Tentu saja akan banyak wartawan yang menunggumu.”
                K langsung bangun, “Benarkah ?”

“Tentu saja Song Sam Doong. Pergi sana perbaiki penampilanmu.”

Sudah lama sekali tak ada yang memanggil namanya itu, Song Sam Doong. Selama ini orang – orang memanggilnya dengan nama panggungnya K. Bahkan managernya sendiri yang juga orang Korea.

 

K memakai sebuah switer tebal berwarna abu – abu dengan jaketnya berwarna hitam saat keluar dari boarding past bersama Wong Juu di sampingnya. Benar saja tiba – tiba langsung banyak sekali wartawan dan para fansnya yang mengerumuninya. Para wartawan melontarkan berpuluh – puluh pertanyaan tentang kepulangannya ke Korea dan para fans meneriakkan namanya ,untungnya ia sedang tak menggunakan alat pendengarannya. Jadi ,ia tak mendengar hiruk pikuk suasana bandara sore itu.

                K hanya memberikan senyuman panjang dan melambaikan tangannya pada semua orang sebelum ia masuk ke mobil yang menjemputnya di bandara. Lalu ia menggunakan alat pendengarannya lagi di dalam mobil.

                “Kita akan pergi ke mana?” tanya K.

                “Tentu saja ke hotel tempat kita menginap.”

                K cemberut,” Membosankan,”

                “Kau punya ide lain?” Wong Juu menatap K kesal.

                “Tentu saja tidak,” K merebahkan diri ke kursi mobil, tapi ia langsung duduk tegak kembali. “Aku ingin menelpon seseorang.”

                “Siapa yang ingin kau telepon?”tanya Wong Juu selidik.

                “Itu bukan urusanmu.” K meraih handphonenya dari tangan Wong Juu dan mencari nomor telepon seseorang, setelah itu ia menelponnya.

                Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya ia tersambung dengan orang itu.

                “Hallo, siapa ini?”

                “Kau tak kenal aku?” jawab K, “Aku artis terkenal.”

                “Mana mungkin artis terkenal menelponku. Sudah jelas kau bohong.”

                K tertawa, “Aku rindu padamu…” katanya kemudian, “Aku sangat merindukanmu ibu.”

                “Sam Doong?!!! Itukah kau!!!” jerit ibunya.

                “Tentu saja ibu, siapa lagi? Ini aku Sam Doong anakmu satu – satunya.”

                “Aku juga rindu padamu. Kenapa kau tak mengabari jika kau akan pulang?”

                “Aku akan memberikan sureprise bu, tapi itu gagal sepertinya.”

                “Tunggu apa itu su…suu.. apa itu?”

                K kembali tertawa mendengar kebingugan ibunya, “Sureprise itu bahasa Inggris, artinya kejutan.”

                “Ah…kau ini. Kau tahu Sam Doong aku tak tahu bahasa itu.Eh…lalu, Kenapa kau tak pulang ke rumah?”

                “Aku baru sampai bu, mungkin besok atau besoknya lagi. Karena masih ada banyak sekali hal yang harus ku urus di Seoul.”

                “Oh…anak ku……aku ingin sekali menangis. Melihat kau bernyanyi di atas panggung. Semua orang kini mengenalmu.”

                K  terharu mendengar suara ibunya.

                “Dan kini kau memiliki dialek yang berbeda.”

                “Ya bu, aku sudah belajar banyak sekali dialek.”

                “Ya sudahlah. Aku tahu kau pasti lelah sekali, sana istirahatlah. Kalau kau akan pulang kabari aku. Akan ku masakan makanan kesukaanmu.”

                “Baiklah ibu, sampai jumpa.”

                K menutup teleponnya dan melemparkan handphonenya pada Wong Juu. “Sudah puas kau sekarang. Kau sudah tahu kan siapa yang ku telepon.”

                “Ya aku tahu, ibu mu tersayang.” Wong Juu melemparkan sebuah botol mineral pada K. “Kau akan pulang ke rumah?”

                K mengganguk sebelum ia meminum isi botol itu.

                “Itu artinya kau harus pintar mengatur waktu. Disini kau juga akan sibuk ada beberapa acara talk show dan sebuah show yang harus kau isi.”

                “Mulai kapan aku harus syuting?” tanya K.

                Wong Juu mengamati catatan di I – pad nya. “ 2 hari lagi, jadi kuarasa besok kau bisa bebas.”

                “Benarkah,” kata K tak berselera.

                “Kau mungkin ingin pergi ke suatu tempat?”

                “Tidak, aku tidak ingin kemana – mana.”

                “Sungguh?”

                K menganguk menatap Wong Juu.

                “Ya sudah. Kau yang rugi.”

 

 

                “Hey, noona. Apakah kau tak rindu dengan Sam Dong – Oppa?” tanya Hye Song saat ia dan noonanya Go Hye Mi sedang makan malam.

                “Hmmm…..” Hye Mi melirik Hye song sebentar kemudian mengaduk mie yang ada di mangkuk di hadapannya.

                “Kau tak rindu padanya?” lanjut Hye Song.

                Tanpa melihat ,Hyemi berkata, “Sudah makan sana.”

                “Ia terlihat keren nuna. Tidak seperti dulu.”

                “Ya, aku tahu.”

                “Aneh seharusnya ia bertemu dengan mu. Aku tahu ia pulang ke Korea karena ia rindu padamu.” Kata Hye Song yakin.

                Hye Mi meletakkan sumpitnya agak kasar, “Cepat sana makan!” ia menatap Hye Song galak.

                “Ya, ya aku makan.” Hye Song mulai memakan mienya sambil mengerutu. “Dari dulu tak pernah berubah.” Gerutunya.

 

 

                Malam itu Sam Dong menatap malam di kota Seoul di balkon kamar hotelnya. Masih sama seperti dulu. Ia tak bisa melihat bintang. Ketika ia pertama kali datang di Seoul, tak ada satupun bintang yang ia temui.

                “Hey, K. kau tak ikut denganku?!” tanya Wong Juu berteriak dari luar hotel. Kebetulan kamar Sam dong di lantai dua. Jadi ia bisa melihat Wong Juu tak sendirian ia bersama dua orang temannya.

                “Kau mau pergi ke mana?” tanya Sam Dong.

                “Aku akan pergi makan ke sebuah acara. Kau mau ikut?”

                Sam Dong terdiam, ia juga bingung mau menjawab apa.

                “Dari pada kau melamun menatap bulan, lebih baik kau ikut aku.”

               

                Sam Dong mengikuti Wong Juu bersama kedua temannya masuk ke sebuah gedung yang nampaknya elit sekali karena di luar pintu masuk penjagaan ketat dipasang memeriksa setiap orang yang masuk. Walaupun banyak tamu antre di depan pintu, Wong Juu dan ia bisa masuk dengan mudah.

                “Hey, aku mau pergi dengan teman – temanku. Kau bisa menjelajahi tempat ini. Have fun!” kata Wong Juu pergi meninggalkan Sam Dong begitu saja.

                Insting Sam Dong telah meramalkan hal ini sebelumnya. Ia akan di tinggal sendirian disini. Ya, gedung ia tampak ramai dengan penuh sesak orang yang berlalu lalang berbicara dengan nada yang tinggi dan keras. Bahkan Sam Dong nyaris tidak bisa mendengar kalau tidak tanpa bantuan alat pendengarannya karena music di setel dengan volume yang amat keras.

                Ia berjalan kearah meja tempat makanan di letakkan. Dan ia mengambil beberapa hidangan yang di sajikan. Namun belum sempat ia menelannya, Sam Dong telah memuntahkan semuannya. Makanan itu tak lebih enak dari makanan yang dibuatkan ibunya.

                “Hey, bukankah kau itu K. Artis terkenal itu?” tiba – tiba seorang wanita menggunakan gaun berwarna hitam sepanjang paha tanpa berlengan mendekatinya.

                Sam Dong terkejut dengan kehadiran wanita itu. “Bukan, bukan aku. Kau salah orang.” Kata Sam Dong melengos kearah lain.

                Namun wanita itu sudah merangkul bahunya. Dan menatap wajahnya secara seksama. “Ya, kau K.”

                Sam Dong terus menghindar dari tatapan wanita itu. “Tidak Kau salah. Pasti kau mabuk ya.” Ia akan melangkah pergi namun wanita itu menahannya.

                10 menit kemudian tiga wanita lain sudah mendekatinya. ini benar – benar sebuah kesalahan besar. Bisa – bisanya ada orang yang mengenalinya di tempat gelap seperti ini. Mungkin esok Sam Dong akan menyewa body guard untuk melindunginya disini. Ya ia punya saat di Amerika, tapi disini tidak. Mungkin belum, karena ia dan managernya belum mendapatkan body guard yang sesuai untuk dirinya.

                “Sudah – sudah  ladys. Bukan waktu yang tepat menggangunya. Dan aku rasa kalian salah, dia teman ku Song Sam Dong.” Kata seseorang memisahkan wanita – wanita itu dari Sam Dong.

                “Yah, aku kira dia K.” kata salah satu wanita itu kecewa dan berjalan pergi.

                Sam Dong melihat seorang pria dengan rambutnya setengah berdiri dan pakaiannya yang eksentrik berdiri di hadapannya.

                “Kau siapa?” tanya Sam Dong memincingkan matanya.

                “Kau lupa aku Sam Dong?” kata pria itu, “Aku Jason. Kau lupa?”

                Mata Sam Dong melebar. “Jason? Ya tuhan. Apa kabar?” ia menyalami Jason dan memeluknya hangat. “Sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”

                “Yah, seperti yang kau lihat.” Jason berputar memperlihatkan dirinya.

                “Aku rasa itu artinya bagus.”

                “Untuk berapa lama kau disini?”

“ Entahlah, mungkin aku bisa minta untuk tinggal 3 minggu.”

“Ide yang bagus,” kata Jason mengangguk – angguk.

Sam Dong melihat kesekeliling. “Aku tak suka tempat ini,”

“Ya aku tahu, ini bukan selera mu dari dulu. Tapi kau mungkin mau minum segelas anggur sebelum pergi?”

Sam Dong menggeleng cepat. “Tidak, tidak akan.”

Anggur atau wyne bukan minuman asing bagi Sam Dong hamper seluruh teman – temannya di Amerika meminumnya di setiap pesta. Tapi tidak dengan Sam Dong ia amat ingat kejadian beberapa tahun silam saat noona Mr. Kang mabuk setelah minum anggur dan membuatnya jadi gila. Ia bersumpah tidak akan meminumnya.

“Baiklah kalau begitu kita pergi sekarang. Akan ku ajak kau ke suatu tempat, pasti kau suka.” Jason merangkul Sam Dong pergi.

 

“Taran! Ini tempatnya,” Jason berhenti di dekat sebuah restoran jepang.

“Apa ini?” Sam Dong mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil Jason membaca restoran Jepang itu. “Restoran?”

Jason keluar dari mobil dan berjalan mendahului Sam Dong. “Ya, kau tahu. Ayo masuk.”

Restoran itu masih agak ramai walaupun waktu malam sudah hamper larut.

“Kau duduk disini. Aku yang akan pesankan, oke?”

Sam Dong duduk sambil memandangi segala macam yang ada di dalam restoran itu. Seorang foto gadis cantik dengan ukuran agak besar di pajang di dekat pintu masuk.

Jason sudah kembali namun tak membawa apa – apa. “Aku punya kejutan untuk mu,” katanya tersenyum lebar. “Taran!!!”

Lalu muncul seorang gadis yang cantik. “Hai Sam Dong. Apa kabar?” kata gadis itu melambaikan tangannya pada Sam Dong, “Kau masih kenal aku kan?” tanya gadis itu melihat Sam Dong yang tak bereaksi.

“Kim…. Pill…. Suk?” Kata Sam Dong ragu – ragu, yang dia ingat terakhir kalinya. Kim Pill Suk cantik dengan badan langsingnya, namun sekarang ia tetap cantik namun ia kembali kelebihan berat badan.

“Iya, ini aku Kim Pill Suk. Kau tidak percaya?”

Sam dong tersenyum, “Tentu saja aku masih ingat.”

Pill Suk duduk di hadapan Sam Dong dan dengan semangat ia bertanya, “Ceritakan pada kami bagaimana perjalananmu selama di sana?”

Sam Dong menggaruk kepalanya. “Menghabiskan banyak waktu untuk menceritakannya.”

Ayah dan ibu Pill Suk datang membawa sebaki penuh sushi dan menghidangkannya untuk mereka bertiga.

“Makanlah, semoga kalian menyukainya.” Kata ayah Pill Suk tersenyum.

“Ya, nikmatilah.” Kata ibu Pill Suk memepersilahkan.

“Baik, terima kasih,” Sam Dong menganguk.

 

Sam Dong terbangun, cahaya temaran lampu duduk di pojok kamar tidurnya masih menerangi kamarnya. Pagi sudah datang bahkan cahaya matahari sudah masuk lewat celah – celah gorden jendelanya yang masih terbuka sedikit. Ia bangun dan menuju kamar mandi. Namun ia terkejut saat melihat seseorang sedang tidur di sofa. Ia menggenakan setelan jas lengkap. Sam Dong mendekatinya, ternyata itu adalah Wong Juu. Tiba – tiba ide jahil terlintas di otaknya, ia menarik cepat bantal yang digunakan Wong Juu tidur dan bersembunyi.

“Ngghyhgyhbhgh…………” gumam Woong Juu.

“Bangun bodoh!” teriak Sam Dong.

Wong Juu bangun dari tidurnya ia mengosok – gosok matanya, “Aku mencari dirimu semalaman, karena kau hilang  begitu saja.” Ia menguap lebar.

“Tentu saja ,kau meninggalkan aku sendirian.” Sam Dong duduk disamping Wong Juu. Sam Dong mencium bau sesuatu, “Kau mabuk ya tadi malam?, kau sangat bau,” Sam Dong memencet hidungnya.

Wong juu tertawa seperti orang mabuk,” Tentu saja aku mabuk. Dan sekarang aku pusing,” ia memegang kepalanya. “Kau tak mau pergi ke suatu tempat?”

Sam Dong memandangi Wong Juu,”Yah, aku akan pergi ke suatu tempat.”

“Akan ku temani, banyak orang yang mengenal mu rupanya. Dan bodohnya aku tidak menyewa body guard untuk keamananmu.”

“Tidak, tidak usah. Aku akan pergi sendiri.” Sam Dong berjalan pergi ke kamar mandi.

 

Ia menatap bangunan itu, bangunan itu tak berubah sedikitpun. Hanya warnanya yang berubah  dan sedikit perbaikan di sana – sini. Sam Dong mendekati sebuah papan yang ditempeli beberapa pengumuman. Salah satunya sebuah konser ke 100 seorang alumni dari Kirin Arts School yang digelar beberapa bulan yang lalu.

“Mengapa kau menatapnya terus?” tanya seorang gadis yang telah berdiri di dekat Sam Dong ia menggunakan seragam Kirin.

Sam Dong agak terkejut dengan kedatangan gadis itu. Untung saja ia sudah menggunakan jaket dengan leher tinggi dan berkacamata serta sebuah topi yang menutupi seluruh rambutnya, sehingga tak aka nada satupun orang yang mengenalinya.

“Apa?”

“Mengapa kau menatap foto perempuan cantik itu?”

“Aku? Tidak aku, tidak menatapnya.”

“Asal kau tahu saja ia itu penyanyi terkenal, dan ia adalah kakak ku kau tahu. Aku tak bohong.”

Sam Dong menatap gadis itu dengan seksama,”Dia kakakmu?”

“Umm…” ia mengganguk, “Tentu saja.”

Sam Dong tahu, gadis itu pasti Go Hye Sung. Ia sudah tumbuh besar.

“Go Hye Song?”

Anak itu terkejut namanya disebut, “Kau tahu namaku dari mana?”

Sam Dong menunjuk dengan dagunya, “Itu di bajumu.”

“Ohhh…….”katanya lega, namun ia melirik Sam Dong lagi,“Kau siapa? Dan untuk apa kau datang kemari?” tanya Hye Sung

“Aku? Untuk apa ya?”

Hye Sung mulai Nampak tak sabar.

 

“Apakah terlambat? Apakah terlambat? Aku harap tidak.”  kata Go Hye Mi dalam hati. Ia buru – buru keluar dari mobil managernya. Ia sibuk dengan tas tangannya yang cukup besar. Sepatu hak tingginya mengetuk – ngetuk lantai lorong. Ketika ia sampai di tempat yang ia tuju, ia terdiam mengamati tak ada satupun orang yang ada di sana. Yah, kesimpulannya ia telah terlambat.

Ketukan sepatu hak tingginya pun semakin terdengar semakin nyaring saat ia mulai mempercepat langkahnya. Sambil berjalan ia menggambil handphonenya dan menelpon seseorang. Namun setelah beberapa menit tak ada yang menggankat panggilannya.

“Ssshhh…!” desisinya, “sial!” umpatnya, ia kembali mendekatkan handphonenya ke telinga untuk mencoba menelpon ketiga kalinya. Namun tetap tak ada yang menjawab.

Tiba – tiba Ji Yuu managernya telah menelponnya, ia pun menangkatnya kesal.

“Hallo? Mengapa kau lama sekali?” managernya terdengar tak sabar.

“Aku terlambat.”

“Lalu?”

“Aku sedang mencarinya,” Hye Mi menuruni tangga, “Kalau aku menemukannya, akan ku bunuh dia,”

Go hye mi meihat seorang gadis yang sedang berdiri di depan sebuah papan pengumuman, namun ia tak bisa melihatnya dengan jelas karena hampir separuh badan gadis itu terhalang sebuah pohon.

“Tunggu…..sepertinya aku menemukannya,”

“Baiklah aku tunggu.” Lalu managernya itu menutup sambungan.

Dengan langkah tergesa – gesa namun anggun, Hye Mi berjalan kea rah gadis itu. Ternyata ia tak sendirian, ia bersama seseorang yang lebih besar darinya. Mereka berbincang – bincang dan entah kenapa ia yakin gadis itu adalah adiknya Go Hye sung. Dan iapun mempercepat langkahnnya.

 

“Hey, aku tahu kau,” kata Hye Sung kemudian.

“Aku? Kau yakin?” goda Sam Dong.

Tanpa disangka – sangka Hye Sung meraih kacamata Sam Dong dan melepasnya tanpa bisa di cegah lagi. Hye Sung terkejut demi apa yang ia lihat.

“Kau?” katanya ragu – ragu.

Dengan cekatan Sam Dong meraih kacamata hitamnya dan mengenaknnya lagi. “Kau tidak tahu aku.” Katanya ketus.

“Kau….kau …K bukan? Kau K! K! yang baru saja datang itukan?”

Melihat situasi ini, Sam Dong buru – buru pergi, namun dengan cepat Hye Sung menghalanginya. “Kalau kau pergi aku akan berteriak kau adalah K.” ancamnya.

“Coba saja.” Tantang Sam Dong.

“HEY SEMUANYA DISINI ADA K!!! K!!! PENYANYI TERKENAL ITU!!! DIA SAM DONG – OP….”          seseorang membekap mulut Go Hye Sung dari belakng.

“Hey! bisakah kau tutup mulut mu yang besar itu?!” bungkam Go Hye Mi.

Hye sung berbalik dan terkejut, “Noona?!”

“Ayo, pulang aku sudah mencarimu kemana – mana,” Hye Mi menarik tangan adiknya itu.

Namun Hye Sung menahannya, “Tunggu noona, apakah kau tidak rindu dengan Song  Sam Dong – Oppa?”

Go Hye Mi berhenti, bahkan ia tak bergerak mendengar itu. Ia melepaskan pegangannya dan menarik napas lelah. Lalu ia berbalik dengan perlahan. Menatap orang yang sedari tadi bercakap – cakap dengan Hye sung.

Sam Dong melepaskan kacamatanya dan topi yang sedari tadi ia pakai. Rambut pirang kecoklatannya pun terlihat mencolok. Sam Dong benar – benar merindukan gadis itu, yang sudah tak ia temui sejak 8 tahun yang lalu.

“Hai…” sapa Sam Dong tersenyum sambil melangkah mendekati Hye Mi. Hye Sung menjauh memberikan ruang bagi kedua orang itu. “Sudah lama tak bertemu.” Sam Dong mencoba mencari kata – kata yang tepat, namun saat ini tak satupun ucapan yang terpikirkan olehnya.

“Ya, sudah sekitar 8 tahun.” Ucap Hye Mi menganguk – angguk. “Mengapa kau kemari?” tanyanya kemudian.

Sam Dong mengeleng dan tersenyum, “Aku hanya ingin melihat – lihat. Mengingat – ingat masa lalu.”

“Begitukah?” Handphone Hye Mi berbunyi saat itu, ternyata itu sms dari manajernya yang menyuruhnya untuk bergegas. Dengan agak terpaksa Hye Mi berkata, “Senang sekali bisa bertemu dengan mu lagi, tapi aku harus bergegas pergi. Sampai jumpa.”

Hye Mi akan berbalik pergi namun Sam Dong menghentikannya, “Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kita bertemu lagi? Mungkin……kita bisa makan malam bersama?” hanya ajakan itulah yang ia ketahui untuk mengajak seorang gadis berkencan, saat ia di Amerika dulu.

Hye Mi terlihat ragu, “Entahlah, sepertinya aku akan sibuk beberapa hari ini?”

“Omong kosong, tentu kalian bisa makan malam bersama.” Tukas Hye Sung, “Ini nomor teleponnya hubungi aku dan kupastikan makan malam kalian akan berjalan lancar.” Hye Sung memberikan id card pada Sam Dong.

“Apa – apaan kau ini?” Hye Mi memelototi Hye Sung, “Baikalah Sam Dong, Sampai jumpa.” Kata Hye Mi tersenyum lebar dan berbalik pergi menarik paksa Hye Sung dan memarahinya habis – habisan sepanjang jalan.

 

“Aku tak akan pergi. Tak akan.” Tegas Hye Mi esoknya saat Hye Sung bilang padanya bahwa ia sudah mengatur rencana makan malamnya.

“Kenapa? Ini adalah hadiah yang tak akan kau dapatkan untuk kedua kalinya. Jadi… pergilah!”

“Tidak aku tidak mau. Kau saja.”

Hye Sung duduk dihadapan noonanya itu. “kau punya masalah dengannya?”

“Tentu saja tidak. Kami berteman baik.” Hye Mi meniup poninya kesal,”Kau tak akan mengerti.” Lalu Hye Mi melangkah pergi.

“Asal kau tahu aku tak akan membatalkan janji itu, biar saja ia menunggu kakak.”

 

 

Sam Dong mematut dirinya di depan kaca toilet restoran tempat yang dipilihkan Go Hye Sung untuk acara makan malamnya denga noonanya itu. Ia tersenyum saat ia teringat Wong Juu manajernya bertanya padanya, “Mau kemana kau memakai baju setelan jas formal seperti itu?” Lalu ia menjawab, “Ini malam yang istimewa kau tak akan tahu siapa yang akan kau temui.” Lalu Wong Juu berkata, “Kau tak pantas memakai setelan jas itu.” Yah itu memang benar, akunya ia memang lebih pantas memakai karung bekas yang dijahitnya sendiri. Ia melirik arlojinya yang sudah menunjukan jam setengah delapan malam namun belum Nampak batang hidung Go Hye mi.

Hye Mi melirik jam di handphonenya, sudah pukul setengah delapan malam. Beberapa gaunnyapun sudah bertebaran di atas kasurnya. Bukan waktu yang tepat untuk bimbang dan bingung. Hye Sung masuk ke kamarnya mengejutkan noonanya itu.

“Sudah ku duga kau tak akan mengecewakan Sam Dong – oppa.” Ia duduk di pinggiran ranjang Go Hye Mi, “Dan kau tak perlu repot untuk tampil cantik.”

“Apa? Aku tidak..”

“kau akan tetap menjadi perempuan tercantik baginya.”

Go Hye Mi menyerah,”Baiklah kau punya ide yang lebih baik?”

“Tentu saja.”

 

“Terima kasih kau sudah datang.” Ucap Sam Dong, ketika Hye Mi duduk di hadapannya.

“Aku tak tahu Hye Sung memilihkan tempat seperti ini.” Hye Mi memandang sekeliling meja dinner – nya. Sebuah lilin menyala di tengah – tengah meja. Di luar Nampak sungai yang gelap namun indah karena lampu – lampu yang menghiasai tepiannya. Dan seorang biolist memainkan biolannya.

“Ya, aku juga. Bahkan aku tak pernah makan di tempat seperti ini.” Kata Sam Dong datar.

Go Hye Mi menatap Sam Dong tak percaya namun tak berkata apa – apa.

“Kau cantik malam ini.” Ujar Sam Dong spontan, melihat Go Hye Mi menggunakan gaun terusan berwarna biru yang indah.

Pipi Go Hye Mi merona merah. Lalu stelah itu detik demi detik mereka habiskan hanya untuk saling bertukar cerita tentang 8 tahun terkhir ini. Hingga akhirnya Hye Mi berbisik, “Bisakah kita pergi dari sini? Aku ingin jalan – jalan keluar?”

“Tentu saja.” Sam Dong ikut berdiri menggambil jaket untuknya dan untuk Go Hye Mi.

 

“Jadi apa yang kau lakukan akhir – akhir ini, sebelum kau pulang?” tanya Go Hye Mi berhenti di jembatan yang ada di sungai di depan restoran tadi.

“Seperti biasa world tour ke sejumlah kota dan Negara. Dan yah begitulah….”

“Kau bosan?”

Sam Dong menghela napas, “Terkadang, tapi melihat para krew yang semangat, aku juga ikut bersemangat.”

Go Hye Mi benar – benar tak percaya orang yang ada di hadapannya itu Song Sam Dong, anak desa yang tak berharga baginya itu. Kini telah menjadi super star. Dan ia berpikir apakah anak itu masih sebodoh yang dulu. Selintas pikiran jahil menghampiri kepalanya.

“Bisakah kau  bantu aku naik ke pembatas jembatan ini,” pinta Hye Mi yang dituruti Sam Dong tanpa curiga sedikit pun. “Aku ingin bernyanyi untuk mu, seperti ini…..” ,“seperti ini, aku akan pura – pura jatuh ke sungai. Dan kita lihat apakah kau bisa menolongku. Aku akan pura – pura tengelam.”

Go Hye Mi mulai bersenandung, namun tiba – tiba ia terjungkal kebelakang dan jatuh ke sungai. Badannya menghempas ke dalam sungai, namu ia timbul di permukaan.

“Tolong!! Tolong!!!” teriaknya.

Sam Dong yang melihat itu bingung bukan main. “Tunggu Hye Mi aku akan menolong  mu!” Sam Dong langsung berlari ke tepi sungai melepas sepatu dan jasnya.

“Tolong!!!” teriak Hye Mi namun lama – kelamaan dadanya sesak, semuanya menjadi dingin. Kakinya tidak bisa di gerakkan. Di suhu yang seperti ini, sungai – sungai di Korea pun bisa memebekukan manusia. “Bodoh! Bodoh! Bodoh!” rutuknya pada dirinya sendiri. Saat tiba – tiba sesuatu yang besar masuk ke dalam air sungai, dan semuanya menjadi gelap dan berat.

Sam Dong menarik tubuh Hye Mi ke tepi sungai, dingin bukan main rasanya ia akan membeku sebentar lagi. Lalau beberapa menit kemudia ia sudah menarik tubuh hyemi ke tepian menutupi tubuhnya dengan jasnya.

“Bangun Hye Mi!!” teriaknya memegangi kedua pipi Hye Mi. Namun Hye Mi diam ia tak menyahut, Sam Dong pun semakin kalang kabut, “Hye Mi apa yang terjadi padamu?! Bangun!”

Ia teringat adegan penyelamatan seorang penjaga pantai kepada seseorang yang tengelam. Sam Dong menekan- nekan dada Go Hye Mi entah itu benar atau tidak. Namun tak keluar sedikit pun air keluar dari mulut Hye Mi seperti yang ia ingat di adegan penyelamatan itu.

“Bagaimana ini?” kata Sam Dong pada dirinya sendiri, ia mencari – cari hand phonenya.”Tak mungkin aku menunggu ambulan datang,”

Ia menelpon manajernya Woong Juu, “Angkat! Angkat! Angkat!” Sam Dong masih mencoba menekan – nekan dada Hye Mi, “Hai, Hyong.”

“Hai, Sam Dong? Ada apa?”

“Go Hye Mi tengelam, bagaimana ini? Ia tak sadarkan diri cepat Hyung!”

“Cepat berikan napas buatan!!!”

“Hah…bagimana, aku tidak….”

“Sudah lakukan saja, berikan napas buatan dari mulutnya,” potong Woong Juu, “Sekarang atau dia tak tertolong.”

Dengan ragu – ragu Sam Dong mendekat kea rah wajah Hye Mi,ia mendekat kan mulutnya  ke mulut Go Hye Mi. Jantungnya berdekup kencang Ia tak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Namun belum sampai ia menyentuh bibir Go Hye Mi, sesuatu menampar pipinya.

“Aku masih sadar bodoh,” suara lemah Go Hye Mi terdengar

“Tapi kau tadi pingsan…”

Go Hye Mi bangun. “Aku hanya kedinginan. Memangnya aku bodoh tidak bisa berenang.”

“Tapi kau benar – benar pingsan tadi, sekarang ambulan menuju kemari,”

“Aku tidak butuh ambulan. Aku mau pulang.” Go Hye Mi mencoba berdiri dibantu Sam Dong.

“Aku akan membantumu pulang,” Sam dong memapah Hye Mi. namun Hye Mi berontak melepasakan pegangan Sam Dong.

“Aku mau pulang sendiri. Dan aku tak butuh bantuan mu.” Go Hye Mi berjalan terhuyung – huyung ,namun beberapa langkah kemudian ia limbung ke tanah dan tak sadarkan diri lagi.

 

“Tit, tit, tit, tit.” Suara itu membangunkan Hye Mi dari tidurnya.

Dimana ia sekarang? Sedang apa? Mengapa ia ada disini? Pertanyaan itu terus - menerus berputar – putar dalam otaknya. ia sedang terbaring di sebuah bangsal mengenakan piama berwarna biru. Dan sebuah selang infuse tertancap di punggung tangannya.

“Kau sudah sadar?” tanya seseorang, ternyata itu Ji Yuu manajernya.

Dan Hye Mi kembali ingat mengapa ia ada di rumah sakit sekarang. Semalam dengan bodohnya ia melompat ke sungai yang dapat membekukan tubuhnya. Dan itu sangat memalukan karena ide jahilnya yang konyol itu gagal total. Benar – benar senjata makan tuan.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling namun ia tak menemukan Sam Dong, hanya ada Ji Yuu di sana. Yah, memangnya siapa dia, hingga K harus menungguinya? Pikirnya.

“K menunggu mu sepanjang malam, tapi ia harus naik panggung pagi ini. Jadi ia pergi….” Ucap Ji Yuu sambil membaca sebuah tabloid di tangannya. “Kau kecewa ia tak menemanimu sekrang?” ji Yuu tersenyum melihat Hye Mi

“tentu saja tidak.” Ia memperbaiki tatanann rambutnya, “Aku pasti jelek sekali.” Katanya berbisik.

Beberapa hari kemudian Go Hye Mi sudah bisa beraktivitas seperti biasa, ia sedang memperbaiki riasannya di depan kaca tempat make up artist di sebuah stasiun televisi swasta, saat ia melihat televise di sudut ruangan make up. Yang menampilkan acara talk show yang sedang berlangsung di satsiun televisi itu juga.

“Pertanyaan yang terakhir untuk K. Dengan jam terbang tinggi mu, apakah kau sudah memiliki kekasih?”

K tersenyum setelah mendengar pertanyaan itu. “Aku belum memiliki kekasih.”

“Ha!” kata sang host acara, “Hey, ladies kalian memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi kekasihnya, bukan kah seperti itu K?”

“Ya, tapi……”

Hye Mi mematikan televise itu, entah mengapa ia menjadi kesal. “Memuakan.” Lalu ia berdiri membawa baju gantinya.

“kau mau kemana?” tanya Ji Yuu

“Aku mau berganti baju, dan cepat – cepat pergi dari sini.” Katanya terlihat bosan dan pergi.

Setelah itu Hye Mi berjalan menyusuri koridor untuk keluar dari gedung televise itu bersama Ji Yuu sambil mendengar music yang mengalun dari handphonenya. namun langkah kaki yang semula hanya terdengar dua langkah kaki kini menjadi lebih banyak.

Sam Dong memastikan bahwa dua orang wanita yang berjalan di depannya adalah Hye Mi dan manajernya. Iapun menyamakan langkah kakinya. Melihat Hye Mi yang tidak bereaksi , Sam Dong melepas head set yang ada di telinga Hye Mi.

“Kau sangat beruntung masih bisa mendengar music,” ucap Sam Dong menghadap Hye Mi sambil berjalan mundur.

Hye Mi melengos. Mengacuhkannya.

“Kau marah padaku?”

Hye Mi tak menjawab ia menatap jam di pergelangan tangannya.

Sam Dong berhenti sehingga Hye Mi berhenti tepat dihadapannya. “Katakan padaku apa salahku?” kata Sam Dong menatap kedua mata Go Hye Mi.

Hye Mi mengeleng pelan, “Aku tak punya waktu untuk ini,” kemudian ia berjalan melewati Sam Dong dengan tergesa – gesa.

Di luar Go Hye Mi berdiri menunggu mobil yang akan menjemputnya.

“Kau yakin tak mau berbicara dengan dia?” tanaya Ji YUu memastikan.

Go Hye Mi memakai kaca mata hitamnnya. Namun tiba – tiba seseorang menariknya.

“Aku harus berbicara padamu,” desak Sam Dong

“Aku tak bisa. Dan Aku tak punya waktu.”

“Kau harus bisa dan kau punya waktu,” Sam Dong menarik tangan Hye Mi. ia berjalan menuju ke sebuah mobil hitam Suv yang telah terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Sam Dong membuka pintu mobil SUV dan memasukakan Hye Mi dengan paksa ke dalam mobil. Ia pun masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu. Tampak Ji Yuu dan Woong Juu yang megetuk kaca mobil meneriaki mereka berdua.

“Tolong jalan, “commando Sam Dong pada sang sopir, “Kita pergi ke DamBong sekarang.”

Mobilpun berjalan, Ji Yuu  dan Woong Juu menyerah.

“Apa yang kau lakukan?! buka pintunya!” jerit Go Hye Mi.

Sam Dong diam dia menghalangi Hye Mi. “Kau tak akan bisa keluar.” Ujar Sam dong ketus.

Hye Mi memukuli Sam Dong mencoba meraih pintu, namun Sam Dong menahannya dengan memegang kedua tangan Hye Mi.

“Lepaskan tanganku!” Ia berhasil melepaskan tangannya kemudia ia menggambil telpon gengamnya dan menekan sebuah nomor telepon.

Belum sempat tersambung Sam Dong mengambilnya dari tangan Hye Mi dan membuangnya  kearah belakang mobil. Namun Hye Mi mengejarnya, mencoba menggambilnya. Tapi Sam dong dengan cepat mengambilnya lebih dahulu. Ia membuka jendela mobil.

“Maafkan aku.” Katanya lalu membuang handphone Hye Mi ke luar. “Lain kali aku akan menggantinya.”

“Apa yang baru saja kau lakukan?” jerit Hye Mi kesal memukuli Sam Dong.

Namun Hye Mi membeku saat sam Dong memegangi kepalanya. ”Dengarkan aku, aku ingin tidak ada yang menggangu kita. Dan Aku hanya ingin bersama mu saat ini. Jadi tolong diam, duduk manis dan nikmati perjalanan ini.”

Tarikan napas panjang Sam Dong dan Hye Mi terdengar sesaat setelah Sam Dong berbicara seperti itu. Hye Mi terdiam. Dan Sam Dong duduk memandang ke luar jendela. Hye Mi benar – benar tak tahu apa yang sebenarnya ingin dilakukan Sam Dong. Hye Mi hanya bisa terdiam menikmati perjalanan yang tak di ketahui akhirnya itu.

Hye Mi terbangun setelah ia tertidur selama perjalanan tadi, semuanya Nampak gelap. Dan ia tak tahu dimana ia sekarang. Sam Dong membuka pintu mobil dan mengajak Hye Mi turun.

“Dimana kita sekarang?” tanya Hye Mi tak mengenali tempat itu.

Sebuah rumah berlantai dua sederhana berdiri di depannya. Di sekitarnya di kelilingi pepohonan. Dan rumah itu hanya di terangi lampu temaran di terasnya.

“Kau lupa?” tanya Sam Dong balik, Hye Mi mengeleng tak tahu. “Ini rumah ibuku. Aku memeperbaikinya beberapa tahun yang lalu, aku mengajaknya pindah. Namun dia tak mau, dia bilang disinilah ia lahir, disinilah ia tumbuh besar, disinilah ia menghabiskan masa tuannya dan disinilah ia akan mati.” Sam Dong mengengam tangan Hye Mi dan mulai berjalan. “Dan hanya inilah yang bisa kuberikan padanya.”

Sam Dong mengetuk pintu kayu di rumah itu. Tak beberapa lama seseorang membukakan pintu untuk mereka. Ternyata ibu Sam Donglah yang membuka pintunya. Rambutnya yang memutih terlihat di beberapa bagian.

“UMMA!!!” teriak Sam Dong memeluk ibunya, “Aku rindu sekali padamu.”

“Sam Dong?” kata ibu Sam Dong dalam pelukan, “Itukah kau? Anakku?”

“Iya Umma.” Sam Dong melepas pelukannya.

“Ajhussi,…..” Go Hye Mi menunduk memebrikan salam.

“Siapa ini?” tunjuk ibu Sam Dong.

Sam Dong tersenyum, “Ibu lupa ia Go Hye Mi.”

“Si cantik Go Hye Mi? ya tuhan, kau masih tetap cantik.”

“Tentu saja.”timpal Sam dong.

“Sudah ayo masuk, ini sudah gelap.” Kata ibu Sam Dong mempersilahkan masuk.”Kalian pasti lapar aku akan memasakan sesuatu untuk kalian. Ini salah Sam Dong mengapa ia tak memberitahu aku sebelumnya kalau kalian akan pulang.”

“Aku akan memabntu.” Kata Hye Mi mengikuti kea rah dapur. Namun ibu Sam Dong menghalanginya.

“Sudah kau istirahat saja. Biarkan aku yang memasak untuk kalian,”

“Tapi,…” bantah Hye Mi.

“Sudah duduk sana,” dan ibu Sam Dong berjalan pergi.

Hye Mi duduk mentapa ke luar jendela yang gelap. Sam Dong baru saja turun dari lantai atas menaruh barang -  barang mereka. Dan duduk di dekat Hye Mi.

“Kau lelah?” tanya Sam Dong, “Aku sangat khawatir padamu. Kau tidur sepanjang perjalanan. Tapi…. Kau sangat lucu kalau sedang tidur.”

Hye Mi menoleh, “Lucu? Sudalah katakan saja apa mau mu membawaku kemari,” tiba – tiba saja suasana Hye Mi menjadi buruk.

Sam Dong melihat kearah lain, “Aku tak punya alasan khusus untuk membawamu kemari,”

“Kau bilang ada yang akan kau bicarakan, tolong bicara sekarang.” Hye Mi terlihat benar – benar tak sabar kali ini.

Sam Dong berdiri, “Aku………Aku, nggg…..aku”

“Sudahlah…” potong Hye Mi beranjak pergi.

Namun dengan cepat Sam Dong menarik tangan Hye Mi dan memeluknya. “Aku mencintaimu Hye Mi. sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Sejak aku membawamu ke panggung itu.” Sam Dong berkata dalam pelukannya, “Aku mencintaimu. Dan akan tetap mencintaimu.”

Hye Mi membeku, tak satupun kata yang dapat terucap dari bibirnya. Tak satupun. Sam Dong anak desa itu mencintainya.

 

Sam dong menarik Hye Mi ke pinggiran sungai. Mereka duduk di tepian sungai yang terbuat dari . Malam itu memang indah, bintang terlihat sangat jelas. Tentu saja hal seperti itu tak akan mereka temui di Seoul. Angin malam pun berhembus pelan. Membuat hati mereka berdua bergetar.

“Kau akan kembali ke Amerika?”

Sam Dong menatap air sungai yang berkilau – kilau tertimpa cahaya lampu, “Yah, aku harus kembali membuat album baru.” Sam Dong tersenyum jahil, “Mengapa? Kau akan merindukan ku?”

Hye Mi memukul Sam dong gemas dengan senyuman lebar. “Kau ini…”

“Kau ingat, aku ingin sekali kau menyanyi sebuah lagu yang kau nyanyikan waktu kita pertama kali bertemu.”

“Lagu?” kening Hye Mi mengkerut, ia terlihat mengingat – ingat. “Aku tidak ingat. Lagu apa?”

“Kau lupa? Dulu saat aku harus menemanimu bu….” Hye Mi membekap mulut Sam Dong.

“Yah, aku ingat sekarang dan aku mengerti.”

Sam Dong tersenyum, “Ayolah nanyikan untukku.” Bujuk Sam Dong.

Hye Mi melipat kedua tangannya ke dada. “Tapi….. sekarang aku adalah penyanyi terkenal jadi itu tak gratis. Kau harus membayarku.”

“Baiklah aku akan memberikan apapun dan berapapun yang kau mau.”

“Baiklah….. ehm…ehm….” Hye Mi menata suaranya.

“There’s a song that’s  inside of my soul

It’s the one that I’ve tried to write over and over again

I’m awake in the infinite cold

But you sing to me over and over and over again

So, I lay my head back down

And, I lift my hands and pray

To be only yours I pray

To be only yours I know now you’re my only hope

…………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………….

Singing in all that I’m, at the top of my lungs, I’m giving it back……………”

Hye Mi menoleh kearah Sam Dong, dan laki – laki itu sedang menutup matanya sambil tersenyum.

“Aku suka lagu itu, “  kata Sam Dong seraya membuka matanya perlahan. Lalu ia melihat kea rah Go Hye Mi, “Aku puas. Sekarang kau mau bayaran apa?” tanyanya.

“Mmmmm…….” Bola mata Go Hye Mi berputar – putar, “Aku ingin sesuatu yang istimewa, mmm…. Tidak, tidak. Aku ingin…mmm…..” Hye Mi melirik Sam Dong.

Tanpa di sangka – sangka Hye Mi bergerak kearah Sam Dong dan mencium pipi Sam Dong cepat.

Sam Dong memegangi pipinya,masih agak linglung ia berkata, ” Kau mau dipukuli fans ku ya?”

Hye Mi berdiri akan beranjak pergi, “Tentu saja….” Katanya tertawa riang.

Namun dengan cepat Sam Dong menarik Hye Mi kedalam pelukannya dan mencium bibir lembut Hye Mi.  setiap tarikan napas mereka menambah dalam perasaan mereka yang telah terkubur dalam. Angin malam meniup kedua tubuh mereka. Rasanya seperti sakit yang manis. Mereka tak ingin malam ini berakhir, dengan bulan dan bintang yang menjadi saksi mereka malam itu.

 

Sam Dong berjalan menenteng sebuah tas plastic berisi kotak makanan untuk Hye Mi. Hye Mi mengajaknya bertemu di sebuah café. Namun pertemuan ini juga sekaligus pertemuan terakhirnya dengan Hye Mi karena hari itu adalah hari terakhir ia berada di Korea sebelum ia kembali ke Amerika. Maka dari itu ia membawakan makanan kesukaan Hye Mi. ia  belum pernah merasa bahagia seperti itu.

“Kau sudah kemari?” tanya Go Hye Mi di telepon.

“Ya. Aku sedang berjalan menuju ke café yang kau maksud. Woong Juu mengantarku tadi.”

“Um…baiklah hati – hati semoga tak ada fans yang mengejarmu.”

“Tenang saja. Aku sudah menyamar.”

“Baiklah. Sampai jumpa.” Hye Mi mengakhiri pembicaraannya.

 

“Hye Mii!! Kemarilah.” Panggil seseorang. Hye Mi memasukkan hand phone nya ke dalam tas dan merapikan dirinya.

Hye Mi berjalan ke sebuah tempat duduk di samping kaca di sebuah café. Ia tak sendirian, di depannya ada seorang pria. Ia sangat terlihat santai dengan jas birunya.

“Apakah semua baik – baik saja?” tanya pria itu.

Hye Mi menganguk, “Ya. Semua baik – baik saja.” Hye Mi terbatuk sebentar kemudian ia berkata, “Jadi mengapa kau mengundang ku kemari?”

“Aku ingin mengatakan suatu hal.” Ucap pria itu pendek.

Hye Mi masih menunggu, tapi seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka secangkir  kopi untuk pria itu dan segelas cappuccino dingin untuknya.

“Hal apa itu?” Hye Mi masih menunggu.

Pria itu menunangkan susu kedalam kopinya. “Apa kau terburu – buru?”

“Sudahlah jangan bertele – tele. Apa yang ingin kau bicarakan?”

Pria itu menyesap kopinya. Kemudian ia menatap keluar kaca. Lalu ia menyentuh tangan Hye Mi lalu memegang kedua tangan Hye Mi.

 

 

“Sebentar lagi dan aku akan sampai,” pikir Sam Dong

Ia berjalan kurang lebih 4 meter dari café tempat ia dan Hye Mi akan bertemu. Dengan bersenandung kecil ia menikmati waktu itu. Menatap setiap elemen yang ada sekitarnya dan mengingatnya, untuk jadi sebuah kenangan di benaknya. Langit biru yang berawan, terik matahari, orang – orang berlalu – lalang, angin yang menerbangkan dedaunan, nama café itu “My Coffie”, tangga batu menuju pintu utama café, pintu kaca, jendela kaca, sepasang kekasih yang sedang berkencan di samping kaca.

Namun ia berhenti melangkah, dan mundur 5 langkah sebelum ia mencapai tangga batu. Sejenak ia melihat seseorang yang sangat familier baginya. Tapi siapa? Matanya tertarik untuk melihat lebih dekat sepasang kekasih yang sedang berkencan di samping kaca, ia pun bergerak maju memastikan. Apa yang dipikirkan oleh pikirannya, yaitu Go Hye Mi.

Dan itu benar, sepasang kekasih itu bukan orang biasa itu Go Hye Mi dan seorang pria dengan jas birunya sedang memegang kedua tangan Hye Mi. dunia serasa runtuh se saat, yang semula begitu indah menjadi hitam.

“Apa yang dilakukan Go Hye Mi bersama seorang pria lain? Siapa pria itu? Apakah Go Hye Mi telah mencintai orang lain?” pertanyaan – pertanyaan itu berputar dalam benak Sam Dong, hilang sudah rencana yang disusunnya bersama Hye Mi. bahkan ia berharap tak bertemu dengan gadis itu lagi. Dengan perasaan sedih Sam Dong berbalik pergi.

 

“Apa yang kau lakukan?” tanya Hye Mi terkejut pria itu memegang kedua tangannya.

“Tak bisakah kau memberikanku kesempatan? apakah semua hal yang kulakukan buruk di matamu?”

“Aku tak bermaksud…”

“Aku mencintaimu.” Ucap pria itu singkat.

Hye Mi terkejut, mendengar pria dihadapannya ini berkata seperti itu.

“Cuuuttttt!!!!!” teriak sang sutradara di balik, layar televisinya. “Ya, bagus Hye Mi dan Shi Yuk pertahanbkan untuk besok.”

Semua bertepuk tangan, dan saling member hormat. Hye Mi tersenyum member hormat dan mengucapkan terima kasih kepada setiap krew yang bekerja di lokasi syuting hari itu.

“Hey, tunggu….” Panggil Hye Mi pada pria berjas biru itu, “Jin Guk apa kau ada syuting lagi habis ini?” tanya Hye Mi pada Hyun Shi Yuk temannya, yang juga sama pernah bersekolah di Kirin Arts dan bersama – sama menggapai mimpi mereka.

“Tidak.” Katanya, “Kenapa?”

“Aku ingin kau bertemu dengan seseorang,” Hye Mi memanjang – manjangkan lehernya mencari – cari seseorang. “Seharusnya ia berada disini sekrang. “

Hye Mi menelpon seseorang tapi tidak di jawab. “Aneh, apa yang terjadi?” ia mencoba lagi, tapi kali ini malah panggilanya ditolak, “Kenapa sih Sam Dong?” kata Hye Mi kesal menatap hand phonenya.

“Siapa? Sam Dong? Dia pulang?” Hyun shi Yuk tak percaya.

“Ya, Aku menyuruhnya kemari agar ia dapat bertemu dengan mu .Tapi masalhnya sekarang ia belum sampai dan ia tak mau menjawab teleponku.”

“Ayo, kita cari dia.”

Mereka berdua mencari  Sam Dong keseluruh penjuru café itu namun mereka tak menemukannya. Hye Mi pun berjalan keluar café bertanya kepada beberapa crew.

“Apa kau melihat…mmmm….K kau tahu? K artis itu?” tanya Hye Mi agak bingung.

“Maksud mu K, penyanyi itu kan?” kata salah satu Crew asisten sutradara. “Aku melihatnya tadi saat menuju kemari. Awalnya aku kira itu bukan dia, namun melihat rambutnya yang mencolok dan posturnya itu. Tak akan ada yang bisa tertipu dengan penyamarannya.”

“Kau tahu kemana ia pergi?”

“Entahlah, tiba – tiba saja ia berbalik pergi. Dan meninggalkan bungkusan tas plastic itu.” Kata crew itu menunjuk sebuah tas plastic yang terongok tak ada yang menyentuh di jalan. Hye Mi menggambilnya dan melihat isinya.

“Betul. Itu pasti dia. Ini makanan kesukaanku.”

“Kapan ia pergi?” tanya Hyun Shi Yuk.

“Sekitar 7 menit yang lalu.”

“Kapan itu?” kata Hye Mi memastikan.

“Saat kalian syuting di pinggir kaca itu.”

“Terima kasih atas informasinya.” Ucap Hye Mi dan shi Yuk member salam kepada crew itu.

“Aku rasa ia salah paham.” Kata Hyun Shi Yuk menyimpulkan, “Mungkin saja ia mengira kau sedang berpacaran dengan ku.”

“Benarkah?” Hye Mi memegang kepalanya pusing.

“Kau tahu kemana ia pergi?”

Hye Mi menganggkat kepalanya, “Ini hari terakhirnya di Korea. Aku tahu kemana ia pergi.”

“Kemana?”

“Tolong antarkan aku ke bandara sekarang.”


 

 

Sam Dong menarik topinya kebawah lagi menutupi rambutnya yang pirang kecoklatan ia tak mau digangu fansnya sekarang. Ia sedang duduk sendirian di waiting room bandara, penerbangannya masih 3 jam lagi tapi ia sudah berada di sana. Sedangkan Woong Juu masih di hotel mengemasi barang – barang mereka berdua. Manajernya juga agak terkejut dengan keputusan Sam dong yang mengajukan kebernagkatannya ke Amerika. Tapi itu tak jadi masalah baginya.

Walaupun bukan masalah, namun di dalam hati Sam Dong ada sebuah masalah. Bagaimana mungkin ia melihat gadis yang dicintainya selama 8 tahun ini berkencan dengan pria lain. Itu sangat menyakitkan baginya. Baginya tak ada ruang untuk menyimpan arsip tentang wanita di hatinya lagi. Namun semakin ia berusaha untuk melupakan cintanya, semakin besar rasa cintannya. Akibatnya Sam Dong hanya bisa bergerak – gerak resah tanpa bisa melampiaskannya. Karena bosan ia pun pergi membeli segelas kopi di pantry.

 

 

Hye Mi berlari masuk ke bandara.

“Aku mencari kesana,” tunjuk Hye Mi kearah ruang tunggu, “Dan kau ke sana.” Tunjuk Hye Mi kea rah keberangkatan.”

Mereka pun berpisah denga Shi Yuk. Hye Mi menatap setiap orang, untuk memastikan kalau – kalu salah satu dari mereka adalah Sam Dong. Dan Shi Yuk bertanya kepada security apakah ada artis yang lewat ke pintu keberangkatan, namun tak satupun security yang tahu. Shi Yuk pun berlari kearah lain.

Sam Dong menatap gelas kopinya, saking sibuknya ia tak sengaja menabrak seseorang sehingga kopinya tumpah ke baju mereka berdua.

“Maaf. Maafkan aku.” Kata Sam Dong mendongkat menatap orang yang ditabraknya.

“Tidak apa – apa.” Kata orang itu.

Selintas orang itu tampak familiar, dan itu bukan Hye Mi.

“Jin Guk?” bisik Sam Dong

“Kau tahu,…. Sam Dong?” mata Shi Yuk melebar melihat Sam Dong berdiri di depannya, “Akhirnya….aku telah mencarimu kemana – mana.”

“Apa maksudmu?”

“Aku telah mencarimu bersama HyeMi.”

“Bersama Hye Mi, bagaimana bisa,….sudahlah. aku tak ingin bertemu dengannya.” Kata Sam dong ketus.

“Salah paham. Kau telah salah paham.” Shi Yuk hendak menghentikan Sam Dong.

Sam Dong berjalan pergi, “Apa yang salah paham?”

Shi Yuk mengejar Sam Dong, “Dasar anak desa bodoh.” Umpatnya.”Kau tak mengerti kau kira laki – laki yang bersama Hye Mi siapa?”

“Yah, entahlah aku tak tahu. Mungkin saja itu kekasihnya.”

“Bukan bodoh itu aku. Kau tak ingat, aku memakai jas biru. Kau ingat pria itu? Hye Mi mengundang kau ke café agar kau bertemu denganku. Karena kebetulan aku sedang syuting dengannya.”

“Apa?” Sam Dong menoleh.

“Pria itu aku.” Jawab Shi Yuk.

Tiba – tiba seseorang menabrak tubuh Sam Dong.

“Kau bodoh Sam Dong. Kau Bodoh.” Kata Hye Mi terisak dalam pelukan. “Kenapa kau pergi begitu saja?”

Sam Dong mengangkat wajah Hye Mi yang telah sembab karena air mata.

“Maafkan aku. Aku terlalu bodoh. Melihat mu bersama orang lain membuatku sakit, sadarkah kau betapa aku mencintaimu. Aku terlalu lemah.”

“Maafkan aku. Mengapa aku tak memberitahukan dirimu rencanaku mempertemukan kalian berdua.”

“Maafkan aku.”

“Hal seperti inilah, mengapa membuatku tetap mengkhawatirkanmu sampai kapanpun.”

“Apa sekarang kau masih mengkhawatirkan ku?”tanya Sam Dong bergetar

Hye Mi menganguk, “Ya aku mengkhawatirkan dirimu dan terus akan mengkhawatirkanmu,” katanya masih terisak

“Dan aku muak melihatmu menjadi lelaki bodoh” Hye Mi mempererat pelukannya.

Hyun Shi Yuk melangkah mundur dan berbalik pergi. Ia berjalan gontai untuk kedua kalinya ia kehilangan gadis kecilnya itu. Dengan sakit yang dalam dan penderitaannya 8 tahun terakhir ini ia harus mengalah pada keadaan, tapi ia tak akan berhenti di situ lihat saja waktu yang akan menuntunnya.

Mereka masih bergandengan tangan sebelum Woong Juu datang dan mengkabarkan bahwa para wartawan dan paparazzi telah datang, mereka tak tahu Sam Dong akan berangkat lebih awal.

                “Apakah kau mau menungguku lagi Hye Mi?” Sam Dong memeringkan kepalanya.

                Hye Mi mengerucutkan mulutnya, “Entahlah, tergantung kalau aku  tak tertarik dengan pria lain,”

                Dengan tarikan napas panjang Sam Dong berkata, “Apakah kau menyukaiku?”

                Hye Mi terkejut  dengan pertanyaan Sam Dong, “Entahlah aku tak tahu. Aku rasa sekarang rasa sukaku terhadapmu sudah bertambah menjadi…… 20%,”

                Mulut Sam Dong terbuka ia hendak berbicara namun agak menahannya, “Hanya 20%?”

                Hye Mi menganguk setuju,”Dan aku akan selalu menunggumu. Sampai jumpa.” Katanya berbalik pergi member salam pada Woong Juu dan melembaikan tangan pada Sam Dong.

                Inikah akhir perjalanan Sam Dong bersama Hye Mi ,tidak tentu saja tidak. Ini baru pernulaan untuknya. Masih banyak sekali cerita yang menunggunya. Memulai babak baru.

K hanya menatap foto lusuh itu dengan penuh kenangan yang tak mungkin ia lupakan setelah 2 tahun lebih,  dia berjuang dengan ke 5 kawannya di Kirin Arts. Ia tersenyum saat ia menatap salah satu gadis yang ada di sampingnya itu. Ia masih ingat saat ia memanggil gadi itu “Gadis Jahat”.

                “Aku rindu padamu,” gumam K.

                Seorang lelaki tambun membawa sebuah walkie talkie masuk ke ruang rias itu.

                “Are you okay?” tanya lelaki itu.

                K menoleh dan tersenyum, “MM… I’m okay.”

                “ 5 minutes, okay?” lelaki itu mengingatkan.

                K menganguk. Seraya menaruh foto itu di depan kaca rias di samping garpu tala kesayangannya itu. Ia memandangi wajahnya yang telah di bubuhi make up emas, semuanya untuk gadis itu, hanya untuk dia ia melakukan semua hal ini. Satu show lagi dan dia akan kembali pada gadis itu.

 

                “Great! Really Great Key,” ucap lelaki tadi menepuk – nepuk bahu K setelah ia turun dari panggung.

                “Thank’s. “ K menerima salaman dari krew lain yang ada di balik panggung.

                “You always to be the greatest one.” Ucap seseorang perempuan yang merupakan director panggung.

                K memberikan salam, ia adalah Yuri wanita itu juga berasal dari Korea sepertinya. Dan ia lebih tua dari pada K.

                “Hai nuna,”

                “Kau akan pulang ke Korea?” tanya nuna pada K.

                K hanya menatap nunanya itu meminta pengertian, “Aku rasa ini adalah show ku terakhir di eropa, sebelum pengarapan albumku yang selanjutnya. Bukankah seperti itu?”

 Yuri hanya mengganguk mengiyakan, dan menyembunyikan senyumnya.

“Kenapa, ada yang salah?” tanya K lagi, melihat noonanya itu tersenyum sendiri.

“Apa kau pulang karena rindu Korea atau karena gadis yang selalu kau pandangi di foto lusuhmu itu?” goda Yuri.

K terkejut pipinya memerah walapun tertutup make up emasnya, “Eh….kenapa nuna bertanya hal itu?”

“Ah….sudahlah tak usah malu.”

K tersenyum dengan lega, ia tak menyangka nunanya itu tahu hal – hal seperti itu.

“Yah, aku pulang karena kedua hal itu kurasa.”

K membuka pintu ruang rias dan masuk. Sedangkan Yuri berdiri di depan pintu.

“Baguslah,” ucapnya singkat.

“Noona, apakah kau tidak pulang?” tanya K.

Yuri mengeleng, “Tidak, entah kapan aku bisa pulang.” Jawab Yuri tersenyum kecut, lalu berjalan pergi meninggalkan K.

Entah mengapa Yuri tak mau pulang, bahkan K selama 8 tahun ini tak pernah tahu apa penyebab noonanya itu tak mau pulang.

 

K tertidur selama perjalanan pulang ke Korea. Sungguh panjang dan melelahkan, K sendirian hanya bersama Woong Juu managernya. Ia benar – benar tak sabar ingin menghirup udara Korea lagi, semuanya gedung – gedung yang menjulang tinggi, jalanan Korea. Dan yang paling ia rindukan adalah ibunya beserta teman – temannya Jin Guk, Go Hyemi, Pill Suk, Jason dan Bae Hee.

“Hey bangun,” bisik seseorang di telinga K, ia juga mengoyang – goyangkan badannya. Tentu saja itu Woong Juu manager K, sudah 5 menit lebih ia mencoba membangunkan K.

“Hey babi bangun!” ia memegangi kepala K dengan kedua tangannya.

K membuka matanya perlahan, “Mengapa kau membangunkan aku?” kata K gusar.

“Walaupun kau sudah jadi penyanyi terkenal tapi kebiasaan mu itu tak bisa hilang. Cepat bangun!”

“Aku kan sudah bilang padamu kalau sudah sampai di Korea bangunkan aku,” kata K kembali menutup matanya.

“Lalu untuk apa aku membangunkanmu? Sebentar lagi kita akan sampai di Korea, dan k au akan menampilkan wajah jelek mu itu di kamera. Tentu saja akan banyak wartawan yang menunggumu.”
                K langsung bangun, “Benarkah ?”

“Tentu saja Song Sam Doong. Pergi sana perbaiki penampilanmu.”

Sudah lama sekali tak ada yang memanggil namanya itu, Song Sam Doong. Selama ini orang – orang memanggilnya dengan nama panggungnya K. Bahkan managernya sendiri yang juga orang Korea.

 

K memakai sebuah switer tebal berwarna abu – abu dengan jaketnya berwarna hitam saat keluar dari boarding past bersama Wong Juu di sampingnya. Benar saja tiba – tiba langsung banyak sekali wartawan dan para fansnya yang mengerumuninya. Para wartawan melontarkan berpuluh – puluh pertanyaan tentang kepulangannya ke Korea dan para fans meneriakkan namanya ,untungnya ia sedang tak menggunakan alat pendengarannya. Jadi ,ia tak mendengar hiruk pikuk suasana bandara sore itu.

                K hanya memberikan senyuman panjang dan melambaikan tangannya pada semua orang sebelum ia masuk ke mobil yang menjemputnya di bandara. Lalu ia menggunakan alat pendengarannya lagi di dalam mobil.

                “Kita akan pergi ke mana?” tanya K.

                “Tentu saja ke hotel tempat kita menginap.”

                K cemberut,” Membosankan,”

                “Kau punya ide lain?” Wong Juu menatap K kesal.

                “Tentu saja tidak,” K merebahkan diri ke kursi mobil, tapi ia langsung duduk tegak kembali. “Aku ingin menelpon seseorang.”

                “Siapa yang ingin kau telepon?”tanya Wong Juu selidik.

                “Itu bukan urusanmu.” K meraih handphonenya dari tangan Wong Juu dan mencari nomor telepon seseorang, setelah itu ia menelponnya.

                Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya ia tersambung dengan orang itu.

                “Hallo, siapa ini?”

                “Kau tak kenal aku?” jawab K, “Aku artis terkenal.”

                “Mana mungkin artis terkenal menelponku. Sudah jelas kau bohong.”

                K tertawa, “Aku rindu padamu…” katanya kemudian, “Aku sangat merindukanmu ibu.”

                “Sam Doong?!!! Itukah kau!!!” jerit ibunya.

                “Tentu saja ibu, siapa lagi? Ini aku Sam Doong anakmu satu – satunya.”

                “Aku juga rindu padamu. Kenapa kau tak mengabari jika kau akan pulang?”

                “Aku akan memberikan sureprise bu, tapi itu gagal sepertinya.”

                “Tunggu apa itu su…suu.. apa itu?”

                K kembali tertawa mendengar kebingugan ibunya, “Sureprise itu bahasa Inggris, artinya kejutan.”

                “Ah…kau ini. Kau tahu Sam Doong aku tak tahu bahasa itu.Eh…lalu, Kenapa kau tak pulang ke rumah?”

                “Aku baru sampai bu, mungkin besok atau besoknya lagi. Karena masih ada banyak sekali hal yang harus ku urus di Seoul.”

                “Oh…anak ku……aku ingin sekali menangis. Melihat kau bernyanyi di atas panggung. Semua orang kini mengenalmu.”

                K  terharu mendengar suara ibunya.

                “Dan kini kau memiliki dialek yang berbeda.”

                “Ya bu, aku sudah belajar banyak sekali dialek.”

                “Ya sudahlah. Aku tahu kau pasti lelah sekali, sana istirahatlah. Kalau kau akan pulang kabari aku. Akan ku masakan makanan kesukaanmu.”

                “Baiklah ibu, sampai jumpa.”

                K menutup teleponnya dan melemparkan handphonenya pada Wong Juu. “Sudah puas kau sekarang. Kau sudah tahu kan siapa yang ku telepon.”

                “Ya aku tahu, ibu mu tersayang.” Wong Juu melemparkan sebuah botol mineral pada K. “Kau akan pulang ke rumah?”

                K mengganguk sebelum ia meminum isi botol itu.

                “Itu artinya kau harus pintar mengatur waktu. Disini kau juga akan sibuk ada beberapa acara talk show dan sebuah show yang harus kau isi.”

                “Mulai kapan aku harus syuting?” tanya K.

                Wong Juu mengamati catatan di I – pad nya. “ 2 hari lagi, jadi kuarasa besok kau bisa bebas.”

                “Benarkah,” kata K tak berselera.

                “Kau mungkin ingin pergi ke suatu tempat?”

                “Tidak, aku tidak ingin kemana – mana.”

                “Sungguh?”

                K menganguk menatap Wong Juu.

                “Ya sudah. Kau yang rugi.”

 

 

                “Hey, noona. Apakah kau tak rindu dengan Sam Dong – Oppa?” tanya Hye Song saat ia dan noonanya Go Hye Mi sedang makan malam.

                “Hmmm…..” Hye Mi melirik Hye song sebentar kemudian mengaduk mie yang ada di mangkuk di hadapannya.

                “Kau tak rindu padanya?” lanjut Hye Song.

                Tanpa melihat ,Hyemi berkata, “Sudah makan sana.”

                “Ia terlihat keren nuna. Tidak seperti dulu.”

                “Ya, aku tahu.”

                “Aneh seharusnya ia bertemu dengan mu. Aku tahu ia pulang ke Korea karena ia rindu padamu.” Kata Hye Song yakin.

                Hye Mi meletakkan sumpitnya agak kasar, “Cepat sana makan!” ia menatap Hye Song galak.

                “Ya, ya aku makan.” Hye Song mulai memakan mienya sambil mengerutu. “Dari dulu tak pernah berubah.” Gerutunya.

 

 

                Malam itu Sam Dong menatap malam di kota Seoul di balkon kamar hotelnya. Masih sama seperti dulu. Ia tak bisa melihat bintang. Ketika ia pertama kali datang di Seoul, tak ada satupun bintang yang ia temui.

                “Hey, K. kau tak ikut denganku?!” tanya Wong Juu berteriak dari luar hotel. Kebetulan kamar Sam dong di lantai dua. Jadi ia bisa melihat Wong Juu tak sendirian ia bersama dua orang temannya.

                “Kau mau pergi ke mana?” tanya Sam Dong.

                “Aku akan pergi makan ke sebuah acara. Kau mau ikut?”

                Sam Dong terdiam, ia juga bingung mau menjawab apa.

                “Dari pada kau melamun menatap bulan, lebih baik kau ikut aku.”

               

                Sam Dong mengikuti Wong Juu bersama kedua temannya masuk ke sebuah gedung yang nampaknya elit sekali karena di luar pintu masuk penjagaan ketat dipasang memeriksa setiap orang yang masuk. Walaupun banyak tamu antre di depan pintu, Wong Juu dan ia bisa masuk dengan mudah.

                “Hey, aku mau pergi dengan teman – temanku. Kau bisa menjelajahi tempat ini. Have fun!” kata Wong Juu pergi meninggalkan Sam Dong begitu saja.

                Insting Sam Dong telah meramalkan hal ini sebelumnya. Ia akan di tinggal sendirian disini. Ya, gedung ia tampak ramai dengan penuh sesak orang yang berlalu lalang berbicara dengan nada yang tinggi dan keras. Bahkan Sam Dong nyaris tidak bisa mendengar kalau tidak tanpa bantuan alat pendengarannya karena music di setel dengan volume yang amat keras.

                Ia berjalan kearah meja tempat makanan di letakkan. Dan ia mengambil beberapa hidangan yang di sajikan. Namun belum sempat ia menelannya, Sam Dong telah memuntahkan semuannya. Makanan itu tak lebih enak dari makanan yang dibuatkan ibunya.

                “Hey, bukankah kau itu K. Artis terkenal itu?” tiba – tiba seorang wanita menggunakan gaun berwarna hitam sepanjang paha tanpa berlengan mendekatinya.

                Sam Dong terkejut dengan kehadiran wanita itu. “Bukan, bukan aku. Kau salah orang.” Kata Sam Dong melengos kearah lain.

                Namun wanita itu sudah merangkul bahunya. Dan menatap wajahnya secara seksama. “Ya, kau K.”

                Sam Dong terus menghindar dari tatapan wanita itu. “Tidak Kau salah. Pasti kau mabuk ya.” Ia akan melangkah pergi namun wanita itu menahannya.

                10 menit kemudian tiga wanita lain sudah mendekatinya. ini benar – benar sebuah kesalahan besar. Bisa – bisanya ada orang yang mengenalinya di tempat gelap seperti ini. Mungkin esok Sam Dong akan menyewa body guard untuk melindunginya disini. Ya ia punya saat di Amerika, tapi disini tidak. Mungkin belum, karena ia dan managernya belum mendapatkan body guard yang sesuai untuk dirinya.

                “Sudah – sudah  ladys. Bukan waktu yang tepat menggangunya. Dan aku rasa kalian salah, dia teman ku Song Sam Dong.” Kata seseorang memisahkan wanita – wanita itu dari Sam Dong.

                “Yah, aku kira dia K.” kata salah satu wanita itu kecewa dan berjalan pergi.

                Sam Dong melihat seorang pria dengan rambutnya setengah berdiri dan pakaiannya yang eksentrik berdiri di hadapannya.

                “Kau siapa?” tanya Sam Dong memincingkan matanya.

                “Kau lupa aku Sam Dong?” kata pria itu, “Aku Jason. Kau lupa?”

                Mata Sam Dong melebar. “Jason? Ya tuhan. Apa kabar?” ia menyalami Jason dan memeluknya hangat. “Sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabarmu?”

                “Yah, seperti yang kau lihat.” Jason berputar memperlihatkan dirinya.

                “Aku rasa itu artinya bagus.”

                “Untuk berapa lama kau disini?”

“ Entahlah, mungkin aku bisa minta untuk tinggal 3 minggu.”

“Ide yang bagus,” kata Jason mengangguk – angguk.

Sam Dong melihat kesekeliling. “Aku tak suka tempat ini,”

“Ya aku tahu, ini bukan selera mu dari dulu. Tapi kau mungkin mau minum segelas anggur sebelum pergi?”

Sam Dong menggeleng cepat. “Tidak, tidak akan.”

Anggur atau wyne bukan minuman asing bagi Sam Dong hamper seluruh teman – temannya di Amerika meminumnya di setiap pesta. Tapi tidak dengan Sam Dong ia amat ingat kejadian beberapa tahun silam saat noona Mr. Kang mabuk setelah minum anggur dan membuatnya jadi gila. Ia bersumpah tidak akan meminumnya.

“Baiklah kalau begitu kita pergi sekarang. Akan ku ajak kau ke suatu tempat, pasti kau suka.” Jason merangkul Sam Dong pergi.

 

“Taran! Ini tempatnya,” Jason berhenti di dekat sebuah restoran jepang.

“Apa ini?” Sam Dong mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil Jason membaca restoran Jepang itu. “Restoran?”

Jason keluar dari mobil dan berjalan mendahului Sam Dong. “Ya, kau tahu. Ayo masuk.”

Restoran itu masih agak ramai walaupun waktu malam sudah hamper larut.

“Kau duduk disini. Aku yang akan pesankan, oke?”

Sam Dong duduk sambil memandangi segala macam yang ada di dalam restoran itu. Seorang foto gadis cantik dengan ukuran agak besar di pajang di dekat pintu masuk.

Jason sudah kembali namun tak membawa apa – apa. “Aku punya kejutan untuk mu,” katanya tersenyum lebar. “Taran!!!”

Lalu muncul seorang gadis yang cantik. “Hai Sam Dong. Apa kabar?” kata gadis itu melambaikan tangannya pada Sam Dong, “Kau masih kenal aku kan?” tanya gadis itu melihat Sam Dong yang tak bereaksi.

“Kim…. Pill…. Suk?” Kata Sam Dong ragu – ragu, yang dia ingat terakhir kalinya. Kim Pill Suk cantik dengan badan langsingnya, namun sekarang ia tetap cantik namun ia kembali kelebihan berat badan.

“Iya, ini aku Kim Pill Suk. Kau tidak percaya?”

Sam dong tersenyum, “Tentu saja aku masih ingat.”

Pill Suk duduk di hadapan Sam Dong dan dengan semangat ia bertanya, “Ceritakan pada kami bagaimana perjalananmu selama di sana?”

Sam Dong menggaruk kepalanya. “Menghabiskan banyak waktu untuk menceritakannya.”

Ayah dan ibu Pill Suk datang membawa sebaki penuh sushi dan menghidangkannya untuk mereka bertiga.

“Makanlah, semoga kalian menyukainya.” Kata ayah Pill Suk tersenyum.

“Ya, nikmatilah.” Kata ibu Pill Suk memepersilahkan.

“Baik, terima kasih,” Sam Dong menganguk.

 

Sam Dong terbangun, cahaya temaran lampu duduk di pojok kamar tidurnya masih menerangi kamarnya. Pagi sudah datang bahkan cahaya matahari sudah masuk lewat celah – celah gorden jendelanya yang masih terbuka sedikit. Ia bangun dan menuju kamar mandi. Namun ia terkejut saat melihat seseorang sedang tidur di sofa. Ia menggenakan setelan jas lengkap. Sam Dong mendekatinya, ternyata itu adalah Wong Juu. Tiba – tiba ide jahil terlintas di otaknya, ia menarik cepat bantal yang digunakan Wong Juu tidur dan bersembunyi.

“Ngghyhgyhbhgh…………” gumam Woong Juu.

“Bangun bodoh!” teriak Sam Dong.

Wong Juu bangun dari tidurnya ia mengosok – gosok matanya, “Aku mencari dirimu semalaman, karena kau hilang  begitu saja.” Ia menguap lebar.

“Tentu saja ,kau meninggalkan aku sendirian.” Sam Dong duduk disamping Wong Juu. Sam Dong mencium bau sesuatu, “Kau mabuk ya tadi malam?, kau sangat bau,” Sam Dong memencet hidungnya.

Wong juu tertawa seperti orang mabuk,” Tentu saja aku mabuk. Dan sekarang aku pusing,” ia memegang kepalanya. “Kau tak mau pergi ke suatu tempat?”

Sam Dong memandangi Wong Juu,”Yah, aku akan pergi ke suatu tempat.”

“Akan ku temani, banyak orang yang mengenal mu rupanya. Dan bodohnya aku tidak menyewa body guard untuk keamananmu.”

“Tidak, tidak usah. Aku akan pergi sendiri.” Sam Dong berjalan pergi ke kamar mandi.

 

Ia menatap bangunan itu, bangunan itu tak berubah sedikitpun. Hanya warnanya yang berubah  dan sedikit perbaikan di sana – sini. Sam Dong mendekati sebuah papan yang ditempeli beberapa pengumuman. Salah satunya sebuah konser ke 100 seorang alumni dari Kirin Arts School yang digelar beberapa bulan yang lalu.

“Mengapa kau menatapnya terus?” tanya seorang gadis yang telah berdiri di dekat Sam Dong ia menggunakan seragam Kirin.

Sam Dong agak terkejut dengan kedatangan gadis itu. Untung saja ia sudah menggunakan jaket dengan leher tinggi dan berkacamata serta sebuah topi yang menutupi seluruh rambutnya, sehingga tak aka nada satupun orang yang mengenalinya.

“Apa?”

“Mengapa kau menatap foto perempuan cantik itu?”

“Aku? Tidak aku, tidak menatapnya.”

“Asal kau tahu saja ia itu penyanyi terkenal, dan ia adalah kakak ku kau tahu. Aku tak bohong.”

Sam Dong menatap gadis itu dengan seksama,”Dia kakakmu?”

“Umm…” ia mengganguk, “Tentu saja.”

Sam Dong tahu, gadis itu pasti Go Hye Sung. Ia sudah tumbuh besar.

“Go Hye Song?”

Anak itu terkejut namanya disebut, “Kau tahu namaku dari mana?”

Sam Dong menunjuk dengan dagunya, “Itu di bajumu.”

“Ohhh…….”katanya lega, namun ia melirik Sam Dong lagi,“Kau siapa? Dan untuk apa kau datang kemari?” tanya Hye Sung

“Aku? Untuk apa ya?”

Hye Sung mulai Nampak tak sabar.

 

“Apakah terlambat? Apakah terlambat? Aku harap tidak.”  kata Go Hye Mi dalam hati. Ia buru – buru keluar dari mobil managernya. Ia sibuk dengan tas tangannya yang cukup besar. Sepatu hak tingginya mengetuk – ngetuk lantai lorong. Ketika ia sampai di tempat yang ia tuju, ia terdiam mengamati tak ada satupun orang yang ada di sana. Yah, kesimpulannya ia telah terlambat.

Ketukan sepatu hak tingginya pun semakin terdengar semakin nyaring saat ia mulai mempercepat langkahnya. Sambil berjalan ia menggambil handphonenya dan menelpon seseorang. Namun setelah beberapa menit tak ada yang menggankat panggilannya.

“Ssshhh…!” desisinya, “sial!” umpatnya, ia kembali mendekatkan handphonenya ke telinga untuk mencoba menelpon ketiga kalinya. Namun tetap tak ada yang menjawab.

Tiba – tiba Ji Yuu managernya telah menelponnya, ia pun menangkatnya kesal.

“Hallo? Mengapa kau lama sekali?” managernya terdengar tak sabar.

“Aku terlambat.”

“Lalu?”

“Aku sedang mencarinya,” Hye Mi menuruni tangga, “Kalau aku menemukannya, akan ku bunuh dia,”

Go hye mi meihat seorang gadis yang sedang berdiri di depan sebuah papan pengumuman, namun ia tak bisa melihatnya dengan jelas karena hampir separuh badan gadis itu terhalang sebuah pohon.

“Tunggu…..sepertinya aku menemukannya,”

“Baiklah aku tunggu.” Lalu managernya itu menutup sambungan.

Dengan langkah tergesa – gesa namun anggun, Hye Mi berjalan kea rah gadis itu. Ternyata ia tak sendirian, ia bersama seseorang yang lebih besar darinya. Mereka berbincang – bincang dan entah kenapa ia yakin gadis itu adalah adiknya Go Hye sung. Dan iapun mempercepat langkahnnya.

 

“Hey, aku tahu kau,” kata Hye Sung kemudian.

“Aku? Kau yakin?” goda Sam Dong.

Tanpa disangka – sangka Hye Sung meraih kacamata Sam Dong dan melepasnya tanpa bisa di cegah lagi. Hye Sung terkejut demi apa yang ia lihat.

“Kau?” katanya ragu – ragu.

Dengan cekatan Sam Dong meraih kacamata hitamnya dan mengenaknnya lagi. “Kau tidak tahu aku.” Katanya ketus.

“Kau….kau …K bukan? Kau K! K! yang baru saja datang itukan?”

Melihat situasi ini, Sam Dong buru – buru pergi, namun dengan cepat Hye Sung menghalanginya. “Kalau kau pergi aku akan berteriak kau adalah K.” ancamnya.

“Coba saja.” Tantang Sam Dong.

“HEY SEMUANYA DISINI ADA K!!! K!!! PENYANYI TERKENAL ITU!!! DIA SAM DONG – OP….”          seseorang membekap mulut Go Hye Sung dari belakng.

“Hey! bisakah kau tutup mulut mu yang besar itu?!” bungkam Go Hye Mi.

Hye sung berbalik dan terkejut, “Noona?!”

“Ayo, pulang aku sudah mencarimu kemana – mana,” Hye Mi menarik tangan adiknya itu.

Namun Hye Sung menahannya, “Tunggu noona, apakah kau tidak rindu dengan Song  Sam Dong – Oppa?”

Go Hye Mi berhenti, bahkan ia tak bergerak mendengar itu. Ia melepaskan pegangannya dan menarik napas lelah. Lalu ia berbalik dengan perlahan. Menatap orang yang sedari tadi bercakap – cakap dengan Hye sung.

Sam Dong melepaskan kacamatanya dan topi yang sedari tadi ia pakai. Rambut pirang kecoklatannya pun terlihat mencolok. Sam Dong benar – benar merindukan gadis itu, yang sudah tak ia temui sejak 8 tahun yang lalu.

“Hai…” sapa Sam Dong tersenyum sambil melangkah mendekati Hye Mi. Hye Sung menjauh memberikan ruang bagi kedua orang itu. “Sudah lama tak bertemu.” Sam Dong mencoba mencari kata – kata yang tepat, namun saat ini tak satupun ucapan yang terpikirkan olehnya.

“Ya, sudah sekitar 8 tahun.” Ucap Hye Mi menganguk – angguk. “Mengapa kau kemari?” tanyanya kemudian.

Sam Dong mengeleng dan tersenyum, “Aku hanya ingin melihat – lihat. Mengingat – ingat masa lalu.”

“Begitukah?” Handphone Hye Mi berbunyi saat itu, ternyata itu sms dari manajernya yang menyuruhnya untuk bergegas. Dengan agak terpaksa Hye Mi berkata, “Senang sekali bisa bertemu dengan mu lagi, tapi aku harus bergegas pergi. Sampai jumpa.”

Hye Mi akan berbalik pergi namun Sam Dong menghentikannya, “Ada banyak hal yang ingin aku bicarakan denganmu, bisakah kita bertemu lagi? Mungkin……kita bisa makan malam bersama?” hanya ajakan itulah yang ia ketahui untuk mengajak seorang gadis berkencan, saat ia di Amerika dulu.

Hye Mi terlihat ragu, “Entahlah, sepertinya aku akan sibuk beberapa hari ini?”

“Omong kosong, tentu kalian bisa makan malam bersama.” Tukas Hye Sung, “Ini nomor teleponnya hubungi aku dan kupastikan makan malam kalian akan berjalan lancar.” Hye Sung memberikan id card pada Sam Dong.

“Apa – apaan kau ini?” Hye Mi memelototi Hye Sung, “Baikalah Sam Dong, Sampai jumpa.” Kata Hye Mi tersenyum lebar dan berbalik pergi menarik paksa Hye Sung dan memarahinya habis – habisan sepanjang jalan.

 

“Aku tak akan pergi. Tak akan.” Tegas Hye Mi esoknya saat Hye Sung bilang padanya bahwa ia sudah mengatur rencana makan malamnya.

“Kenapa? Ini adalah hadiah yang tak akan kau dapatkan untuk kedua kalinya. Jadi… pergilah!”

“Tidak aku tidak mau. Kau saja.”

Hye Sung duduk dihadapan noonanya itu. “kau punya masalah dengannya?”

“Tentu saja tidak. Kami berteman baik.” Hye Mi meniup poninya kesal,”Kau tak akan mengerti.” Lalu Hye Mi melangkah pergi.

“Asal kau tahu aku tak akan membatalkan janji itu, biar saja ia menunggu kakak.”

 

 

Sam Dong mematut dirinya di depan kaca toilet restoran tempat yang dipilihkan Go Hye Sung untuk acara makan malamnya denga noonanya itu. Ia tersenyum saat ia teringat Wong Juu manajernya bertanya padanya, “Mau kemana kau memakai baju setelan jas formal seperti itu?” Lalu ia menjawab, “Ini malam yang istimewa kau tak akan tahu siapa yang akan kau temui.” Lalu Wong Juu berkata, “Kau tak pantas memakai setelan jas itu.” Yah itu memang benar, akunya ia memang lebih pantas memakai karung bekas yang dijahitnya sendiri. Ia melirik arlojinya yang sudah menunjukan jam setengah delapan malam namun belum Nampak batang hidung Go Hye mi.

Hye Mi melirik jam di handphonenya, sudah pukul setengah delapan malam. Beberapa gaunnyapun sudah bertebaran di atas kasurnya. Bukan waktu yang tepat untuk bimbang dan bingung. Hye Sung masuk ke kamarnya mengejutkan noonanya itu.

“Sudah ku duga kau tak akan mengecewakan Sam Dong – oppa.” Ia duduk di pinggiran ranjang Go Hye Mi, “Dan kau tak perlu repot untuk tampil cantik.”

“Apa? Aku tidak..”

“kau akan tetap menjadi perempuan tercantik baginya.”

Go Hye Mi menyerah,”Baiklah kau punya ide yang lebih baik?”

“Tentu saja.”

 

“Terima kasih kau sudah datang.” Ucap Sam Dong, ketika Hye Mi duduk di hadapannya.

“Aku tak tahu Hye Sung memilihkan tempat seperti ini.” Hye Mi memandang sekeliling meja dinner – nya. Sebuah lilin menyala di tengah – tengah meja. Di luar Nampak sungai yang gelap namun indah karena lampu – lampu yang menghiasai tepiannya. Dan seorang biolist memainkan biolannya.

“Ya, aku juga. Bahkan aku tak pernah makan di tempat seperti ini.” Kata Sam Dong datar.

Go Hye Mi menatap Sam Dong tak percaya namun tak berkata apa – apa.

“Kau cantik malam ini.” Ujar Sam Dong spontan, melihat Go Hye Mi menggunakan gaun terusan berwarna biru yang indah.

Pipi Go Hye Mi merona merah. Lalu stelah itu detik demi detik mereka habiskan hanya untuk saling bertukar cerita tentang 8 tahun terkhir ini. Hingga akhirnya Hye Mi berbisik, “Bisakah kita pergi dari sini? Aku ingin jalan – jalan keluar?”

“Tentu saja.” Sam Dong ikut berdiri menggambil jaket untuknya dan untuk Go Hye Mi.

 

“Jadi apa yang kau lakukan akhir – akhir ini, sebelum kau pulang?” tanya Go Hye Mi berhenti di jembatan yang ada di sungai di depan restoran tadi.

“Seperti biasa world tour ke sejumlah kota dan Negara. Dan yah begitulah….”

“Kau bosan?”

Sam Dong menghela napas, “Terkadang, tapi melihat para krew yang semangat, aku juga ikut bersemangat.”

Go Hye Mi benar – benar tak percaya orang yang ada di hadapannya itu Song Sam Dong, anak desa yang tak berharga baginya itu. Kini telah menjadi super star. Dan ia berpikir apakah anak itu masih sebodoh yang dulu. Selintas pikiran jahil menghampiri kepalanya.

“Bisakah kau  bantu aku naik ke pembatas jembatan ini,” pinta Hye Mi yang dituruti Sam Dong tanpa curiga sedikit pun. “Aku ingin bernyanyi untuk mu, seperti ini…..” ,“seperti ini, aku akan pura – pura jatuh ke sungai. Dan kita lihat apakah kau bisa menolongku. Aku akan pura – pura tengelam.”

Go Hye Mi mulai bersenandung, namun tiba – tiba ia terjungkal kebelakang dan jatuh ke sungai. Badannya menghempas ke dalam sungai, namu ia timbul di permukaan.

“Tolong!! Tolong!!!” teriaknya.

Sam Dong yang melihat itu bingung bukan main. “Tunggu Hye Mi aku akan menolong  mu!” Sam Dong langsung berlari ke tepi sungai melepas sepatu dan jasnya.

“Tolong!!!” teriak Hye Mi namun lama – kelamaan dadanya sesak, semuanya menjadi dingin. Kakinya tidak bisa di gerakkan. Di suhu yang seperti ini, sungai – sungai di Korea pun bisa memebekukan manusia. “Bodoh! Bodoh! Bodoh!” rutuknya pada dirinya sendiri. Saat tiba – tiba sesuatu yang besar masuk ke dalam air sungai, dan semuanya menjadi gelap dan berat.

Sam Dong menarik tubuh Hye Mi ke tepi sungai, dingin bukan main rasanya ia akan membeku sebentar lagi. Lalau beberapa menit kemudia ia sudah menarik tubuh hyemi ke tepian menutupi tubuhnya dengan jasnya.

“Bangun Hye Mi!!” teriaknya memegangi kedua pipi Hye Mi. Namun Hye Mi diam ia tak menyahut, Sam Dong pun semakin kalang kabut, “Hye Mi apa yang terjadi padamu?! Bangun!”

Ia teringat adegan penyelamatan seorang penjaga pantai kepada seseorang yang tengelam. Sam Dong menekan- nekan dada Go Hye Mi entah itu benar atau tidak. Namun tak keluar sedikit pun air keluar dari mulut Hye Mi seperti yang ia ingat di adegan penyelamatan itu.

“Bagaimana ini?” kata Sam Dong pada dirinya sendiri, ia mencari – cari hand phonenya.”Tak mungkin aku menunggu ambulan datang,”

Ia menelpon manajernya Woong Juu, “Angkat! Angkat! Angkat!” Sam Dong masih mencoba menekan – nekan dada Hye Mi, “Hai, Hyong.”

“Hai, Sam Dong? Ada apa?”

“Go Hye Mi tengelam, bagaimana ini? Ia tak sadarkan diri cepat Hyung!”

“Cepat berikan napas buatan!!!”

“Hah…bagimana, aku tidak….”

“Sudah lakukan saja, berikan napas buatan dari mulutnya,” potong Woong Juu, “Sekarang atau dia tak tertolong.”

Dengan ragu – ragu Sam Dong mendekat kea rah wajah Hye Mi,ia mendekat kan mulutnya  ke mulut Go Hye Mi. Jantungnya berdekup kencang Ia tak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya. Namun belum sampai ia menyentuh bibir Go Hye Mi, sesuatu menampar pipinya.

“Aku masih sadar bodoh,” suara lemah Go Hye Mi terdengar

“Tapi kau tadi pingsan…”

Go Hye Mi bangun. “Aku hanya kedinginan. Memangnya aku bodoh tidak bisa berenang.”

“Tapi kau benar – benar pingsan tadi, sekarang ambulan menuju kemari,”

“Aku tidak butuh ambulan. Aku mau pulang.” Go Hye Mi mencoba berdiri dibantu Sam Dong.

“Aku akan membantumu pulang,” Sam dong memapah Hye Mi. namun Hye Mi berontak melepasakan pegangan Sam Dong.

“Aku mau pulang sendiri. Dan aku tak butuh bantuan mu.” Go Hye Mi berjalan terhuyung – huyung ,namun beberapa langkah kemudian ia limbung ke tanah dan tak sadarkan diri lagi.

 

“Tit, tit, tit, tit.” Suara itu membangunkan Hye Mi dari tidurnya.

Dimana ia sekarang? Sedang apa? Mengapa ia ada disini? Pertanyaan itu terus - menerus berputar – putar dalam otaknya. ia sedang terbaring di sebuah bangsal mengenakan piama berwarna biru. Dan sebuah selang infuse tertancap di punggung tangannya.

“Kau sudah sadar?” tanya seseorang, ternyata itu Ji Yuu manajernya.

Dan Hye Mi kembali ingat mengapa ia ada di rumah sakit sekarang. Semalam dengan bodohnya ia melompat ke sungai yang dapat membekukan tubuhnya. Dan itu sangat memalukan karena ide jahilnya yang konyol itu gagal total. Benar – benar senjata makan tuan.

Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling namun ia tak menemukan Sam Dong, hanya ada Ji Yuu di sana. Yah, memangnya siapa dia, hingga K harus menungguinya? Pikirnya.

“K menunggu mu sepanjang malam, tapi ia harus naik panggung pagi ini. Jadi ia pergi….” Ucap Ji Yuu sambil membaca sebuah tabloid di tangannya. “Kau kecewa ia tak menemanimu sekrang?” ji Yuu tersenyum melihat Hye Mi

“tentu saja tidak.” Ia memperbaiki tatanann rambutnya, “Aku pasti jelek sekali.” Katanya berbisik.

Beberapa hari kemudian Go Hye Mi sudah bisa beraktivitas seperti biasa, ia sedang memperbaiki riasannya di depan kaca tempat make up artist di sebuah stasiun televisi swasta, saat ia melihat televise di sudut ruangan make up. Yang menampilkan acara talk show yang sedang berlangsung di satsiun televisi itu juga.

“Pertanyaan yang terakhir untuk K. Dengan jam terbang tinggi mu, apakah kau sudah memiliki kekasih?”

K tersenyum setelah mendengar pertanyaan itu. “Aku belum memiliki kekasih.”

“Ha!” kata sang host acara, “Hey, ladies kalian memiliki kesempatan yang besar untuk menjadi kekasihnya, bukan kah seperti itu K?”

“Ya, tapi……”

Hye Mi mematikan televise itu, entah mengapa ia menjadi kesal. “Memuakan.” Lalu ia berdiri membawa baju gantinya.

“kau mau kemana?” tanya Ji Yuu

“Aku mau berganti baju, dan cepat – cepat pergi dari sini.” Katanya terlihat bosan dan pergi.

Setelah itu Hye Mi berjalan menyusuri koridor untuk keluar dari gedung televise itu bersama Ji Yuu sambil mendengar music yang mengalun dari handphonenya. namun langkah kaki yang semula hanya terdengar dua langkah kaki kini menjadi lebih banyak.

Sam Dong memastikan bahwa dua orang wanita yang berjalan di depannya adalah Hye Mi dan manajernya. Iapun menyamakan langkah kakinya. Melihat Hye Mi yang tidak bereaksi , Sam Dong melepas head set yang ada di telinga Hye Mi.

“Kau sangat beruntung masih bisa mendengar music,” ucap Sam Dong menghadap Hye Mi sambil berjalan mundur.

Hye Mi melengos. Mengacuhkannya.

“Kau marah padaku?”

Hye Mi tak menjawab ia menatap jam di pergelangan tangannya.

Sam Dong berhenti sehingga Hye Mi berhenti tepat dihadapannya. “Katakan padaku apa salahku?” kata Sam Dong menatap kedua mata Go Hye Mi.

Hye Mi mengeleng pelan, “Aku tak punya waktu untuk ini,” kemudian ia berjalan melewati Sam Dong dengan tergesa – gesa.

Di luar Go Hye Mi berdiri menunggu mobil yang akan menjemputnya.

“Kau yakin tak mau berbicara dengan dia?” tanaya Ji YUu memastikan.

Go Hye Mi memakai kaca mata hitamnnya. Namun tiba – tiba seseorang menariknya.

“Aku harus berbicara padamu,” desak Sam Dong

“Aku tak bisa. Dan Aku tak punya waktu.”

“Kau harus bisa dan kau punya waktu,” Sam Dong menarik tangan Hye Mi. ia berjalan menuju ke sebuah mobil hitam Suv yang telah terparkir tak jauh dari tempat mereka berdiri.

Sam Dong membuka pintu mobil SUV dan memasukakan Hye Mi dengan paksa ke dalam mobil. Ia pun masuk ke dalam mobil dan mengunci pintu. Tampak Ji Yuu dan Woong Juu yang megetuk kaca mobil meneriaki mereka berdua.

“Tolong jalan, “commando Sam Dong pada sang sopir, “Kita pergi ke DamBong sekarang.”

Mobilpun berjalan, Ji Yuu  dan Woong Juu menyerah.

“Apa yang kau lakukan?! buka pintunya!” jerit Go Hye Mi.

Sam Dong diam dia menghalangi Hye Mi. “Kau tak akan bisa keluar.” Ujar Sam dong ketus.

Hye Mi memukuli Sam Dong mencoba meraih pintu, namun Sam Dong menahannya dengan memegang kedua tangan Hye Mi.

“Lepaskan tanganku!” Ia berhasil melepaskan tangannya kemudia ia menggambil telpon gengamnya dan menekan sebuah nomor telepon.

Belum sempat tersambung Sam Dong mengambilnya dari tangan Hye Mi dan membuangnya  kearah belakang mobil. Namun Hye Mi mengejarnya, mencoba menggambilnya. Tapi Sam dong dengan cepat mengambilnya lebih dahulu. Ia membuka jendela mobil.

“Maafkan aku.” Katanya lalu membuang handphone Hye Mi ke luar. “Lain kali aku akan menggantinya.”

“Apa yang baru saja kau lakukan?” jerit Hye Mi kesal memukuli Sam Dong.

Namun Hye Mi membeku saat sam Dong memegangi kepalanya. ”Dengarkan aku, aku ingin tidak ada yang menggangu kita. Dan Aku hanya ingin bersama mu saat ini. Jadi tolong diam, duduk manis dan nikmati perjalanan ini.”

Tarikan napas panjang Sam Dong dan Hye Mi terdengar sesaat setelah Sam Dong berbicara seperti itu. Hye Mi terdiam. Dan Sam Dong duduk memandang ke luar jendela. Hye Mi benar – benar tak tahu apa yang sebenarnya ingin dilakukan Sam Dong. Hye Mi hanya bisa terdiam menikmati perjalanan yang tak di ketahui akhirnya itu.

Hye Mi terbangun setelah ia tertidur selama perjalanan tadi, semuanya Nampak gelap. Dan ia tak tahu dimana ia sekarang. Sam Dong membuka pintu mobil dan mengajak Hye Mi turun.

“Dimana kita sekarang?” tanya Hye Mi tak mengenali tempat itu.

Sebuah rumah berlantai dua sederhana berdiri di depannya. Di sekitarnya di kelilingi pepohonan. Dan rumah itu hanya di terangi lampu temaran di terasnya.

“Kau lupa?” tanya Sam Dong balik, Hye Mi mengeleng tak tahu. “Ini rumah ibuku. Aku memeperbaikinya beberapa tahun yang lalu, aku mengajaknya pindah. Namun dia tak mau, dia bilang disinilah ia lahir, disinilah ia tumbuh besar, disinilah ia menghabiskan masa tuannya dan disinilah ia akan mati.” Sam Dong mengengam tangan Hye Mi dan mulai berjalan. “Dan hanya inilah yang bisa kuberikan padanya.”

Sam Dong mengetuk pintu kayu di rumah itu. Tak beberapa lama seseorang membukakan pintu untuk mereka. Ternyata ibu Sam Donglah yang membuka pintunya. Rambutnya yang memutih terlihat di beberapa bagian.

“UMMA!!!” teriak Sam Dong memeluk ibunya, “Aku rindu sekali padamu.”

“Sam Dong?” kata ibu Sam Dong dalam pelukan, “Itukah kau? Anakku?”

“Iya Umma.” Sam Dong melepas pelukannya.

“Ajhussi,…..” Go Hye Mi menunduk memebrikan salam.

“Siapa ini?” tunjuk ibu Sam Dong.

Sam Dong tersenyum, “Ibu lupa ia Go Hye Mi.”

“Si cantik Go Hye Mi? ya tuhan, kau masih tetap cantik.”

“Tentu saja.”timpal Sam dong.

“Sudah ayo masuk, ini sudah gelap.” Kata ibu Sam Dong mempersilahkan masuk.”Kalian pasti lapar aku akan memasakan sesuatu untuk kalian. Ini salah Sam Dong mengapa ia tak memberitahu aku sebelumnya kalau kalian akan pulang.”

“Aku akan memabntu.” Kata Hye Mi mengikuti kea rah dapur. Namun ibu Sam Dong menghalanginya.

“Sudah kau istirahat saja. Biarkan aku yang memasak untuk kalian,”

“Tapi,…” bantah Hye Mi.

“Sudah duduk sana,” dan ibu Sam Dong berjalan pergi.

Hye Mi duduk mentapa ke luar jendela yang gelap. Sam Dong baru saja turun dari lantai atas menaruh barang -  barang mereka. Dan duduk di dekat Hye Mi.

“Kau lelah?” tanya Sam Dong, “Aku sangat khawatir padamu. Kau tidur sepanjang perjalanan. Tapi…. Kau sangat lucu kalau sedang tidur.”

Hye Mi menoleh, “Lucu? Sudalah katakan saja apa mau mu membawaku kemari,” tiba – tiba saja suasana Hye Mi menjadi buruk.

Sam Dong melihat kearah lain, “Aku tak punya alasan khusus untuk membawamu kemari,”

“Kau bilang ada yang akan kau bicarakan, tolong bicara sekarang.” Hye Mi terlihat benar – benar tak sabar kali ini.

Sam Dong berdiri, “Aku………Aku, nggg…..aku”

“Sudahlah…” potong Hye Mi beranjak pergi.

Namun dengan cepat Sam Dong menarik tangan Hye Mi dan memeluknya. “Aku mencintaimu Hye Mi. sejak pertama kali aku bertemu denganmu. Sejak aku membawamu ke panggung itu.” Sam Dong berkata dalam pelukannya, “Aku mencintaimu. Dan akan tetap mencintaimu.”

Hye Mi membeku, tak satupun kata yang dapat terucap dari bibirnya. Tak satupun. Sam Dong anak desa itu mencintainya.

 

Sam dong menarik Hye Mi ke pinggiran sungai. Mereka duduk di tepian sungai yang terbuat dari . Malam itu memang indah, bintang terlihat sangat jelas. Tentu saja hal seperti itu tak akan mereka temui di Seoul. Angin malam pun berhembus pelan. Membuat hati mereka berdua bergetar.

“Kau akan kembali ke Amerika?”

Sam Dong menatap air sungai yang berkilau – kilau tertimpa cahaya lampu, “Yah, aku harus kembali membuat album baru.” Sam Dong tersenyum jahil, “Mengapa? Kau akan merindukan ku?”

Hye Mi memukul Sam dong gemas dengan senyuman lebar. “Kau ini…”

“Kau ingat, aku ingin sekali kau menyanyi sebuah lagu yang kau nyanyikan waktu kita pertama kali bertemu.”

“Lagu?” kening Hye Mi mengkerut, ia terlihat mengingat – ingat. “Aku tidak ingat. Lagu apa?”

“Kau lupa? Dulu saat aku harus menemanimu bu….” Hye Mi membekap mulut Sam Dong.

“Yah, aku ingat sekarang dan aku mengerti.”

Sam Dong tersenyum, “Ayolah nanyikan untukku.” Bujuk Sam Dong.

Hye Mi melipat kedua tangannya ke dada. “Tapi….. sekarang aku adalah penyanyi terkenal jadi itu tak gratis. Kau harus membayarku.”

“Baiklah aku akan memberikan apapun dan berapapun yang kau mau.”

“Baiklah….. ehm…ehm….” Hye Mi menata suaranya.

“There’s a song that’s  inside of my soul

It’s the one that I’ve tried to write over and over again

I’m awake in the infinite cold

But you sing to me over and over and over again

So, I lay my head back down

And, I lift my hands and pray

To be only yours I pray

To be only yours I know now you’re my only hope

…………………………………………………………………………….

…………………………………………………………………………….

Singing in all that I’m, at the top of my lungs, I’m giving it back……………”

Hye Mi menoleh kearah Sam Dong, dan laki – laki itu sedang menutup matanya sambil tersenyum.

“Aku suka lagu itu, “  kata Sam Dong seraya membuka matanya perlahan. Lalu ia melihat kea rah Go Hye Mi, “Aku puas. Sekarang kau mau bayaran apa?” tanyanya.

“Mmmmm…….” Bola mata Go Hye Mi berputar – putar, “Aku ingin sesuatu yang istimewa, mmm…. Tidak, tidak. Aku ingin…mmm…..” Hye Mi melirik Sam Dong.

Tanpa di sangka – sangka Hye Mi bergerak kearah Sam Dong dan mencium pipi Sam Dong cepat.

Sam Dong memegangi pipinya,masih agak linglung ia berkata, ” Kau mau dipukuli fans ku ya?”

Hye Mi berdiri akan beranjak pergi, “Tentu saja….” Katanya tertawa riang.

Namun dengan cepat Sam Dong menarik Hye Mi kedalam pelukannya dan mencium bibir lembut Hye Mi.  setiap tarikan napas mereka menambah dalam perasaan mereka yang telah terkubur dalam. Angin malam meniup kedua tubuh mereka. Rasanya seperti sakit yang manis. Mereka tak ingin malam ini berakhir, dengan bulan dan bintang yang menjadi saksi mereka malam itu.

 

Sam Dong berjalan menenteng sebuah tas plastic berisi kotak makanan untuk Hye Mi. Hye Mi mengajaknya bertemu di sebuah café. Namun pertemuan ini juga sekaligus pertemuan terakhirnya dengan Hye Mi karena hari itu adalah hari terakhir ia berada di Korea sebelum ia kembali ke Amerika. Maka dari itu ia membawakan makanan kesukaan Hye Mi. ia  belum pernah merasa bahagia seperti itu.

“Kau sudah kemari?” tanya Go Hye Mi di telepon.

“Ya. Aku sedang berjalan menuju ke café yang kau maksud. Woong Juu mengantarku tadi.”

“Um…baiklah hati – hati semoga tak ada fans yang mengejarmu.”

“Tenang saja. Aku sudah menyamar.”

“Baiklah. Sampai jumpa.” Hye Mi mengakhiri pembicaraannya.

 

“Hye Mii!! Kemarilah.” Panggil seseorang. Hye Mi memasukkan hand phone nya ke dalam tas dan merapikan dirinya.

Hye Mi berjalan ke sebuah tempat duduk di samping kaca di sebuah café. Ia tak sendirian, di depannya ada seorang pria. Ia sangat terlihat santai dengan jas birunya.

“Apakah semua baik – baik saja?” tanya pria itu.

Hye Mi menganguk, “Ya. Semua baik – baik saja.” Hye Mi terbatuk sebentar kemudian ia berkata, “Jadi mengapa kau mengundang ku kemari?”

“Aku ingin mengatakan suatu hal.” Ucap pria itu pendek.

Hye Mi masih menunggu, tapi seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka secangkir  kopi untuk pria itu dan segelas cappuccino dingin untuknya.

“Hal apa itu?” Hye Mi masih menunggu.

Pria itu menunangkan susu kedalam kopinya. “Apa kau terburu – buru?”

“Sudahlah jangan bertele – tele. Apa yang ingin kau bicarakan?”

Pria itu menyesap kopinya. Kemudian ia menatap keluar kaca. Lalu ia menyentuh tangan Hye Mi lalu memegang kedua tangan Hye Mi.

 

 

“Sebentar lagi dan aku akan sampai,” pikir Sam Dong

Ia berjalan kurang lebih 4 meter dari café tempat ia dan Hye Mi akan bertemu. Dengan bersenandung kecil ia menikmati waktu itu. Menatap setiap elemen yang ada sekitarnya dan mengingatnya, untuk jadi sebuah kenangan di benaknya. Langit biru yang berawan, terik matahari, orang – orang berlalu – lalang, angin yang menerbangkan dedaunan, nama café itu “My Coffie”, tangga batu menuju pintu utama café, pintu kaca, jendela kaca, sepasang kekasih yang sedang berkencan di samping kaca.

Namun ia berhenti melangkah, dan mundur 5 langkah sebelum ia mencapai tangga batu. Sejenak ia melihat seseorang yang sangat familier baginya. Tapi siapa? Matanya tertarik untuk melihat lebih dekat sepasang kekasih yang sedang berkencan di samping kaca, ia pun bergerak maju memastikan. Apa yang dipikirkan oleh pikirannya, yaitu Go Hye Mi.

Dan itu benar, sepasang kekasih itu bukan orang biasa itu Go Hye Mi dan seorang pria dengan jas birunya sedang memegang kedua tangan Hye Mi. dunia serasa runtuh se saat, yang semula begitu indah menjadi hitam.

“Apa yang dilakukan Go Hye Mi bersama seorang pria lain? Siapa pria itu? Apakah Go Hye Mi telah mencintai orang lain?” pertanyaan – pertanyaan itu berputar dalam benak Sam Dong, hilang sudah rencana yang disusunnya bersama Hye Mi. bahkan ia berharap tak bertemu dengan gadis itu lagi. Dengan perasaan sedih Sam Dong berbalik pergi.

 

“Apa yang kau lakukan?” tanya Hye Mi terkejut pria itu memegang kedua tangannya.

“Tak bisakah kau memberikanku kesempatan? apakah semua hal yang kulakukan buruk di matamu?”

“Aku tak bermaksud…”

“Aku mencintaimu.” Ucap pria itu singkat.

Hye Mi terkejut, mendengar pria dihadapannya ini berkata seperti itu.

“Cuuuttttt!!!!!” teriak sang sutradara di balik, layar televisinya. “Ya, bagus Hye Mi dan Shi Yuk pertahanbkan untuk besok.”

Semua bertepuk tangan, dan saling member hormat. Hye Mi tersenyum member hormat dan mengucapkan terima kasih kepada setiap krew yang bekerja di lokasi syuting hari itu.

“Hey, tunggu….” Panggil Hye Mi pada pria berjas biru itu, “Jin Guk apa kau ada syuting lagi habis ini?” tanya Hye Mi pada Hyun Shi Yuk temannya, yang juga sama pernah bersekolah di Kirin Arts dan bersama – sama menggapai mimpi mereka.

“Tidak.” Katanya, “Kenapa?”

“Aku ingin kau bertemu dengan seseorang,” Hye Mi memanjang – manjangkan lehernya mencari – cari seseorang. “Seharusnya ia berada disini sekrang. “

Hye Mi menelpon seseorang tapi tidak di jawab. “Aneh, apa yang terjadi?” ia mencoba lagi, tapi kali ini malah panggilanya ditolak, “Kenapa sih Sam Dong?” kata Hye Mi kesal menatap hand phonenya.

“Siapa? Sam Dong? Dia pulang?” Hyun shi Yuk tak percaya.

“Ya, Aku menyuruhnya kemari agar ia dapat bertemu dengan mu .Tapi masalhnya sekarang ia belum sampai dan ia tak mau menjawab teleponku.”

“Ayo, kita cari dia.”

Mereka berdua mencari  Sam Dong keseluruh penjuru café itu namun mereka tak menemukannya. Hye Mi pun berjalan keluar café bertanya kepada beberapa crew.

“Apa kau melihat…mmmm….K kau tahu? K artis itu?” tanya Hye Mi agak bingung.

“Maksud mu K, penyanyi itu kan?” kata salah satu Crew asisten sutradara. “Aku melihatnya tadi saat menuju kemari. Awalnya aku kira itu bukan dia, namun melihat rambutnya yang mencolok dan posturnya itu. Tak akan ada yang bisa tertipu dengan penyamarannya.”

“Kau tahu kemana ia pergi?”

“Entahlah, tiba – tiba saja ia berbalik pergi. Dan meninggalkan bungkusan tas plastic itu.” Kata crew itu menunjuk sebuah tas plastic yang terongok tak ada yang menyentuh di jalan. Hye Mi menggambilnya dan melihat isinya.

“Betul. Itu pasti dia. Ini makanan kesukaanku.”

“Kapan ia pergi?” tanya Hyun Shi Yuk.

“Sekitar 7 menit yang lalu.”

“Kapan itu?” kata Hye Mi memastikan.

“Saat kalian syuting di pinggir kaca itu.”

“Terima kasih atas informasinya.” Ucap Hye Mi dan shi Yuk member salam kepada crew itu.

“Aku rasa ia salah paham.” Kata Hyun Shi Yuk menyimpulkan, “Mungkin saja ia mengira kau sedang berpacaran dengan ku.”

“Benarkah?” Hye Mi memegang kepalanya pusing.

“Kau tahu kemana ia pergi?”

Hye Mi menganggkat kepalanya, “Ini hari terakhirnya di Korea. Aku tahu kemana ia pergi.”

“Kemana?”

“Tolong antarkan aku ke bandara sekarang.”


 

 

Sam Dong menarik topinya kebawah lagi menutupi rambutnya yang pirang kecoklatan ia tak mau digangu fansnya sekarang. Ia sedang duduk sendirian di waiting room bandara, penerbangannya masih 3 jam lagi tapi ia sudah berada di sana. Sedangkan Woong Juu masih di hotel mengemasi barang – barang mereka berdua. Manajernya juga agak terkejut dengan keputusan Sam dong yang mengajukan kebernagkatannya ke Amerika. Tapi itu tak jadi masalah baginya.

Walaupun bukan masalah, namun di dalam hati Sam Dong ada sebuah masalah. Bagaimana mungkin ia melihat gadis yang dicintainya selama 8 tahun ini berkencan dengan pria lain. Itu sangat menyakitkan baginya. Baginya tak ada ruang untuk menyimpan arsip tentang wanita di hatinya lagi. Namun semakin ia berusaha untuk melupakan cintanya, semakin besar rasa cintannya. Akibatnya Sam Dong hanya bisa bergerak – gerak resah tanpa bisa melampiaskannya. Karena bosan ia pun pergi membeli segelas kopi di pantry.

 

 

Hye Mi berlari masuk ke bandara.

“Aku mencari kesana,” tunjuk Hye Mi kearah ruang tunggu, “Dan kau ke sana.” Tunjuk Hye Mi kea rah keberangkatan.”

Mereka pun berpisah denga Shi Yuk. Hye Mi menatap setiap orang, untuk memastikan kalau – kalu salah satu dari mereka adalah Sam Dong. Dan Shi Yuk bertanya kepada security apakah ada artis yang lewat ke pintu keberangkatan, namun tak satupun security yang tahu. Shi Yuk pun berlari kearah lain.

Sam Dong menatap gelas kopinya, saking sibuknya ia tak sengaja menabrak seseorang sehingga kopinya tumpah ke baju mereka berdua.

“Maaf. Maafkan aku.” Kata Sam Dong mendongkat menatap orang yang ditabraknya.

“Tidak apa – apa.” Kata orang itu.

Selintas orang itu tampak familiar, dan itu bukan Hye Mi.

“Jin Guk?” bisik Sam Dong

“Kau tahu,…. Sam Dong?” mata Shi Yuk melebar melihat Sam Dong berdiri di depannya, “Akhirnya….aku telah mencarimu kemana – mana.”

“Apa maksudmu?”

“Aku telah mencarimu bersama HyeMi.”

“Bersama Hye Mi, bagaimana bisa,….sudahlah. aku tak ingin bertemu dengannya.” Kata Sam dong ketus.

“Salah paham. Kau telah salah paham.” Shi Yuk hendak menghentikan Sam Dong.

Sam Dong berjalan pergi, “Apa yang salah paham?”

Shi Yuk mengejar Sam Dong, “Dasar anak desa bodoh.” Umpatnya.”Kau tak mengerti kau kira laki – laki yang bersama Hye Mi siapa?”

“Yah, entahlah aku tak tahu. Mungkin saja itu kekasihnya.”

“Bukan bodoh itu aku. Kau tak ingat, aku memakai jas biru. Kau ingat pria itu? Hye Mi mengundang kau ke café agar kau bertemu denganku. Karena kebetulan aku sedang syuting dengannya.”

“Apa?” Sam Dong menoleh.

“Pria itu aku.” Jawab Shi Yuk.

Tiba – tiba seseorang menabrak tubuh Sam Dong.

“Kau bodoh Sam Dong. Kau Bodoh.” Kata Hye Mi terisak dalam pelukan. “Kenapa kau pergi begitu saja?”

Sam Dong mengangkat wajah Hye Mi yang telah sembab karena air mata.

“Maafkan aku. Aku terlalu bodoh. Melihat mu bersama orang lain membuatku sakit, sadarkah kau betapa aku mencintaimu. Aku terlalu lemah.”

“Maafkan aku. Mengapa aku tak memberitahukan dirimu rencanaku mempertemukan kalian berdua.”

“Maafkan aku.”

“Hal seperti inilah, mengapa membuatku tetap mengkhawatirkanmu sampai kapanpun.”

“Apa sekarang kau masih mengkhawatirkan ku?”tanya Sam Dong bergetar

Hye Mi menganguk, “Ya aku mengkhawatirkan dirimu dan terus akan mengkhawatirkanmu,” katanya masih terisak

“Dan aku muak melihatmu menjadi lelaki bodoh” Hye Mi mempererat pelukannya.

Hyun Shi Yuk melangkah mundur dan berbalik pergi. Ia berjalan gontai untuk kedua kalinya ia kehilangan gadis kecilnya itu. Dengan sakit yang dalam dan penderitaannya 8 tahun terakhir ini ia harus mengalah pada keadaan, tapi ia tak akan berhenti di situ lihat saja waktu yang akan menuntunnya.

Mereka masih bergandengan tangan sebelum Woong Juu datang dan mengkabarkan bahwa para wartawan dan paparazzi telah datang, mereka tak tahu Sam Dong akan berangkat lebih awal.

                “Apakah kau mau menungguku lagi Hye Mi?” Sam Dong memeringkan kepalanya.

                Hye Mi mengerucutkan mulutnya, “Entahlah, tergantung kalau aku  tak tertarik dengan pria lain,”

                Dengan tarikan napas panjang Sam Dong berkata, “Apakah kau menyukaiku?”

                Hye Mi terkejut  dengan pertanyaan Sam Dong, “Entahlah aku tak tahu. Aku rasa sekarang rasa sukaku terhadapmu sudah bertambah menjadi…… 20%,”

                Mulut Sam Dong terbuka ia hendak berbicara namun agak menahannya, “Hanya 20%?”

                Hye Mi menganguk setuju,”Dan aku akan selalu menunggumu. Sampai jumpa.” Katanya berbalik pergi member salam pada Woong Juu dan melembaikan tangan pada Sam Dong.

                Inikah akhir perjalanan Sam Dong bersama Hye Mi ,tidak tentu saja tidak. Ini baru pernulaan untuknya. Masih banyak sekali cerita yang menunggunya. Memulai babak baru.

Comments

You must be logged in to comment
hyonugu
#1
emmmmm aku saranin sih sebaiknya gausah ditulis semua di foreword... soalnya foreword itu biasanya buat sinopsis/prolog doang. Dan sekalipun ditulis di chapter 1-nya, ini masih kepanjangan ._. bisa 10 chapter-an. Dan di tag bagusnya sih ditambah 'indonesian' biar orang yg baca gak bingung :)
pinkaddict #2
what language is this?